Harga Saham GoTo Makin Rendah, Saatnya Investor Jual atau Beli?
Harga saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) terus mengalami tekanan dalam 13 hari perdagangan berturut-turut. Akumulasi penurunannya mencapai 51,8%, yakni dari Rp 222 menjadi Rp 107 pada perdagangan saham hari ini, Rabu (7/12).
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), saham GOTO juga berkali-kali terkena auto reject bawah (ARB), tepatnya selama delapan hari terakhir.
Jika dibandingkan dengan harga perdana, harga saham decacorn teknologi tersebut sampai saat ini tercatat menyusut 68,3% dari level harga saham saat perusahaan melakukan penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO), yakni Rp 338.
Harga saham hasil merger Gojek Indonesia dan Tokopedia ini terus merosot karena investor gencar melepas sahamnya pasca-periode penguncian atau lock up saham berakhir 30 November 2022 lalu.
Di hari pertama lock up saham dibuka, 1 Desember lalu, investor berbondong-bondong melepas saham GOTO dengan total volume mencapai 20,1 miliar saham. Investor menetapkan penawaran pada harga Rp 141, sehingga akumulasinya mencapai Rp 2,8 triliun.
Menurut data RTI saat itu, volume saham yang berhasil ditransaksikan sampai penutupan perdagangan hari ini tercatat 461,8 juta saham dengan nilai transaksi Rp 65,1 miliar.
Jika dibandingkan dengan total saham yang ingin dilepas investor, saham yang laku terjual hanya 2% dari total penawaran yang ada. Sementara itu, sisa saham milik investor lain harus mengantre karena terkendala status auto reject bawah (ARB).
Dalam perkembangannya, Pemerintah Singapura dan beberapa investor kakap asing memanfaatkan pelemahan harga saham dengan menyerap saham GoTo.
Berdasarkan data PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) per 2 Desember 2022, Citibank mewakili Pemerintah Negeri Singa menggenggam 69,71 miliar saham atau setara 5,8% porsi saham GoTo.
Selain itu, terdapat pula GoTo Peopleverse Fund (GPF) yang memiliki 7,65% saham GOTO. Transaksi dilakukan melalui PT Stockbit Sekuritas Digital dan PT CGS-CIMB Sekuritas Indonesia.
Selanjutnya, SVF GT Subco (Singapore) Pte Ltd dengan kepemilikan 8,71%, dan Taobao China Holding Limited dengan kepemilikan 8,84%.
Sebelumnya, terdapat pula nama-nama investor kakap lain yang terus menambah porsi kepemilikan saham di GoTo. Beberapa di antaranya adalah, BlackRock yang tercatat menggenggam saham 463,13 juta saham GoTo pada kuartal II 2022.
Jumlahnya bertambah menjadi 1,1 miliar per akhir kuartal III 2022. BlackRock dikenal sebagai investor berorientasi investasi jangka panjang.
Selain BlackRock, terdapat beberapa investor asing yang mengakumulasi saham GoTo sejak semester II 2022. Beberapa di antaranya ialah, Amplify Investment, Eaton Vance Management, State Street Corp, FlexShares Trust, Inspire Investing, Mellon Investment Corporation, Allianz Global Investors Asia Pacific Limited, dan Lion Global Investors Limited.
Pada perdagangan saham Selasa (6/12), penawaran jual saham di level harga terendah, Rp 115, hanya 5,1 juta lot. Sementara itu, tercatat penawaran jual 6,1 juta lot saham di level harga atas Rp 120.
Untuk perdagangan hari ini, Rabu (7/12), terdapat penawaran jual 118,4 lot saham di level harga terendah, yakni Rp 107. Sisanya, investor melakukan penawaran jual 2,6 juta tol di level harga atas, Rp 115.
Melihat fenomena penawaran jual saham GOTO di atas level harga terendah, bagaimana prospek harga sahamnya di masa mendatang? Apakah kondisi saham GoTo mulai jenuh dan berpotensi rebound?
Analis Kanaka Hita Solvera, Andhika Cipta Labora mengatakan, masa lock up saham yang telah berakhir akhir bulan lalu memang menjadi sentimen negatif karena pembukaan lock up membuat investor besar GOTO bisa menjual saham secara bebas.
Kendati demikian, dengan kondisi harga saham GoTo yang rendah saat ini, investor yang ingin berinvestasi untuk jangka panjang disarankan melakukan buy on weakness.
Analis PT Henan Putihrai Sekuritas, Jono Syafei mengatakan, harga saham GOTO ke depan akan mengikuti ekspektasi pasar terhadap perbaikan fundamental emiten tersebut.
Hal itu bergantung pada seberapa cepat GOTO bisa menekan kerugian, aksi korporasi yang akan dilakukan, juga sentimen terhadap industri perdagangan elektronik atau e-commerce.
“Untuk prospek harga sahamnya sendiri tentu nanti akan mengikuti ekspektasi terhadap perbaikan fundamental GOTO. Baiknya wait and see sampai tekanan jualnya mereda,” ujar Jono pada Katadata.co.id, beberapa waktu lalu
Pengamat Pasar Modal dan Founder Traderindo.com Wahyu Laksono mengatakan, untuk saat ini, para investor masih melihat saham GOTO dalam jangka pendek.
“Sementara short term, secara teknikal memang bearish dan kinerja masih minus. Apalagi ada pembukaan periode lock up. Jadi pelepasan saham masih masuk akal,” ujar Wahyu pada Katadata.co.id.
Namun, seperti Jono, Wahyu juga menyarankan para investor untuk wait and see emiten teknologi tersebut. Menurut dia, sentimen ekonomi global yang masih kurang kondusif dipicu kecemasan resesi juga memicu pelepasan saham emiten teknologi, terutama saham dengan fundamental dan teknikal seperti GOTO.
"Walaupun dalam jangka panjang masih potensial, hanya saja investor sepertinya masih belum memikirkan jangka panjang,” ujar Wahyu.