Cara Menentukan Awal Ramadan dengan Metode Hisab dan Rukyatul Hilal
Menjelang bulan suci Ramadan, umat Islam di Indonesia biasanya menunggu pengumuman resmi dari Kementerian Agama (Kemenag) tentang awal puasa. Pengumuman ini didasarkan pada hasil sidang isbat yang menggabungkan dua metode penentuan awal bulan Hijriah, yaitu hisab dan rukyatul hilal.
Hisab adalah metode yang dilakukan untuk menentukan awal puasa dengan menggunakan perhitungan matematis dan astronomis. Sedangkan rukyatul hilal adalah metode penetapan awal Ramadan dan Syawal berdasarkan pengamatan langsung terhadap kemunculan hilal untuk menentukan awal bulan baru.
Metode Hisab
Metode hisab secara bahasa berarti menghitung. Dalam konteks penentuan awal bulan Hijriah, hisab adalah metode perhitungan waktu berdasarkan posisi geometris benda-benda langit, terutama matahari, bulan, dan bumi.
Metode ini selain digunakan untuk menentukan awal bulan puasa, juga dipakai untuk menentukan waktu salat, idulfitri, waktu haji, dan waktu untuk melaksanakan salat gerhana.
Penentuan waktu hisab menggunakan posisi geometris benda-benda langit yang dipelajari dalam ilmu haiah atau ilmu falak, dikenal juga dengan istilah astronomi dalam bahasa Yunani.
Dalam Pedoman Hisab Muhammadiyah disebutkan, untuk menentukan kapan awal bulan kamariah (yang ditandai dengan kemunculan hilal) dilakukan dengan dua macam metode. Dua metodenya yaitu hisab urfi dan hisab hakiki.
1. Hisab Urfi
Hisab urfi adalah metode penentuan awal bulan tanpa berpatokan pada gerak benda langit secara hakiki (sebenarnya). Metode ini dilakukan dengan menjumlahkan seluruh hari, sejak tanggal 1 Muharam, 1 Hijriah hingga tanggal saat perhitungan berdasarkan kaidah-kaidah yang telah ditentukan.
2. Hisab Hakiki
Hisab hakiki adalah metode penentuan awal bulan dengan berpatokan pada gerak benda langit secara hakiki (sebenarnya). Metode ini dilakukan dengan menghitung posisi matahari dan bulan pada saat ijtimak (konjungsi) atau saat berakhirnya bulan lalu dan munculnya bulan baru dalam penanggalan Hijriah.
Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah menetapkan awal puasa atau 1 Ramadan 1445 H jatuh pada tanggal 11 Maret 2024. Sementara untuk 1 Syawal 1445 H atau Idul Fitri 2024 jatuh tanggal 10 April 2024. Keputusan yang tertuang dalam maklumat nomor 1/MLM/I.0/E/2024 tersebut berasal dari metode hisab hakiki wujudul hilal.
Metode Rukyatul Hilal
Metode rukyatul hilal adalah metode penetapan awal Ramadan dan Syawal berdasarkan pengamatan langsung terhadap kemunculan hilal untuk menentukan awal bulan baru.
Metode ini dilakukan dengan cara mengamati hilal saat matahari tenggelam dengan mata telanjang atau bantuan optik seperti teleskop. Ada tiga kriteria yang harus dipenuhi untuk menentukan awal Ramadan dengan metode rukyatul hilal, yaitu:
- Terjadi ijtimak (konjungsi) atau saat berakhirnya bulan lalu dan munculnya bulan baru dalam penanggalan Hijriah.
- Ijtimak terjadi sebelum matahari terbenam.
- Piringan atas bulan posisinya di ufuk ketika saat matahari terbenam.
Bila ketiga unsur itu terpenuhi, maka ulama bisa menentukan awal Ramadan.
Lembaga Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) telah mengumumkan informasi terkait hilal untuk menentukan awal Ramadan 1445 Hijriah. Dikutip dari rilis resminya, PBNU menetapkan hari Minggu (10/3) bertepatan sebagai tanggal 29 Sya’ban 1445 H sesuai Kalender Hijriah Nahdlatul Ulama.
Berdasarkan perhitungan, tinggi hilal saat itu bervariasi antara –0º 30’ hingga +0º 26’. Elongasi hilal haqiqy di Indonesia di antara 2º 16’ hingga 2º 42’. Sementara lama hilal di atas ufuk Indonesia bervariasi antara 0 menit 0 detik hingga 4 menit 21 detik.
Oleh karena itu, penetapan 1 Ramadhan 1445 H oleh Nahdlatul Ulama akan diadakan saat Ikhbar Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama pada Minggu, 10 Maret 2024 sekitar pukul 19:00 WIB.
Sidang Isbat Penentuan Awal Ramadan 1445 H
Dilansir dari situs resmi Kemenag, sidang isbat penentuan awal Ramadan 2024 akan dilaksanakan pada 10 Maret 2024 di Auditorium H.M. Rasjidi Kantor Kemenag. Sidang isbat diawali dengan pemantauan posisi hilal mulai pukul 17.00 WIB. Pemantauan hilal dilakukan di 134 titik di beberapa wilayah Indonesia.
Sidang isbat akan menggabungkan metode hisab dan rukyatul hilal untuk menentukan awal puasa. Jika hilal terlihat di salah satu titik pemantauan, maka sidang isbat akan menetapkan bahwa besok adalah 1 Ramadan 1445 H.
Jika hilal tidak terlihat di seluruh titik pemantauan, maka sidang isbat akan menetapkan bahwa besok adalah 30 Sya'ban 1444 H dan lusa adalah 1 Ramadan 1445 H.
Namun, Kalender Hijriah Indonesia Tahun 2024 dari Kementerian Agama memperkirakan 1 Ramadhan 1445 H jatuh pada Selasa, 12 Maret 2024.