Kampanye Sustainable Fashion Meriahkan SPOTLIGHT Indonesia 2023
Fast fashion adalah praktik memproduksi pakaian murah dalam jumlah besar untuk mengikuti tren. Pendekatan ini menghasilkan pakaian berkualitas kurang baik dan tidak dirancang untuk berdaya tahan lama. Hal ini menyebabkan pergantian dan kebutuhan akan barang baru menjadi lebih tinggi.
Produksi tekstil dan pakaian membutuhkan air, energi, dan bahan kimia dalam jumlah besar. Pembuangan produksinya berkontribusi besar terhadap polusi dan limbah. Industri fesyen pun menjadi salah satu pencemar lingkungan terbesar di dunia.
Selain degradasi ekologi, fast fashion juga berkontribusi pada degradasi sosial yang signifikan. Pemangkasan biaya produksi di negara-negara berkembang telah menyebabkan kondisi kerja yang buruk dan eksploitasi pekerja.
Banyak perusahaan fast fashion dikritik karena tidak memberikan upah layak bagi pekerjanya. Mereka juga gagal menyediakan lingkungan kerja yang aman dan sehat.
Beberapa masalah global di antaranya adalah material murah yang limbahnya tidak mudah terurai, sistem produksi yang tidak etis, dan pola hidup konsumtif masyarakat dunia yang sengaja diciptakan oleh industri fast fashion.
Namun, pada saat yang sama, hal ini dapat menjadi peluang bagi desainer. Upaya mencari solusi ini yang menjadi dasar pergelaran SPOTLIGHT Indonesia 2023. Acara yang diselenggarakan Indonesian Fashion Chamber (IFC) ini mengampanyekan gerakan sustainable fashion. Tahun ini merupakan kali ke-2 pelaksanaan SPOTLIGHT Indonesia.
Acara yang digelar di Pos Bloc Jakarta pada 16─18 November 2023 ini menghadirkan karya dari 100 desainer, jenama, maupun siswa sekolah mode. Seluruh partisipan menerapkan prinsip sustainable fashion, termasuk menggunakan sumber daya lokal seperti wastra, budaya, dan kerajinan.
SPOTLIGHT Indonesia 2023 memperkuat kolaborasi dengan banyak pihak untuk mengampanyekan ekosistem fesyen yang berkelanjutan. Contohnya, “kolaboraksi” IFC, Lois Jeans, dan Anindhaloka yang meluncurkan Indonesia Sustainable Fashion Movement (ISFM).
ISFM adalah gerakan sosial yang mengajak setiap orang untuk menciptakan ekosistem fesyen yang berkelanjutan melalui conscious living, dari hulu ke hilir. Ekosistem ini meliputi budi daya bahan baku serat, produksi serat, produksi benang, produksi tekstil, produksi pakaian dan aksesori, hingga aspek konsumen yang membelinya.
Pada perhelatan ini, kampanye ISFM diwujudkan melalui kehadiran produk upcycling fashion pada sesi exhibition dan fashion show.
Lois Jeans merupakan perusahaan garmen denim yang memiliki limbah produk jadi akibat cacat produksi (reject) dan sisa produk yang tidak dipasarkan lagi (dead stock). Lois Jeans berkolaborasi dengan desainer IFC untuk menggunakan limbah tersebut menjadi produk fesyen yang bernilai tambah, sehingga dapat digunakan kembali.
Karya upcycling fashion dari 10 desainer IFC yaitu AL•DRI•E, BRILIANTO, Dhi Flora, Emmy Thee, Erika Ardianto x ARRA, OPIE OVIE, Pricilla Margie, Rosie Rahmadi, SAPARO, dan Tailormoon yang mengolah limbah denim menjadi kreasi baru. Kreasi tersebut dipamerkan pula di area instalasi selama acara ini berlangsung.
Daya tarik lain dari pemanfaatan limbah denim diperlihatkan pula pada instalasi sustainable fashion yang menjadi bagian dekorasi panggung SPOTLIGHT Indonesia 2023.
Parade busana closing ceremony SPOTLIGHT Indonesia 2023 turut menampilkan karya signature Pitnapat Yotinratanachai dari Thailand, DedenSiswanto, Gregorius Vici, Farah Button by Sutardi, Temma Prasetio Ready to Wear, Tenun Gaya by Wignyo, Sofie, RaegitaZoro, dan Xander.G by Weda Githa.
Penyelenggaraan SPOTLIGHT Indonesia 2023 disokong oleh Bank Indonesia, Kementerian Perdagangan, LaSalle College Indonesia, Orderfaz, YOU.C1000, Prodia, serta Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
Acara ini juga didukung oleh Indonesia International Modest Fashion Festival (IN2MF) sebagai program partner, Wardah sebagai official makeup and skincare, Pos Bloc sebagai official venue partner, dan Ditali Cipta Kreatif sebagai organising partner.