Memahami Hadist, Firman, dan Ciri-ciri Orang Tua Durhaka
Banyak orang tua mengharapkan anak-anak mereka untuk berbakti kepada mereka. Namun, mereka seringkali tidak menyadari bahwa ada juga orang tua yang tidak mematuhi kewajibannya terhadap anak-anak.
Jika seorang anak durhaka, konsekuensinya bisa membuat hidupnya menjadi tidak berarti. Hal yang sama berlaku untuk orang tua yang tidak memenuhi tanggung jawabnya terhadap anak-anaknya.
Terdapat kisah orang tua durhaka kepada anak pada zaman Umar bin Khattab yang menarik diketahui. Hal ini dapat digunakan sebagai pembelajaran bahwa orang tua memiliki kewajiban kepada anak.
Berkaitan dengan hal tersebut, menarik mengetahui hadist Rasulullah SAW tentang orang tua durhaka dan kisah lengkapnya. Simak hadist dan kisahnya sebagai berikut.
Firman Allah SWT dan Hadist Rasulullah SAW Tentang Orang Tua Durhaka
Suatu hal yang seringkali terlupakan adalah ketika seseorang mengabaikan tanggung jawab terhadap anak yang seharusnya menjadi perhatian orang tua. Sebagai contoh, dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW menyampaikan:
كَفَى بِالْمَرْءِ إِثْمًا أَنْ يُضَيِّعَ مَنْ يَقُوتُ
“Cukuplah seseorang itu dikatakan berdosa karena ia telah menyia-nyiakan orang yang berada di bawah tanggung jawabnya,” (HR An-Nasa’i dan Al-Hakim).
Menelantarkan anak adalah meninggalkannya tanpa mendapatkan pendidikan dan tanpa memberikannya pengajaran tentang etika Islam. Dalam Alquran, Allah SWT berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan,” (QS At Tahrim: 6).
Selain itu, Rasulullah SAW bersabda:
كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ الْإِمَامُ رَاعٍ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالرَّجُلُ رَاعٍ فِي أَهْلِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
“Setiap kalian adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.
Seorang imam adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawabannya dan demikian juga seorang pria adalah seorang pemimpin bagi keluarganya dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya,” (HR Bukhari).
Kisah Orang Tua Durhaka Pada Zaman Umar bin Khattab
Pada zaman pemerintahan Umar bin Khattab, terdapat seorang ayah yang membawa putranya secara paksa untuk dihadapkan kepada Amirul Mukminin. Di hadapan Umar, orang tua tersebut mengeluhkan perilaku putranya yang tidak menghormatinya dan bersikap durhaka.
"Mohon nasehati dia, wahai Amirul mukminin!" kata orang tua itu.
Umar kemudian memberikan nasihat kepada anak lelaki tersebut. "Apa kamu tak takut kepada Tuhan-mu sebab ridha-Nya tergantung ridha orang tuamu."
Tidak terduga, anak tersebut justru mengajukan pertanyaan.
"Wahai Khalifah! Apa di samping terdapat perintah anak berbakti kepada orang tua, terdapat juga ajaran orang tua bertanggung jawab kepada anaknya?".
Umar bin Khattab pun menjawab: "Ya, benar ada! Seharusnya seorang ayah menyenangkan dan mencukupi nafkah istri sekaligus ibu dari putra-putrinya, memberikan nama yang baik kepada putra-putrinya, serta mengajari putra-putrinya Al-Quran dan ajaran agama lainnya."
Setelah mendengarkan penjelasan dari Amirul Mukminin, anak lelaki itu memberikan tanggapan: "Jika demikian, bagaimana aku berbakti kepada ayahku? Demi Allah, ayahku tak sayang kepada ibuku yang diperlakukan tak ubahnya seorang hamba sahaya. Sekali-kalinya dia mengeluarkan uang untuk ibuku, sebanyak 400 dirham untuk menebus ibuku. Dia juga tak menamaiku dengan nama yang baik: Aku dinamai ayahku dengan nama "Juala" (Jadian). Dia juga tak mengajariku mengaji, satu ayat pun!"
Tanpa menunggu, Umar bin Khattab segera memalingkan wajahnya, matanya memandang tajam ke arah orang tua anak tersebut, sambil menyampaikan perkataannya: "Kalau begitu bukan anakmu yang durhaka, tetapi kamulah orang tua durhaka!"
Ciri-ciri Orang Tua Durhaka
Berdasarkan kisah tersebut, dapat diketahui sederet ciri-ciri orang tua yang durhaka kepada anaknya. Berikut ini ciri-ciri tersebut
- Tidak menyayangi anak baik lahir maupun batin.
- Tidak memberikan nafkah anak lahir maupun batin.
- Berkata kasar kepada anak-anaknya.
- Tidak memanggil putra dan putrinya dengan sebutan yang baik.
- Tidak mendidik anak-anaknya dengan pendidikan yang baik serta bermanfaat demi masa depannya. Termasuk tidak memberikan pelajaran agama Islam.
Dalam karyanya yang berjudul "Tuhfat al-Maudud", Ibnu al-Qayyim al-Jauzi juga pernah mengungkapkan: Siapa pun yang mengabaikan pendidikan yang bermanfaat untuk masa depan anak-anaknya, dan membiarkan putra-putrinya tidak mendapatkan pendidikan yang layak, akan menjadi orang tua yang paling merugi.
Banyak anak mengalami kerusakan moralitas karena kelalaian orang tua dalam memberikan pendidikan yang memadai. Akibatnya, perkembangan akal pikiran anak terhambat dan mereka tidak dapat memberikan manfaat di masa depan, tidak hanya untuk diri mereka sendiri tetapi juga untuk kedua orang tua mereka.
Berdasarkan uraian tersebut dapat diketahui bahwa sebagai orang tua, khususnya sebagai ayah, seharusnya memberikan perhatian, usaha, dan dukungan finansialnya untuk menjamin masa depan dan pendidikan anak-anaknya. Setiap upaya yang diberikan oleh orang tua untuk kepentingan anak-anaknya dianggap sebagai amal kebaikan, dan Allah SWT akan melipatgandakannya.