IHSG Sesi I Turun 0,40%, Saham Sektor Transportasi Anjlok hingga 2%

 Zahwa Madjid
17 Oktober 2022, 13:29
IHSG
ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/wsj.
Pekerja melihat telepon pintarnya dengan latar belakang layar pergerakan harga saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (31/3/2021).

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup turun 0,40% ke level 6.787 sesi pertama perdagangan Senin (17/10) hari ini. Pada awal perdagangan, indeks saham dibuka di level 6.814 dan menyentuh angka tertingginya di level 6.815.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), pada paruh pertama, total nilai transaksi mencapai Rp 6.417 triliun dengan frekuensi 719.751 kali. Tercatat, 441 saham terkoreksi, 104 saham bergerak di zona hijau, dan 130 sham tak bergerak.

Adapun, mayoritas sektor berada di zona merah dipimpin oleh sektor transportasi yang anjlok  2,08%. Sektor transportasi yang mengalami penurunan yaitu Samudera Indonesia Tbk (SMDR) turun 3,40% atau 80 poin menjadi Rp 2,270 per saham.

Selanjutnya, Blue Bird Tbk (BIRD) turun 2,85% atau 40 poin menjadi Rp 1,365 per saham. Terakhir, Temas Tbk (TMAS) turun 4,61% atau 85 poin menjadi Rp 1,760 per saham.

Saham yang berada di top gainers yaitu Supra Boga Lestari Tbk (RANC) meningkat 21,81% atau 205 poin menjadi Rp 1.145 per saham. Sedangkan saham yang berada di top losers adalah Agung Menjangan Mas Tbk (AMMS) yang turun 9,30%atau 8 poin menjadi Rp 78 per saham.

Financial Expert Ajaib Sekuritas, Ratih Mustikoningsih mengatakan, kondisi ekonomi domestik dan mancanegara masih memberi sentimen negatif.

Hasil survei penjualan eceran Bank Indonesia (BI) menunjukkan Indeks Penjualan Riil (IPR) pada September 2022 tercatat 200,0, atau turun 0,9% berdasarkan perbandingan bulanan atau month on month (MoM). 

Penurunan tersebut disebabkan daya beli masyarakat yang menyusut akibat kenaikan inflasi.

“Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan kenaikan inflasi yakni bahan bakar bensin inflasi sebesar 0,05% MoM, tarif angkutan dalam kota inflasi 0,04% MoM, dan tarif angkutan antar kota dengan inflasi 0,01% MoM,” kata Ratih dalam analisnya.

Sedangkan dari mancanegara juga masih memberikan sentimen negatif. Dalam hasil analisisnya, Ratih mengatakan, persediaan minyak mentah Amerika Serikat (AS) pada Kamis lalu (13/10) tercatat naik ke level 9.880 juta barel atau lebih tinggi dari konsensus 1.750 juta barel dan lebih tinggi dibandingkan periode 5 Oktober 2022 yakni tercatat -1.356 juta barel.

Melansir riset yang diterbitkan KB Valbury Sekuritas mengatakan, dunia kini berisiko menghadapi risiko resesi yang panjang karena Bank Sentral AS, Federal Reserve berencana menahan suku bunga tinggi dalam waktu yang lama. 

“Dengan suku bunga ditahan di level tinggi, resesi bisa semakin panjang, hal ini membuat prospek minyak mentah menjadi suram,” dalam analisnya.

Reporter: Zahwa Madjid
Editor: Lavinda

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...