Harga Batu Bara Naik, Laba Indo Tambangraya Naik 10 Kali Lipat
PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) membukukan laba bersih US$ 475,39 juta atau setara Rp 16,62 triliun sepanjang 2021. Angka itu melonjak drastis hingga 1.156% atau 10 kali lipat dari capaian tahum sebelumnya, US$ 37,82 juta. Kenaikan harga batu bara yang signifikan dianggap menjadi alasan utama kinerja perusahaan sektor tambang itu ikut cemerlang.
Berdasarkan laporan keuangan, perseroan mencatatkan pendapatan bersih US$ 2,08 miliar atau setara Rp 29,81 triliun, tumbuh signifikan hingga 75,2% dibanding capaian tahun sebelumnya, US$ 1,18 miliar. Sementara itu, beban pokok pendapatan tercatat US$ 1,16 miliar atau Rp 16,62 triliun, naik 17,6% dibanding beban yang ditanggung tahun sebelumnya US$ 986,19 juta.
Direktur utama ITMG Mulianto mengatakan, sepanjang 2021, ITMG mampu memperoleh rata-rata harga jual batu bara sebesar US$ 103,2 per ton. Di tengah kenaikan harga yang tinggi, ia menyebut pihaknya secara konsisten tetap menerapkan efisiensi biaya secara disiplin, guna memaksimalkan profitabilitas dari momentum kenaikan harga batu bara.
"Sehingga membuahkan kinerja keuangan yang solid sekalipun pandemi berkepanjangan, dan melambatnya kegiatan penambangan akibat hujan ekstrim yang terus-menerus," kata Mulianto dalam keterangan resminya, Selasa (1/3).
Sepanjang tahun 2021, ITMG memproduksi batu bara sebanyak 18,2 juta ton. Sedangkan, penjualan bersih 2021 tercatat sebesar US$ 2,1 miliar (Rp 30,10 triliun) dan marjin laba kotor naik dari 17% tahun lalu menjadi 44% dengan volume penjualan sebanyak 20,1 juta ton.
Dengan rician, dipasarkan ke Tiongkok sebesar 5,5 juta ton, Indonesia sebesar 4,7 juta ton, Jepang sebesar 3,1 juta ton, Filipina sebesar 1,8 juta ton, Bangladesh sebesar 1,3 juta ton, Thailand sebesar 1,2 juta ton, dan negara-negara lain di Asia Timur, Tenggara, Selatan serta Oseania.
"Sampai dengan akhir tahun 2021, total aset perseroan tercatat sebesar US$ 1,7 miliar (Rp 24,37 triliun) dengan total ekuitas sebesar US$ 1,2 miliar (Rp 17,20 triliun). Perseroan juga memiliki posisi kas dan setara kas yang kuat sebesar US$ 691 juta (Rp 9,90 triliun)," kata dia.
Terkait kinerja tahun ini, Mulianto menargetkan volume produksi sebanyak 17,5 hingga 18,8 juta ton dan volume penjualan sebesar 20,5 hingga 21,5 juta ton.
Dari target volume penjualan tersebut, sebanyak 17% harga jualnya telah ditetapkan, 48% mengacu pada indeks harga batubara, 2% harga jualnya belum ditetapkan dan sisa 33% belum terjual.
"Ke depannya, target kami adalah menjadi perusahaan energi Indonesia terdepan yang lebih hijau dan cerdas. Transformasi ini akan menggerakkan bisnis perseroan yang ada saat ini menjadi tiga lini bisnis," ujarnya.
Adapun tiga lini bisnis tersebut yakni, pertambangan yang mencakup batubara, mineral, dan kegiatan pertambangan terkait lainnya sebagai bisnis utama. Kemudian, jasa energi yang mencakup jasa pertambangan, perdagangan, dan solusi modal alam guna mendapatkan nilai lebih dari operasi energi Perusahaan yang telah mapan. Terakhirm bisnis terbarukan dan lain-lain, yang berkaitan dengan investasi energi terbarukan dan teknologi energi lainnya untuk menangkap tren energi masa depan.
Lebih lanjut, Mulianto menjelaskan, pihaknya telah menentukan empat sasaran pencapaian tahun ini, yaitu mengoptimalisasikan aset batubara, menumbuhkan bisnis baru, menanamkan Banpu Heart sebagai budaya perusahaan, dan membina nilai-nilai ESG yang berpadu dengan segala segi bisnis sebagai antisipasi terhadap perubahan iklim dan upaya keberlanjutan dan kepedulian terhadap masyarakat.
"Di samping itu, kami akan memperkuat kemampuan digital karyawan, guna memperlancar transformasi digital yang dapat bermanfaat baik di sisi operasional maupun finansial," kata dia.
Pada perdagangan hari ini (1/3), saham ITMG dibuka di level Rp 27.350 per saham. Hingga pukul 15.10 WIB, total frekuensi perdagangan saham ITMG tercatat sebanyak 11.538 kali dengan volume perdagangan 8,93 juta saham dan nilai transaksi sebesar Rp 249,96 miliar.