5 Contoh Kultum Ramadhan 2024 Penuh Makna dan Menyentuh Hati
Kultum merupakan kependekan dari Kuliah Tujuh Menit. Ceramah singkat ini erat kaitannya dengan bulan Ramadan. Biasanya disampaikan pada waktu menjelang berbuka atau di sela-sela salat tarawih.
Ada pun kultum yang disampaikan tidak jauh dari Ramadhan. Tentu saja hal ini untuk mengarahkan jamaah untuk memaksimalkan ibadah sepanjang Bulan Suci.
Dalam artikel ini kami memberikan sejumlah contoh kultum Ramadhan 2024 yang bisa dijadikan acuan dalam penulisan mau pun penyampaian. Berikut lengkapnya.
Contoh Kultum Ramadhan 2024
1. Keutamaan Bulan Ramadhan
Umat Islam selayaknya memahami keutamaan atau fadhilah dari setiap ibadah yang Allah SWT perintahkan. Menurut para ulama pemahaman terhadap keutamaan dalam melaksanakan setiap amal shaleh akan menjadi penyemangat sekaligus akan mendorong kepada peningkatan ketaqwaan seseorang.
Bulan suci Ramadhan merupakan kesempatan bagi setiap hamba Allah untuk lebih meningkatkan ketakwaan. Sebab, bulan ini memiliki beberapa keutamaan atau manfaat seperti berikut ini:
Ramadhan Bulan Diturunkannya Al-Quran
Ramadhan merupakan syahrul Quran (bulan Al-Quran). Diturunkannya Al-Qur'an pada bulan Ramadhan menjadi bukti nyata atas kemuliaan dan keutamaan bulan Ramadhan. Allah Swt berfirman yang artinya: "Bulan Ramadhan adalah (bulan) yang didalamnya diturunkan Al-Qur'an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan petunjuk tersebut dan pembeda (antara yang benar dan yang batil)." (QS. Al-Baqarah: 185).
Di ayat lain Allah berfirman yang artinya: "Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur'an) pada malam qadar" (QS. Al-Qadar: 1). Dan banyak ayat lainnya yang menerangkan bahwa Al-Qur'an diturunkan pada bulan Ramadhan. Itu sebabnya bulan Ramadhan dijuluki dengan nama syahrul quran (bulan Al-Qur'an)
Bulan Penuh Keberkahan
Bulan ini disebut juga dengan bulan syahrun mubarak. Hal ini adalah berdasarkan pada dalil hadits Nabi Rasulullah SAW yang artinya: "Sungguh telah datang kepada kalian bulan yang penuh berkah. Pada bulan ini diwajibkan puasa kepada kalian.." (HR. Ahmad, An-Nasa’i dan Al-Baihaqi). Dan juga bahwa setiap ibadah yang dilakukan di bulan Ramadhan, maka Allah akan melipat gandakan pahalanya.
Dan di dalam bulan penuh kemuliaan dan keberkahan ini maka tidak hanya keberkahan di dalam menuai pahala, namun banyak keberkahan lainnya. Puasa ditinjau dari aspek ekonomi, maka Ramadhan memberi keberkahan ekonomi bagi para pedagang dan lainnya.
Bagi fakir miskin, Ramadhan membawa keberkahan tersendiri. Pada bulan ini seorang muslim sangat digalakkan dan disunnah untuk berinfaq dan bersedekah di bulan Ramadhan kepada mereka. Bahkan diwajibkan membayar zakat fitrah untuk mereka.
Malam Lailatul Qadar
Kemuliaan bulan ramadhan salah satunya adalah dengan hadirnya malam penuh kemuliaan dan keberkahan di salah satu malam pada malam-malam terakhir dan ganjil di bulan ramadhan yaitu malam Lailatul Qadar. Pada bulan Ramadhan terdapat suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan yaitu lailatul qadar (malam kemuliaan). Pada malam inilah yaitu 10 hari terakhir di bulan Ramadhan adalah saat diturunkannya Al Qur'anul Karim.
Allah Ta'ala berfirman yang artinya: "Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur'an) pada lailatul qadar (malam kemuliaan). Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan." (QS.Al Qadr: 1-3).
Bulan Ramadhan, Bulan Pengampunan Dosa Maghfirah
Allah Ta'ala menyediakan Ramadhan sebagai fasilitas penghapusan dosa selama kita menjauhi dosa besar. Nabi saw bersabda yang artinya: "Shalat lima waktu, Jumat ke Jumat dan Ramadhan ke Ramadhan menghapuskan dosa-dosa di antara masa-masa itu selama dosa-dosa besar dijauhi." (HR. Muslim).
Melalui berbagai aktivitas ibadah di bulan Ramadhan Allah Swt menghapuskan dosa kita. Di antaranya adalah puasa Ramadhan, sebagaimana sabda Nabi SAW yang artinya: "Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan karena penuh keimanan dan mengharap pahala dari Allah Swt, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." (HR.Bukhari dan Muslim).
Begitu pula dengan melakukan shalat malam (tarawih, witir dan tahajud) pada bulan Ramadhan dapat menghapus dosa yang telah lalu, sebagaimana sabda Nabi SAW yang artinya: "Barangsiapa yang berpuasa yang melakukan qiyam Ramadhan (shalat malam) dengan penuh keimanan dan mengharap pahala dari Allah Swt, niscaya diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." (HR Bukhari dan Muslim).
Ramadhan Pintu Surga Dibuka, Pintu Neraka Ditutup
Keberkahan kemuliaan di dalam bulan Ramadhan adalah pintu-pintu surga terbuka dan pintu-pintu neraka tertutup serta syaithan-syaithan diikat. Dengan demikian, Allah Ta'ala telah memberi kesempatan kepada hamba-Nya untuk masuk surga dengan ibadah dan amal shalih yang mereka perbuat pada bulan Ramadhan.
Mengingat berbagai keutamaan Ramadhan tersebut di atas, maka sangat disayangkan bila Ramadhan datang dan berlalu meninggalkan kita begitu saja, tanpa ada usaha maksimal dari kita untuk meraihnya dengan melakukan berbagai ibadah dan amal shalih. Semoga ramadhan tahun ini akan lebih baik dalam hal amalan ibadah daripada tahun-tahun sebelumnya.
Aamiin… aamiin.
2. Meraih Keberkahan Ramadhan
Bulan Ramadhan memiliki keutamaan dan keistimewaan yang besar. Semua amal saleh yang dilakukan pada bulan ini akan mendapat balasan lebih banyak dan lebih baik. Pada bulan ini umat Islam sangat dianjurkan untuk memperbanyak amal kebajikan dan meninggalkan kemaksiatan. Di antara keutamaan dan keistimewaan Ramadhan tersebut, sebagaimana disebutkan dalam beberapa riwayat.
قَدْ جَاءَكُمْ رَمَضَانُ شَهْرٌمُبَارَكٌ افْتَرَضَ اللهُ عَلَيْكُم ْصِيَامَهُ تُفْتَحُ فَيْهِ أبْوَابُ الْجَنَّة ِوَيُغْلَقُ فَيْهِ أبْوَابُ الْجَحِيْمِ وَتُغَلًّ فَيْهَ الشَّيَاطَيْنُ فَيْهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ ألْفِ شَهْرٍ.
"Telah datang kepada kalian semua Bulan Ramadhan, bulan penuh berkah, maka Allah mewajibkan kalian untuk berpuasa pada bulan itu. Saat itu pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, para setan diikat (dibelenggu) dan pada bulan itu pula terdapat satu malam yang nilainya lebih baik dari seribu bulan." (HR. Ahmad)
Kata berkah atau barokah atau mubarak berasal dari kata kerja yang merujuk kepada peristiwa yang terjadi pada masa lalu (fi'il madhi, past tense), baraka. Menurut Imam An-Nawawi, baraka itu artinya tumbuh, berkembang, bertambah dan kebaikan yang berkesinambungan. Ar-Raghib Al-Asfahaniy memaknai kata ini dengan ats-Tsubut (ketetapan atau keberadaan) dan tsubut al-khayr al-ilahy (adanya kebaikan Tuhan). Atau, dalam istilah Imam Al-Ghazali, barokah itu ziyadatul-khair ala kulli syai', bertambahnya kebaikan atas segala sesuatu. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), berkah diartikan dengan "karunia Tuhan yang mendatangkan kebaikan bagi kehidupan manusia."
Dalam buku Durus al-'Am, Syaikh Abdul Malik Al-Qasimi menjelaskan bahwa berkah atau barokah adalah:
وَالْبَرَكَةُ هِيَ ثُبُوتُ الْخَيْرِ الْإَلَهِيْ فِي الشَّيْءِ. فَإِنَّهَا إِذَا حَلَّتْ فِيْ قَلِيْلٍ كَثَّرَتْهُ وَإِذَا حَلَّتْ فِيْ كَثِيْرٍ نَفَعَ
"Barokah adalah adanya kebaikan yang berasal dari Allah pada suatu hal. Sesuatu yang sedikit jika mendapatkan keberkahan, berubah jadi terasa banyak. Sesuatu yang banyak jika mendapatkan keberkahan, terasa sangat besar manfaatnya."
Dari pengertian ini saja, setidaknya ada tiga indikator bahwa sesuatu itu diberkahi. Pertama, sesuatu yang sedikit jika barakah akan terasa banyak. Umur pendek yang diberkahi adalah umur yang diisi dengan berbagai kebaikan dan menghasilkan banyak karya dan amal saleh. Imam An-Nawawi hanya berusia 43 tahun, tetapi karya-karyanya ratusan judul dan dikaji hingga sekarang oleh banyak ilmuwan dan ulama.
Harta sedikit yang penuh berkah adalah harta yang cukup dimanfaatkan untuk berbagai keperluan layaknya harta yang banyak. Ilmu yang berkah adalah ilmu yang membuahkan manfaat yang banyak bagi diri, keluarga dan masyarakat sekitarnya. Ilmu yang berkah berarti ilmu yang sedikit tapi diamalkan dalam keseharian.
Ramadhan disebut bulan penuh berkah karena di bulan Ramadhan pahala amal kebaikan dilipatgandakan. Amalan yang awalnya biasa saja menjadi luar biasa nilainya di hadapan Allah bagi yang menjalankannya. Amalan sunnah diganjar sebagaimana layaknya amalan wajib. Di bulan ini kebaikan bertambah dan bertumbuh menjadi kebaikan yang berkesinambungan.
Kedua, sesuatu yang berkah adalah sesuatu yang membuahkan manfaat luar biasa. Ilmu agama yang banyak dan berkah akan memberi manfaat yang mendunia dan mendatangkan kebaikan bagi banyak orang. Umur panjang dan berkah akan membuahkan karya-karya (amal saleh) yang monumental dan besar manfaatnya bagi masyarakat luas.
Dalam hal ini, jika amalan di bulan Ramadhan dimaksimalkan, maka ia akan mendatangkan manfaat yang besar bagi pelakunya. Hatinya akan tertata kembali. Pikirannya dibersihkan dari berbagai prasangka dan negative thinking. Ia akan lebih optimis dalam menghadapi problematika hidupnya. Karenanya, ketika Hari Raya tiba, ia akan mendapatkan kemenangan dan kebahagiaan (al-faizin).
Ketiga, dikatakan berkah karena sesuatu atau keadaan itu bisa mengantarkan seseorang pada kebaikan dan menambah kebaikan atau ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya. Pernikahan yang diberkahi adalah pernikahan yang mendatangkan kebaikan bagi pasangan suami dan istri. Bukan hanya pada saat senang dan dalam limpahan nikmat-Nya. Namun, pada saat susah dan berkekurangan pun bisa menjadi berkah, manakala kesusahan itu menjadikan keduanya sadar dan bertaubat atas kesalahan diri mereka. Setidaknya, hal itu akan menghindarkan keduanya dari jurang kenistaan dan kemudharatan. Keluarga penuh berkah adalah keluarga yang selalu mendorong semua warga rumah tersebut untuk selalu mendekatkan diri kepada Allah.
Ramadhan akan menjadi berkah bagi pelakunya, jika setelah Ramadhan ia menjadi semakin dekat dan bertakwa kepada Allah. Sebaliknya, jika setelah Ramadhan seseorang tidak mengalami perubahan apapun, maka ia patut mengoreksi diri atas puasa Ramadhannya. Jadi, pelaku manusia ikut menentukan perubahan dalam dirinya. Jika berusaha untuk selalu mendekat kepada-Nya, maka Allah pun akan lebih mendekat kepada hamba-Nya. Karenanya, tidak ada alasan lain bagi seorang muslim kecuali harus bisa meraih berkah Ramadhan. Wallahu a'lamu.
3. Menyambut Ramadhan dengan Antusias
Ramadhan. Bulan suci ini menyapa kembali. Kemuliaan di hadapan. Kedatangannya disambut beraneka rasa oleh orang-orang. Ada yang menyambutnya biasa-biasa saja, ada yang menyambutnya dengan sinis, dan ada yang menyambutnya dengan antusias. Bagaimana dengan kita?
Semoga kita termasuk orang yang menyambut Ramadhan dengan antusias berlandaskan keimanan dan keilmuan. Kita senang karena paham bahwa Ramadhan adalah bulan keberkahan, bulan kemuliaan, bulan pengampunan, bulan rahmat, dan bulan penuh cinta. Kita menyambutnya dengan khusyuk, dengan niat yang tulus, dengan harapan yang besar, dan dengan persiapan yang matang.
Kita tidak menyia-nyiakan kesempatan emas ini untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, untuk membersihkan diri dari dosa-dosa, untuk memperbaiki akhlak dan amal, untuk meneladani Rasulullah SAW, dan untuk berbagi kebaikan kepada sesama. Kita berusaha untuk mengisi Ramadhan ini dengan banyak ibadah, dengan kualitas yang baik, dengan kuantitas yang banyak, dan dengan keikhlasan yang tinggi.
Kita berharap agar Ramadhan ini menjadi Ramadhan terbaik dalam hidup kita, Ramadhan yang membawa kita ke surga, Ramadhan yang menyelamatkan kita dari neraka, dan Ramadhan yang menjadikan kita hamba yang bertaqwa.
4. Bulan Penuh Cinta
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Ramadhan adalah bulan penuh cinta. Cinta kepada Allah SWT, cinta kepada Rasulullah SAW, cinta kepada Al-Quran, cinta kepada keluarga, cinta kepada saudara, cinta kepada sesama, dan cinta kepada diri sendiri. Di bulan ini, kita diajak untuk menumbuhkan, mengekspresikan, dan menyebarkan cinta dalam berbagai bentuk dan cara.
Cinta kepada Allah SWT adalah cinta yang paling utama, yang paling mendasar, dan yang paling hakiki. Cinta ini adalah sumber dari segala cinta yang lain. Cinta ini adalah motivasi dari segala ibadah yang kita lakukan. Cinta ini adalah tujuan dari segala usaha yang kita lakukan. Cinta ini adalah nikmat yang paling besar, yang paling indah, dan yang paling abadi. Cinta ini adalah cinta yang harus kita jaga, kita rawat, dan kita tingkatkan.
Salah satu cara untuk menunjukkan cinta kepada Allah SWT adalah dengan berpuasa. Puasa adalah ibadah yang paling dicintai oleh Allah SWT, sebagaimana hadits qudsi yang telah disebutkan sebelumnya. Puasa adalah ibadah yang menunjukkan ketaatan, kesabaran, ketakwaan, dan keikhlasan kita kepada Allah SWT.
Puasa adalah ibadah yang menunjukkan bahwa kita mencintai Allah SWT lebih dari segala sesuatu, bahkan lebih dari makanan, minuman, dan hawa nafsu kita.
Cinta kepada Rasulullah SAW adalah cinta yang paling wajib, yang paling mulia, dan yang paling sempurna. Cinta ini adalah bukti dari keimanan kita. Cinta ini adalah syarat dari keselamatan kita. Cinta ini adalah teladan dari kebaikan kita. Cinta ini adalah cinta yang harus kita tunjukkan, kita tiru, dan kita dakwahkan.
Salah satu cara untuk menunjukkan cinta kepada Rasulullah SAW adalah dengan mengikuti sunnah-sunnahnya. Sunnah adalah segala perkataan, perbuatan, dan ketetapan Rasulullah SAW yang menjadi contoh dan pedoman bagi kita. Sunnah adalah sumber dari segala keberkahan, kebahagiaan, dan kesuksesan kita. Sunnah adalah jalan menuju cinta Allah SWT, sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
Artinya, "Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, maka ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu". Allah Maha Pengampun Maha Penyayang." (QS. Ali Imran: 31).
Cinta kepada Al-Quran adalah cinta yang paling bermanfaat, yang paling berkah, dan yang paling indah. Cinta ini adalah cahaya dari hidayah kita. Cinta ini adalah obat dari penyakit kita. Cinta ini adalah pelindung dari fitnah kita. Cinta ini adalah cinta yang harus kita baca, kita pahami, dan kita amalkan.
Salah satu cara untuk menunjukkan cinta kepada Al-Quran adalah dengan tilawah. Tilawah adalah membaca Al-Quran dengan tartil, tajwid, dan tadabbur. Tilawah adalah ibadah yang sangat dianjurkan di bulan Ramadhan, sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا لَا أَقُولُ الم حَرْفٌ وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلَامٌ حَرْفٌ وَمِيمٌ حَرْفٌ
Artinya, “Barangsiapa membaca satu huruf dari kitab Allah, maka baginya satu kebaikan, dan satu kebaikan itu dilipatgandakan sepuluh kali lipat. Aku tidak mengatakan Alif Lam Mim itu satu huruf, tetapi Alif itu satu huruf, Lam itu satu huruf, dan Mim itu satu huruf.” (HR. Tirmidzi).
Cinta kepada keluarga adalah cinta yang paling alami, yang paling dekat, dan yang paling hangat. Cinta ini adalah fitrah dari manusia. Cinta ini adalah amanah dari Allah SWT. Cinta ini adalah sumber dari keharmonisan, kesejahteraan, dan ketenangan kita. Cinta ini adalah cinta yang harus kita hormati, kita sayangi, dan kita jaga.
Salah satu cara untuk menunjukkan cinta kepada keluarga adalah dengan berbuka puasa bersama. Berbuka puasa bersama adalah kebiasaan yang sangat baik, yang sangat menyenangkan, dan yang sangat bermakna. Berbuka puasa bersama adalah kesempatan untuk berkumpul, bercengkrama, berbagi, dan bersyukur bersama keluarga. Berbuka puasa bersama adalah momen untuk merasakan nikmatnya makanan, minuman, dan kasih sayang keluarga.
Cinta kepada saudara adalah cinta yang paling luas, yang paling ikhlas, dan yang paling kuat. Cinta ini adalah ukhuwah dari Islam. Cinta ini adalah rahmat dari Allah SWT. Cinta ini adalah pondasi dari persatuan, persaudaraan, dan perdamaian kita. Cinta ini adalah cinta yang harus kita jalin, kita pupuk, dan kita perkuat.
Salah satu cara untuk menunjukkan cinta kepada saudara adalah dengan sedekah. Sedekah adalah memberikan sebagian harta, waktu, tenaga, atau ilmu kita kepada orang yang membutuhkan, tanpa mengharap balasan dari mereka. Sedekah adalah ibadah yang sangat mulia, yang sangat menyelamatkan, dan yang sangat menguntungkan. Sedekah adalah bukti dari kepedulian, kemaslahatan, dan kebahagiaan kita.
Cinta kepada sesama adalah cinta yang paling universal, yang paling humanis, dan yang paling toleran. Cinta ini adalah akhlak dari Islam. Cinta ini adalah dakwah dari Allah SWT. Cinta ini adalah jembatan dari kerukunan, keadilan, dan kemanusiaan kita. Cinta ini adalah cinta yang harus kita sebarkan, kita tunjukkan, dan kita wujudkan.
Salah satu cara untuk menunjukkan cinta kepada sesama adalah dengan saling menghormati. Menghormati adalah mengakui, menghargai, dan menghargai hak-hak, perbedaan, dan keunikan orang lain, tanpa memandang agama, suku, ras, atau golongan mereka. Menghormati adalah sikap yang sangat bijak, yang sangat adil, dan yang sangat santun. Menghormati adalah cermin dari kepribadian, kematangan, dan keindahan kita.
Cinta kepada diri sendiri adalah cinta yang paling penting, yang paling sehat, dan yang paling positif. Cinta ini adalah modal dari kepercayaan diri kita. Cinta ini adalah kewajiban dari Allah SWT. Cinta ini adalah kunci dari keseimbangan, kesehatan, dan kesempurnaan kita. Cinta ini adalah cinta yang harus kita miliki, kita rawat, dan kita tingkatkan.
Salah satu cara untuk menunjukkan cinta kepada diri sendiri adalah dengan menjaga diri. Menjaga diri adalah memelihara, memperbaiki, dan mengembangkan potensi, kemampuan, dan kualitas diri kita, baik secara jasmani, rohani, maupun intelektual. Menjaga diri adalah tindakan yang sangat penting, yang sangat bermanfaat, dan yang sangat menyenangkan. Menjaga diri adalah tanggung jawab, investasi, dan prestasi kita.
5. Menyambut Bulan Suci Ramadhan
Saudara-saudara kaum muslimin yang dirahmati Allah,
Beberapa hari lagi, insya Allah kita akan kedatangan tamu agung, tamu yang diagungkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Tamu agung itu tiada lain adalah bulan suci Ramadhan. Bulan yang penuh keberkahan, ampunan, dan rahmat bagi umat Islam di muka bumi ini. Bahkan bagi seluruh alam semesta, karena di bulan itu diturunkan kitab suci Al-Qur'an yang menjadi petunjuk kehidupan bagi seluruh manusia. Tamu ini datangnya hanya satu tahun sekali, dan kalau sudah datang ia tidak akan kembali lagi. Karena yang hadir setahun berikutnya adalah bulan Ramadhan yang baru dengan lembaran amalan baru pula. Oleh karena itu, para salafus saleh selalu mendambakan kedatangan bulan Al- Qur'an ini dan menyambutnya dengan berbagai persiapan agar mereka berhasil meraih banyak keberkahan dalam bulan puasa ini.
Rasulullah sendiri selama tiga bulan sebelum datangnya bulan Ramadhan telah mempersiapkan diri untuk menyambutnya. Hal ini terlihat dari doa yang beliau baca mulai sejak dari Bulan Rajab. Sebagaimana diriwayatkan oleh sahabat Anas bin Mâlik, bahwa ketika memasuki Bulan Rajab, Rasulullah berdoa sebagai berikut:
اللَّهُمَّ بَارِك لَنَا فِي رَجَبٍ وَشَعْبَانَ وَ بَلِّغْنَا فِي رَمَضَانَ
"Ya Allah, berkahilah kami dalam bulan Rajab dan Sya'ban dan sampaikanlah kami pada bulan Ramadhan." (HR. ath- Thabarâni, dengan sanad lemah).
Kaum muslimin dan muslimat yang berbahagia,
Bagi para salafus saleh, bulan Ramadhan adalah bulan training dan pendidikan, karena di dalamnya terjadi sebuah proses di mana seorang muslim dituntut untuk lebih baik daripada bulan- bulan lainnya. Para ulama salaf menjadikan bulan puasa sebagai bulan penempaan dan pembekalan diri untuk menghadapi hari- hari di luar bulan Ramadhan. Maka tidak aneh kita mendengar dari riwayat mereka yang menuturkan, bagaimana mereka berhasil mengkhatamkan Al-Qur'an beberapa kali dalam satu bulan, dan tidak pernah meninggalkan qiyamul lail setiap malamnya. Mereka betul-betul memahami nilai keagungan bulan suci Ramadhan, sehingga mereka berusaha menggunakan setiap detik untuk diinvestasikan dalam amal kebaikan.
Sebagai contoh adalah Imam Bukhari yang dikenal sebagai ahli hadits. Beliau mempunyai aktivitas unik selama bulan Ramadhan, yaitu mengumpulkan para sahabatnya dan mengajak shalat berjamaah. Bersama para sahabatnya, beliau mengkhatamkan Al-Qur'an selama tiga malam. Dipilihnya waktu sahur sebagai waktu khataman. Sedang di siang harinya, setiap hari beliau mengkhatamkan Al-Qur'an.
Ma'âsyiral muslimin, rahimakumullâh,
Pertanyaan yang muncul adalah, apa yang harus kita persiapkan untuk menyambut datangnya bulan Ramadhan ini? Tentu banyak hal yang perlu kita persiapkan, baik secara fisik maupun mental. Namun beberapa hal yang perlu kita persiapkan sejak dini, di antaranya adalah
1. tobat nasuha dari segala dosa,
2. menjaga hati dari berbagai penyakit yang bisa merusaknya,
3. tekad sepenuh hati untuk berubah menjadi insan yang bertakwa,
4. memahami karakter Ramadhan yang berbeda dengan bulan-bulan lainnya, dan
5. mempelajari hukum-hukum puasa.
Di samping itu, agar puasa kita tidak sia-sia, maka harus kita hindari perbuatan-perbuatan yang merusak nilai-nilai puasa. Seperti melakukan dosa walaupun kecil, menghabiskan waktu di depan TV, berlebihan dalam buka dan sahur, berlebihan tidur terutama di siang hari. Karena hakikat puasa bukan hanya menahan diri dari makan, minum, dan nafsu, namun juga harus mampu menahan mulut, pandangan, hati, dan semua anggota tubuh dari perbuatan yang tidak diridhai Allah.
Rasulullah bersabda, "Barang siapa tidak mampu meninggalkan perkataan dan perbuatan bohong, maka Allah tidak sudi untuk membalas lapar dan dahaganya." (HR. Bukhari)
Demikianlah beberapa persiapan yang perlu kita siapkan dalam menyambut tamu agung. Semoga Allah selalu menolong kita dalam menjalankan ibadah puasa dan mengisinya hari- harinya dengan berbagai amal saleh. Amin.
Itulah kumpulan contoh kultum Ramadhan 2024 yang berhasil dirangkum dari berbagai sumber. Layak dijadikan referensi, Anda bisa berlatih membaca dan menghafalnya agar lebih maksimal.