Jejak Sejarah Selat Muria yang Dikaitkan dengan Banjir Besar di Demak

Nadhira Shafa
22 Maret 2024, 13:15
Jejak Sejarah Selat Muria yang Dikaitkan dengan Banjir Besar di Demak
Pexels
Ilustrasi Selat di Indonesia
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Banjir besar yang melanda Kabupaten Demak dan sekitarnya dalam beberapa minggu terakhir telah menyita perhatian publik. Bencana ini tak hanya menimbulkan kerugian materiil dan imateril, tetapi juga memunculkan kembali pertanyaan tentang peran Selat Muria dalam sejarah banjir di Demak.

Selat Muria merupakan jalur perairan yang ada di sebelah selatan Gunung Muria. Wilayah perairan itu memisahkan daratan pegunungan Kendeng yang ada di bagian utara Jawa Tengah dengan Gunung Muria. 

Dahulu, Selat Muria merupakan kawasan perdagangan yang ramai dengan kota-kota perdagangan seperti Demak, Jepara, Pati, dan Juwana. Sekitar tahun 1657, endapan lumpur dari sungai-sungai yang bermuara di selat ini terbawa ke laut, sehingga selat ini semakin dangkal dan menghilang. Pulau Muria pun akhirnya menyatu dengan Pulau Jawa.

Selat Muria memiliki sejarah yang menarik untuk diketahui. Ingin tahu seperti apa sejarah Selat Muria yang dulunya terkenal tetapi kini mendadak hilang? Simak baik-baik uraian penjelasannya berikut ini.

Sejarah Selat Muria

Ilustrasi Selat Muria
Ilustrasi Selat Muria (NUJepara)
 

Selat Muria dulunya adalah jalur perairan yang memisahkan Gunung Muria dari pegunungan Kendeng di utara Jawa Tengah. Ini bukan hanya jalur perairan yang memisahkan dua wilayah berbeda, tetapi juga merupakan jalur perdagangan penting di Jawa.  

Menurut jurnal Sejarah Kesultanan Demak: Dari Raden Fatah Sampai Arya Penangsang (2021), sebelum abad ke-17, Selat Muria masih cukup lebar dan dalam untuk dilayari. Kota-kota seperti Demak, yang terletak di pinggirnya, berkembang menjadi pelabuhan penting dalam jalur perdagangan Jawa. Demak sendiri dikenal sebagai tempat singgah kapal-kapal yang berlayar dari Malaka ke Maluku atau sebaliknya.

Namun, seiring waktu, Selat Muria mengalami pendangkalan akibat endapan fluvio-marin dan proses sedimentasi yang berlangsung, sehingga wilayah perairan tersebut berubah menjadi daratan. Akibatnya, Pulau Muria yang dulunya terpisah dari Jawa Tengah akhirnya bergabung dengan daratan, membentuk wilayah Kabupaten Kudus, Grobogan, Pati, dan Rembang seperti yang kita kenal saat ini.

Bukti-bukti sejarah Selat Muria masih dapat ditemukan hingga kini. Misalnya, fosil hewan laut ditemukan di Situs Purbakala Patiayam, Kudus. Temuan reruntuhan perahu, kapal, dan meriam juga menjadi bukti akan keberadaan jalur perdagangan dan transportasi yang vital di wilayah ini.

Wilayah daratan yang dulunya merupakan Selat Muria kini telah memberikan kontribusi yang besar bagi kehidupan manusia. Sumber daya alam seperti air dari Pegunungan Muria digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari masyarakat sekitar. Tanah yang subur memungkinkan pertanian dan kebun produktif berkembang, serta memberikan potensi ekonomi bagi masyarakat.

Kaitan Banjir Demak dengan Kemunculan Selat Muria

Warga terdampak banjir Demak mengungsi di tanggul sungai
Warga terdampak banjir Demak mengungsi di tanggul sungai (ANTARA FOTO/Yusuf Nugroho/nym.)
 

Selat Muria adalah wilayah perairan yang dulu memisahkan daratan utara Jawa Tengah dengan Gunung Muria. Menurut sejarah, Selat Muria ini ada hingga abad ke-16 dan berfungsi penting dalam perdagangan dan transportasi laut. Namun, seiring waktu, selat ini tertimbun dan menjadi daratan yang menghubungkan Jawa Tengah dengan Gunung Muria.

Baru-baru ini, banjir besar yang melanda Demak, Jepara, dan Kudus di Jawa Tengah telah membangkitkan kembali diskusi tentang Selat Muria. Beberapa orang berspekulasi bahwa banjir ini merupakan tanda kemunculan kembali Selat Muria. 

Namun, menurut para ahli, banjir yang terjadi di Demak lebih disebabkan oleh faktor alam seperti cuaca ekstrem dan tingginya curah hujan, serta faktor manusia seperti penggunaan lahan dan penurunan permukaan tanah akibat beban konstruksi dan pengambilan air tanah berlebihan.

Kondisi geologis saat ini tidak mendukung kemunculan kembali Selat Muria karena proses erosi dan sedimentasi yang terus berlangsung di wilayah tersebut. Meskipun demikian, perubahan penggunaan lahan dan penurunan permukaan tanah membuat wilayah Demak, Pati, dan Juwana menjadi rentan terhadap banjir, terutama saat terjadi bencana hidrometeorologis yang meningkat akibat perubahan iklim global.

Banjir besar di Demak juga diperparah oleh jebolnya Tanggul Sungai Wulan, yang menyebabkan beberapa titik di wilayah tersebut terendam banjir hingga ketinggian 3 meter. Ini mengakibatkan lumpuhnya berbagai sektor publik, termasuk transportasi, pendidikan, dan ekonomi, serta memaksa ribuan warga untuk mengungsi.

Jadi, meskipun Selat Muria memiliki sejarah yang kaya dan pernah menjadi bagian penting dari geografi Jawa Tengah, banjir besar yang terjadi di Demak baru-baru ini tidak secara langsung terkait dengan kemunculan kembali selat tersebut, melainkan lebih karena kombinasi faktor alam dan manusia.

Editor: Safrezi

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...