Biografi Fatmawati, Istri Soekarno yang Dijuluki The First Lady

Annisa Fianni Sisma
24 April 2024, 13:55
Fatmawati
konde.co
Fatmawati
Button AI Summarize

Fatmawati Soekarno, yang dijuluki The First Lady, merupakan ibu negara pertama di Indonesia. Salah satu kontribusi terkenalnya adalah menjahit Bendera Pusaka Sang Saka Merah Putih yang dikibarkan saat Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945.

Ia lahir dengan nama Fatimah di Bengkulu pada 5 Februari 1923, dan ayahnya, Hasan Din, merupakan tokoh Muhammadiyah di sana. Keluarga Fatmawati dihormati karena ketokohan ayahnya dan dikatakan memiliki hubungan dengan kerabat Kesultanan Indrapura yang mengungsi ke Bengkulu saat kerajaan tersebut ditekan oleh Belanda pada awal abad ke-19.

Berkenaan dengan itu, menarik mengenal sosok Fatmawati lebih lanjut. Berikut ini biografi Fatmawati untuk memahaminya.

Masa Muda dan Pertemuan dengan Soekarno

Fatmawati
Fatmawati (ANRI)

 

Fatmawati, satu-satunya anak dari H. Hassan Din dan Siti Chadidjah, lahir di Bengkulu pada 5 Februari 1923. Kendati merupakan putri tunggal, kehidupannya tidaklah dimanjakan oleh kekayaan. Keluarganya mengalami kesulitan ekonomi yang membuat mereka harus pindah-pindah sekolah dan tempat tinggal, dari HIS di Palembang hingga Curup, di antara Lubuk Linggau dan Bengkulu.

Sejak kecil, Fatmawati dididik dalam nilai-nilai agama, khususnya dalam membaca Al-Quran, dan aktif di organisasi Muhammadiyah. Di sinilah ia bertemu dengan Ir. Soekarno, yang diasingkan ke Bengkulu pada Agustus 1938 dan menjadi guru di sekolah tempat ayah Fatmawati mengajar.

Soekarno menawarkan Fatmawati untuk melanjutkan sekolah di Vakschool Katholik meski dengan syarat yang sulit, namun Soekarno menawarkan untuk mengurus segalanya dan mengizinkan Fatmawati tinggal di rumahnya.

Pertemuan mereka berlanjut ketika Bu Inggit, istri pertama Soekarno, kembali ke Bandung. Setelah Bu Inggit pergi, Fatmawati dan Soekarno semakin dekat dan akhirnya menikah pada tahun 1943 di Bengkulu. Fatmawati mendampingi Soekarno di Jakarta hingga proklamasi kemerdekaan.

Peran Penting dalam Perjuangan Kemerdekaan Indonesia

Fatmawati
Fatmawati (historia.id)

Perjalanan Indonesia menuju kemerdekaan penuh dengan rintangan. Puncaknya terjadi pada 15 Agustus 1945, saat terjadi perdebatan sengit antara generasi muda dan tua di Rengasdengklok. Generasi muda mendesak Soekarno dan para pemimpin lainnya untuk segera memproklamasikan kemerdekaan.

Setelah perundingan panjang, disepakati bahwa proklamasi akan dibacakan pada 17 Agustus 1945. Namun, persiapannya tidak mudah. Mereka harus menentukan kata-kata proklamasi, siapa yang akan membacanya, menandatanganinya, lokasi proklamasi, hingga mengatasi kendala seperti kesehatan Soekarno yang memburuk dan kesulitan mendapatkan kain bendera.

Beruntung, melalui bantuan Hitoshi Shimizu melalui Chairul Basri, kain bendera Merah Putih berhasil diperoleh dari gudang Jepang di Pintu Air, Jakarta Pusat. Namun, kain itu satu-satunya yang tersedia. Dengan penuh haru, Fatmawati menjahit kain tersebut dengan tangan karena tidak diizinkan menggunakan mesin jahit kaki saat itu karena sedang hamil tua.

Di tengah keterbatasan waktu dan sumber daya, Fatmawati berhasil menjahit kain merah putih itu menjadi bendera kebangsaan. Warna merah melambangkan keberanian, sedangkan putih melambangkan kesucian. Bendera tersebut kemudian dijahit dengan benang merah putih, melambangkan persatuan bangsa.

Pada pagi hari 17 Agustus 1945, Soekarno dan Hatta menuju Jalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta. Di sana, teks proklamasi yang diketik oleh Sayuti Melik dibacakan dengan suara lantang oleh Soekarno di depan rumah Laksamana Tadashi Maeda.

Pengibaran bendera Merah Putih untuk pertama kalinya dilakukan oleh Suhud dan Latief Hendra. Seiring dengan berkibarnya bendera, Soekarno membacakan teks proklamasi yang menggemakan kemerdekaan Indonesia.

Kiprah Fatmawati di Era Kemerdekaan dan Wafatnya

Di tengah hiruk pikuk Jakarta, berdiri kokoh sebuah rumah sakit bersejarah bernama Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati. Lebih dari sekadar tempat pengobatan, rumah sakit ini menyimpan kisah inspiratif tentang dedikasi Ibu Negara Fatmawati bagi kesehatan anak-anak Indonesia.

Tergerak oleh kondisi ayahnya yang menderita asma dan prihatin dengan banyaknya anak-anak yang terserang TBC di lingkungan padat penduduk, Fatmawati dengan tekad kuat mendirikan sanatorium khusus anak. Dimulai dengan mengumpulkan dana dari lelang peci dan pakaian suaminya, Ir. Soekarno, terkumpul dana sebesar 28 juta rupiah, jumlah yang fantastis di masa itu. Dana tersebut menjadi modal awal berdirinya Yayasan Rumah Sakit Ibu Soekarno.

Cilandak dipilih sebagai lokasi karena kawasannya masih asri dan luas, ideal untuk menampung pasien dengan kondisi yang membutuhkan perawatan khusus. Peletakan batu pertama dilakukan pada tanggal 24 Oktober 1954, dan pembangunannya rampung pada tahun 1958.

Semangat Fatmawati tak berhenti di situ. Pada tahun 1980, ia menunaikan ibadah umrah bersama Dien Soemaryo, istri Bung Hatta. Namun, takdir berkata lain, Fatmawati wafat karena serangan jantung di Kuala Lumpur, Malaysia, sebelum kembali ke tanah air. Jenazahnya dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum Karet Bivak, Jakarta.

Meskipun telah tiada, Fatmawati meninggalkan warisan luar biasa. RSUP Fatmawati terus berkembang menjadi rumah sakit rujukan nasional dengan berbagai layanan kesehatan unggulan. Semangatnya untuk membantu anak-anak dan memajukan bangsa Indonesia pun diwariskan kepada kelima anaknya, yang turut berkontribusi dalam berbagai bidang.

 

Editor: Safrezi

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...