Teori Belajar Konstruktivisme, Pengertian dan Tujuannya
Belajar adalah kegiatan yang dilakukan manusia seumur hidupnya. Untuk memperoleh ilmu pengetahuan dengan efektif, terdapat metode belajar yang disebut teori belajar seperti behaviorisme, konstruktivisme dan lain sebagainya.
Teori belajar adalah suatu panduan atau langkah-langkah yang membantu guru atau pendidik dalam menyampaikan pengetahuan kepada murid atau peserta didik. Teori-teori belajar ini dapat diterapkan kepada peserta didik sesuai kebutuhannya.
Berkenaan dengan itu, menarik mengetahui teori belajar konstruktivisme. Simak penjelasannya dalam uraian berikut.
Pengertian Teori Belajar Konstruktivisme
Melansir dari laman Gramedia, teori konstruktivisme tidak tergolong dalam ranah teori pendidikan, melainkan berasal dari ilmu filsafat, khususnya dalam bidang filsafat ilmu. Dalam konteks filsafat ilmu, fokus teori ini adalah pada proses terbentuknya pengetahuan manusia, yang menurut konstruktivisme, dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman yang dialami individu.
Dalam perkembangannya, teori belajar konstruktivisme kemudian dipengaruhi oleh ilmu psikologi, terutama kontribusi dari psikologi kognitif Piaget. Keterkaitan kognitif Piaget dengan psikologi manusia membentuk dasar bagi pemahaman konstruktivisme tentang pembentukan pengetahuan. Oleh karena itu, "belajar" dalam pandangan konstruktivisme adalah suatu proses konstruksi pengetahuan yang dilakukan oleh murid atau peserta didik.
Konstruksi dalam konteks ini merujuk pada upaya membangun atau membentuk tata hidup yang modern dan berbudaya. Teori belajar konstruktivisme mendasarkan diri pada pembelajaran kontekstual, di mana manusia secara bertahap membangun pengetahuannya melalui konteks yang terbatas dan dalam jangka waktu yang terencana.
Teori ini menitikberatkan pada ide bahwa individu yang belajar memiliki tujuan untuk menemukan bakat, menambah pengetahuan, mengembangkan keterampilan, dan memperoleh pemahaman lain yang diperlukan untuk pertumbuhan diri. Dalam konteks pembelajaran antara guru dan murid, konstruktivisme memberikan kebebasan bagi peserta didik untuk mengarahkan perkembangan pengetahuannya berdasarkan pengalaman, meskipun tetap dalam bimbingan pendidik.
Proses Mengkonstruksi
Dalam pandangan Piaget, secara umum, teori konstruktivisme menitikberatkan pada proses penemuan dan pembangunan teori atau pengetahuan yang sesuai dengan realitas di lapangan. Poin utama dari teori ini adalah betapa pentingnya proses konstruksi. Jean Piaget menjelaskan bahwa proses konstruksi itu sendiri melibatkan beberapa elemen yakni skemata, asimilasi, akomodasi, dan keseimbangan.
Skemata adalah kumpulan konsep untuk berinteraksi dengan lingkungan. Asimilasi adalah proses seseorang interpretasi dan integrasikan persepsinya.
Akomodasi adalah proses seseorang tidak mampu mengasimilasi pengalaman baru dengan skemata yang ditemukannya. Keseimbangan adalah proses mencapai keseimbangan maupun ketidakseimbangan antara asimilasi dan akomodasi.
Hal yang Perlu Diperhatikan oleh Guru Saat Menerapkan Teori Belajar Konstruktivisme
Ada beberapa aspek yang perlu dipertimbangkan saat menerapkan teori konstruktivisme dalam konteks belajar mengajar. Saat memberikan pengajaran, disarankan untuk memberikan kesempatan kepada murid agar dapat mengungkapkan pendapat mereka dengan menggunakan bahasa sendiri.
Tak hanya itu, berikan waktu dan kesempatan kepada murid untuk berbagi pengalaman pribadinya, sehingga mereka dapat menjadi murid yang lebih kreatif dan berimajinasi. Lingkungan pembelajaran harus kondusif agar murid dapat belajar secara maksimal.
Kelebihan Teori Belajar Konstruktivisme
Dalam penerapannya, teori belajar konstruktivisme memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya yakni guru dapat membimbing murid untuk mengungkapkan ide atau gagasan mereka dan melatih keterampilan pengambilan keputusan.
Semua murid dapat mengingat materi pelajaran dengan baik karena mereka terlibat langsung dan aktif dalam proses belajar mengajar. Tak hanya itu, pengulangan materi memudahkan murid untuk berinteraksi dan menjadi lebih percaya diri dalam memahami pelajaran.
Selama proses belajar mengajar, murid dapat dengan mudah beradaptasi dengan lingkungannya dan memperoleh pengetahuan baru melalui interaksi dengan teman dan guru. Pengetahuan yang diterima oleh murid dapat diterapkan dengan mudah dalam kehidupan sehari-hari.
Kekurangan Teori Belajar Konstruktivisme
Teori ini juga memiliki kekurangan yakni menjadi sulit untuk dipahami karena cakupannya lebih meluas. Selain itu, terkadang kinerja guru menjadi kurang optimal karena murid diberikan lebih banyak kebebasan.
Tujuan Adanya Teori Konstruktivisme
Adanya perubahan merupakan salah satu hal yang tidak dapat dihindari dalam proses pembelajaran, terutama dalam konteks konsep. Perubahan ini termanifestasi dalam bentuk asimilasi pada tahap pertama dan akomodasi pada tahap kedua dalam teori pembelajaran.
Dalam asimilasi, peserta didik menggunakan konsep yang sudah mereka miliki untuk menghadapi situasi atau fenomena baru. Di sisi lain, akomodasi mengimplikasikan bahwa peserta didik perlu mengubah konsep yang tidak lagi sesuai dengan fenomena baru yang muncul.
Oleh karena itu, perubahan tetap menjadi tujuan utama, bahkan dalam konteks teori konstruktivisme. Artinya, tujuan adanya teori belajar konstruktivisme adalah agar manusia dapat terus bersikap adaptif terhadap perubahan sehingga menjadi relevan di setiap waktunya.
Di samping itu, bila melihat dari tujuan umum teori konstruktivisme, terdapat beberapa tujuan lain yang perlu dipahami, termasuk:
1. Menciptakan Pemikiran yang Inovatif
Tujuan dari teori konstruktivisme adalah mendorong kita untuk mengembangkan kemampuan berpikir inovatif dan kreatif. Proses berpikir inovatif ini memang merupakan tugas yang tidak mudah, memerlukan waktu dan proses yang cukup panjang.
2. Memaksimalkan Ilmu Pengetahuan
Ketika berbicara tentang pengetahuan, tidak selalu harus diperoleh melalui pendidikan formal. Pengetahuan juga dapat diperoleh melalui pendidikan non formal. Bahkan, saat bermain, berwisata, atau bahkan berkebun di halaman rumah, kita dapat menemukan pengetahuan baru. Artinya, pengetahuan dapat diperoleh melalui kepekaan terhadap lingkungan sekitar.
3. Membentuk Keahlian Sesuai dengan Kemampuan
Teori belajar konstruktivisme membantu untuk menemukan keahlian yang sesuai dengan potensi yang seseorang miliki. Seseorang yang awalnya tidak tertarik pada dunia menulis, setelah memahami manfaat dan kelebihan dari kegiatan menulis, dapat dipacu untuk menjadi seorang penulis.
Itulah penjelasan mengenai teori belajar konstruktivisme, proses, hal yang perlu diperhatikan, dan tujuan keberadaannya.