Mencermati Adab Itikaf yang Wajib Diketahui Umat Muslim
Itikaf adalah berdiam di masjid dengan tujuan dan niat tertentu. Meskipun merupakan amalan sunnah, nilainya lebih kuat saat bulan Ramadhan, terutama pada sepuluh hari terakhir, karena waktu-waktu ini lebih berpotensi untuk mendapatkan malam Lailatul Qadar.
كَانَ يَعْتَكِفُ الْعَشْرَ الْأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ حَتَّى تَوَفَّاهُ اللَّهُ ثُمَّ اعْتَكَفَ أَزْوَاجُهُ مِنْ بَعْدِهِ
Artinya, " Rasulullah melakukan Itikaf pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan hingga beliau wafat, kemudian istri-istrinya juga melakukan Itikaf setelah beliau meninggal." (HR. Bukhari).
Walaupun hadis tersebut menyarankan untuk melakukan Itikaf pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan, tidak mengapa jika dimulai sejak awal bulan.
Sebagaimana dikatakan oleh beberapa ulama, malam Lailatul Qadar bisa terjadi kapan saja selama bulan Ramadhan, meskipun sepuluh hari terakhir dianggap lebih potensial.
Adab Itikaf yang Dilakukan oleh Umat Muslim
Berikut adalah beberapa tata cara yang perlu dipahami oleh umat Islam untuk melaksanakan Itikaf dengan baik:
1. Membaca Niat
Adab Itikaf yang pertama adalah membaca niat. Niat membedakan ibadah dan aktivitas sehari-hari serta membedakan antara satu ibadah dengan ibadah lainnya:
Niat Itikaf:
نَوَيْتُ أَنْ أَعْتَكِفَ فِي هَذَا الْمَسْجِدِ للهِ تَعَالَى
“Saya Itikaf di masjid ini karena Allah.”
Niat i’tikaf Waktu Tertentu:
نَوَيْتُ أَنْ أَعْتَكِفَ فِي هَذَا الْمَسْجِدِ يَوْمًا/لَيْلًا كَامِلًا/شَهْرًا لِلهِ تَعَالَى
“Saya berniat Itikaf di masjid ini selama 1 hari/1 malam penuh/1 bulan karena Allah.”
نَوَيْتُ أَنْ أَعْتَكِفَ فِي هَذَا الْمَسْجِدِ شَهْرًا مُتَتَابِعًا
“Saya Itikaf di masjid ini selama 1 bulan karena Allah.”
Niat iktikaf Bernazar :
نَوَيْتُ أَنْ أَعْتَكِفَ فِي هَذَا الْمَسْجِدِ فَرْضًا للهِ تَعَالَى
“Saya berniat i’tikaf di masjid ini fardhu karena Allah.”
نَوَيْتُ أَنْ أَعْتَكِفَ فِي هَذَا الْمَسْجِدِ شَهْرًا مُتَتَابِعًا فَرْضًا للهِ تَعَالَى
“Saya berniat i’tikaf di masjid ini selama satu bulan berturut-turut fardhu karena Allah.”
Jika seseorang meninggalkan masjid tanpa niat kembali, kemudian kembali, maka dia harus niat kembali. Itikaf yang dilakukan setelah kembali dianggap sebagai Itikaf baru. Namun, jika seseorang berniat untuk kembali, baik ke masjid yang sama atau masjid lain, maka niat sebelumnya tetap berlaku dan tidak perlu membuat niat baru.
2. Terus Berdzikir
Mengingat Allah dapat dilakukan dengan banyak membaca kalimat thayyibah ((لا اله الا الله), tasbih (سبحان الله), istighfar (استغفر الله العظيم), syukur (الحمد لله), dan sebagainya. Yang terutama adalah melakukannya secara terus-menerus dengan tujuan mengingat Allah dan mendekat kepada-Nya.
3. Berkonsentrasi
Saat berdzikir kepada Allah, penting untuk dapat fokus sepenuhnya atau memiliki konsentrasi penuh. Caranya dengan menghayati makna setiap kata yang diucapkan saat berdzikir.
4. Tidak Berbincang
Dalam berdzikir, kita berusaha mendekatkan diri kepada Allah SWT. Kedekatan itu dapat terwujud jika kita sepenuhnya fokus pada Allah saja, sehingga interaksi dengan sesama manusia sebaiknya dihindari kecuali jika memang ada keperluan mendesak.
5. Tetap Diam di Masjid
Tempat Itikaf adalah di dalam masjid. Masjid memiliki berbagai ruang, termasuk ruang dalam dan serambi. Tempat yang digunakan untuk Itikaf biasanya adalah ruang dalam, yang sering memiliki tulisan di dinding yang menyatakan niat untuk Itikaf.
Di ruang dalam tersebut, kita tinggal selama melakukan Itikaf. Jika ada keperluan seperti buang hajat, kita boleh meninggalkan ruangan tersebut untuk kemudian kembali.
Dalam masjid, disarankan untuk tetap tinggal di satu tempat tanpa berpindah-pindah. Kita dapat melakukan shalat, berdzikir, membaca Al Quran, merenung, dan kegiatan lainnya di tempat yang sama. Ini bertujuan agar pelaksanaan Itikaf menjadi lebih efektif, menghindari pemborosan waktu dan tenaga karena berpindah-pindah tempat.
6. Menahan Nafsu
Saat beri'tikaf di masjid, sebaiknya kita menitikberatkan perhatian pada ibadah yang sedang kita lakukan dan tidak membiarkan pikiran melayang ke hal-hal di luar masjid seperti warung makan dan lainnya.
Godaan untuk mengakhiri Itikaf sering kali muncul saat pikiran teralihkan ke hal-hal tersebut, yang akhirnya dapat mengurangi kualitas Itikaf karena munculnya rasa lapar atau keinginan untuk meninggalkan masjid.
Di dalam masjid, setan mungkin mencoba untuk menggoda agar kita segera mengakhiri Itikaf dengan berbagai alasan, misalnya ingin segera beristirahat.
Upaya ini sebenarnya adalah cara setan untuk membuat kita tiba-tiba merasa ingin beristirahat sehingga tergoda untuk meninggalkan Itikaf.
7. Menaati Allah SWT
Saat beritikaf, penting untuk tetap patuh pada Allah dengan tidak melakukan larangan-Nya, seperti memprioritaskan Itikaf daripada menunaikan shalat fardhu.
Itikaf adalah sunnah, sedangkan shalat fardhu adalah wajib. Ketika waktunya shalat Subuh tiba, kewajiban shalat ini harus dipenuhi dengan menghentikan sementara Itikaf. Setelah shalat Subuh, Itikaf dapat dilanjutkan kembali.