Cerita Mistis Pendaki Gunung Ciremai, Peringatan agar Terhindar Maut
Cerita mistis pendaki gunung banyak tersaji dari berbagai gunung di Indonesia, salah satunya Gunung Ciremai. Cerita-cerita tersebut dapat menjadi pelajaran masyarakat setempat maupun masyarakat pada umumnya.
Indonesia merupakan negara yang memiliki bentang alam berupa gunung sangat banyak. Bahkan Pulau Jawa disebut ring of fire karena banyaknya gunung berapi dan banyak pula gunung nonaktif.
Setiap kisah itu dapat dipelajari dan dicaritahu faktor penyebabnya. Kemudian, masyarakat pun dapat memahami pantangan-pantangan apa saja yang wajib dihindari. Berkaitan dengan hal tersebut, menarik untuk menilik cerita mistis pendaki Gunung Ciremai.
Cerita Mistis Pendaki Gunung Ciremai
Cerita mistis pendaki gunung kali ini terjadi di Gunung Ciremai. Gunung ini terletak di Kabupaten Kuningan dan Majalengka dengan ketinggian sekitar 3.078 mdpl.
Gunung ini menjadi salah satu gunung favorit pendaki, termasuk seseorang bernama Lukas Priyanto. Ia membagikan kisahnya mendaki bersama teman-temannya pada 1996 silam.
Keempat teman Lukas bernama Maulana Zaki, Hildan Rahmadi, Muhammad Raya, dan Ahmad Fajar. Lima sekawan tersebut, saat itu masih menduduki jenjang SMP.
Fajar mengajak keempat temannya untuk mengisi liburan Idul Fitri. Kelima orang itu tidak memiliki pengalaman mendaki gunung, sehingga hanya ingin ke puncak lalu pulang.
Kemudian pada malam mereka berkumpul, mereka berbincang tentang izin orang tua. Raya dan Hildan telah meminta izin tetapi tidak mengatakan pergi ke puncak Gunung Ciremai.
Sementara itu, Zaki meminta izin memuncak tetapi tidak diperbolehkan. Kemudian ia tetap bersikukuh mendaki gunung bersama teman-temannya. Fajar juga ternyata tidak diizinkan pergi ke puncak oleh orang tuanya. Kemudian Lukas tidak meminta izin sama sekali karena hanya naik gunung yang jaraknya dekat.
Keesokan harinya, usai sholat subuh, kelima orang ini berangkat ke puncak tanpa izin orang tua. Perbekalan mereka juga seadanya, seperti masing-masing membawa tas sekolah berisi tenda, snack, senter, roti, kopi, termos air panas, rokok, serta air mineral.
Mereka mendaki mulai jalur Linggarjati dan tidak melewati pos penjagaan. Kemudian mereka memasuki hutan rimba. Banyak pohon pinus menjulang tinggi.
Beberapa saat kemudian, mereka melihat gubuk dan memutuskan beristirahat sejenak. Ketika Lukas membakar rokok, ia melihat lelaki tua berpakaian seperti petani dan mengenakan camping.
Pria tua itu seakan menyiratkan perasaan marah dan mengatakan, “Jangan macam-macam di gunung ini!”.
Lukas pun mengangguk takut dan terdiam. Anehnya, keempat temannya justru biasa saja seperti tidak terjadi apa-apa saat itu. Kemudian lelaki itu menghilang begitu saja.
Mereka kemudian melanjutkan perjalanan dan menemui jalur curam. Bebatuan banyak dan tanah yang licin membuat mereka kesulitan.
Perjalanan melelahkan itu pun membuat Lukas meminta istirahat sejenak. Namun Fajar mengatakan puncak Ciremai sudah cukup dekat dari tempat peristirahatan mereka.
Perjalanan pun dilanjutkan dan hari semakin gelap. Kabut turun menyelimuti hutan. Jarak pandang mereka pun sebatas lima meter saja dan Lukas merasa ada sesuatu di balik pohon yang besar.
Tiba-tiba ada sosok di balik kabut yang berjalan sebelumnya. Lelaki tua itu menghampiri Lukas dan mengatakan hal yang sama seperti sebelumnya.
Lukas pun tertunduk dan meminta maaf. Lelaki tua itu pun kembali menghilang ditelan kabut pekat. Lukas kaget dan bingung kenapa lelaki itu hanya marah kepadanya.
Sementara Fajar dan lainnya merasa heran karena bagi mereka pria itu bersikap ramah dan memintanya berhati-hati. Beberapa saat kemudian, mereka pun melanjutkan perjalanan dan mencapai puncai Ciremai.
Mereka pun mendirikan tenda dengan jarak lima meter dari bibir kawah Ciremai. Setelah itu Lukas memutuskan merebahkan badan dan tiba-tiba Raya meminta dirinya menemani buang air kecil.
Lukas menolak karena kelelahan dan Raya pun ditemain Hildan. Lukas pun menunggu temannya yang tak kunjung kembali hingga 2 jam. Suasana pekat, gelap, dan angin kencang membuatnya ketakutan dan khawatir atas temannya.
Lukas pun menghampiri Fajar dan Zaki, tetapi Hildan dan Raya tidak ada. Kemudian, Lukas membangunkan Fajar dan Zaki. Mereka bertiga pun mencari Hildan dan Raya tetapi tidak ketemu. Kemudian mereka memutuskan mencari lagi ketika hari sudah mulai terang. Zaki dan Fajar tidur kembali.
Lukas yang masih terjaga pun mendengar suara adzan. Lukas pun bingung ia dapat mendengar suara adzan di atas gunung. Lukas pun menangis dan mencari temannya sekali lagi.
Lukas tetap tidak menemukan Hildan dan Raya bahkan jejak hewan juga tidak ada. Akhirnya pada pagi hari mereka memutuskan lapor ke pos jaga terkait peristiwa itu.
Tim SAR dan warga pun membentuk dua tim pencarian. Setelah proses pencarian yang rumit, di hari ke tujuh, Tim SAR pun menemukan pendaki yang tersangkut di bebatuan di bibir kawah Ciremai.
Dua pendaki itu adalah Hildan dan Raya yang sudah meninggal dunia. Mereka pun dibawa untuk diautopsi dan teman-temannya diperbolehkan melihat untuk memastikan apakah betul itu Hildan dan Raya.
Hasil autopsi mengungkapkan bahwa Raya tergelincir kemudian Hildan berusaha membantu. Namun keduanya terperosok ke kawah. Raya meninggal karena terbentur dan menghirup gas dari kawah. Hildan sempat bertahan satu hari tetapi karena tangan yang patah dan menghirup gas kawah, Hildan pun meninggal di hari kedua.