Prospek Saham dan Keuangan GoTo usai PHK 1.300 Karyawan
PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap 1.300 karyawan atau 12% dari total tenaga kerja perusahaan dalam waktu dekat. Manajemen GoTo menyebutkan, langkah ini diambil karena perusahaan sedang berupaya melakukan efisiensi keuangan.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), harga saham GOTO melonjak 3,74% atau 8 poin ke level Rp 222 pada penutupan perdagangan saham hari ini, Jumat (18/12). Adapun, volume saham perdagangan tercatat mencapai 1,4 miliar saham dengan nilai transaksi Rp 309,24 miliar, dan frekuensi perdagangan hingga 26.330 kali. Dalam tiga bulan terakhir, saham GOTO terkoreksi hingga 33,53%.
Lalu, bagaimana prospek kinerja keuangan dan pergerakan harga saham GOTO di masa mendatang?
Technical Analyst PT Kanaka Hita Solvera, Andhika Cipta Labora menilai, aksi pemangkasan karyawan yang dilakukan dapat membuat kinerja perusahaan lebih efisien serta membantu kinerja keuangan.
"Dengan PHK 1.300 karyawan bisa saja menjadikan GOTO lebih efisien dalam hal kinerja keuangan dan berpotensi untuk membukukan laba ke depannya. Kalau kondisi keuangan baik akan membuat saham GOTO bergerak naik,” ujar Andhika kepada Katadata, Jum’at (18/11).
Pengamat Pasar Modal dan Founder Traderindo.com, Wahyu Laksono menilai, keputusan PHK yang dilakukan oleh GOTO dapat membawa sentimen positif bagi investor. Pasalnya, PHK adalah salah satu cara yang diyakini mampu meningkatkan kinerja perusahaan.
“Secara fundamental, sisi pandang PHK dari investor ini memiliki sentimen yang positif, karena PHK adalah cara yang dipercaya akan meningkatkan kinerja, karena mengurangi beban perusahaan,” ujar Wahyu kepada Katadata, Jum’at (18/11).
Tak hanya itu, para analis berpendapat, ekosistem GoTo lebih memadai dibandingan e-commerce lainnya di Indonesia. Dengan demikian, secara jangka panjang emiten teknologi tersebut dinilai memiliki potensi untuk investasi jangka panjang.
“Hanya saja ini belum cukup mengimbangi tekanan sentimen negatif global. Namun secara jangka panjang ini sangat potensial menjadi faktor tambahan untuk mengoleksi saham ini,” lanjut Wahyu.
Menurut Wahyu, harga saham GoTo saat ini jelas sudah berada di level rendah dan menjadi peluang bagi investor untuk melakukan aksi beli. Pasalnya, saham GoTo cukup menarik untuk jangka panjang, apalagi jika sentimen negatif global mereda.
Prospek Saham Sektor Teknologi
Menilik kondisi saham sektor teknologi, analis menilai, pergerakan harga saham teknologi masih terancam di tengah pengetatan likuiditas seiring kebijakan moneter saat ini, baik pasar global maupun domestik.
“Startup (perusahaan rintisan) sedang berada di siklus tekanan. Dibandingkan tren startup dan emiten teknologi 2020, tahun 2022 memang buruk,” ujar Wahyu.
Kendati demikian, Andhika menilai sektor teknologi memiliki peluang kenaikan atau rebound, dipicu adanya sentimen dari rilis data inflasi Amerika Serikat (AS) pada Oktober 2022 yang menunjukkan penurunan ke level 5,71%.
Menurut dia, data inflasi tersebut berpeluang menyebabkan bank sentral Amerika Serikat (AS), The Fed cenderung menahan tingkat suku bunga acuan AS. Selama ini, kebijakan kenaikan suku bunga menjadi sentimen negatif bagi sektor teknologi.
"Dengan demikian, apabila The Fed menahan suku bunga, maka BI pun ada peluang menahan suku bunga, yang menjadi sentimen positif untuk sektor teknologi di Indonesia,” kata Andhika.