6 Puisi Hari Kebangkitan Nasional 2024, Cocok untuk Lomba
Hari Kebangkitan Nasional atau Harkitnas Hari diperingati pada 20 Mei setiap tahunnya. Untuk tahun 2024 ini, Harkitnas diperingati untuk ke-116 kalinya dengan mengangkat tema "Bangkit Untuk Indonesia Emas".
Pada hari tersebut, ada banyak kegiatan yang biasanya dilakukan. Salah satunya yaitu lomba membaca puisi dengan tema Hari Kebangkitan Nasional yang penuh dengan semangat nasionalisme.
Bila ingin berpartisipasi pada lomba tersebut, berikut di bawah ini beberapa puisi yang bisa dibaca sebagai inspirasi.
Puisi Hari Kebangkitan Nasional 2024
Berikut ini enam puisi yang bisa dijadikan inspirasi bila ingin turut serta dalam perlombaan membaca puisi untuk menyambut Harkitnas atau Hari Kebangkitan Nasional 2024.
1. Nyanyian Kebangkitan
Hanya kau yang kupilih, kemerdekaan
Di antara pahit-manisnya isi dunia
Akankah kau biarkan aku duduk berduka
Memandang saudaraku, bunda pertiwiku
Dipasung orang asing itu?
Mulutnya yang kelu
Tak mampu lagi menyebut namamu
Berikan suaramu, kemerdekaan
Darah dan degup jantungmu
Hanya kau yang kupilih
Di antara pahit-manisnya isi dunia
Orang asing itu berabad-abad
Memujamu di negerinya
Sementara di negeriku
Ia berikan belenggu-belenggu
Maka bangkitlah Sutomo
Bangkitlah Wahidin Sudirohusodo
Bangkitlah Ki Hajar Dewantoro
Bangkitlah semua dada yang terluka
Bergenggam tanganlah dengan saudaramu
Eratkan genggaman itu atas namaku
Kekuatanku akan memancar darigenggaman itu."
Hanya kau yang kupilih, kemerdekaan
Di antara pahit-manisnya isi dunia!
2. Hari Kebangkitan Ini
Karya: Prito Windiarto
Hari kebangkitan ini
Bukan sekadar untuk seremoni
Diperingati tetapi tak lagi memberi arti
Dimeriahkan tetapi tak ada makna tergapaikan
Hari kebangkitan ini
Tak lain adalah pengingat
Apa yang telah dipersembahkan untuk bangsa ini
Kebangkitan apa yang kita gaungkan
Ini adalah soal
Kebangkitan sejati
Bukan hanya tradisi
Persembahan terbesar untuk hari ini
Bukan seremoni, puisi
Namun aksi nyata bagi negeri
3. Roh Kebangkitan
Sudah lama raga terhempas dari kebebasan
Sudah lama jiwa terkungkung dalam ketakutan
Akankah langit pertiwi terbuka cahaya kemerdekaan
Akankah langit meneteskan air kehidupan kebebasan
Aku dan bangsaku kini dijajah dan ditindas
Serapuh tanah yang melekat pada batuan keangkuhan
Roh kebangkitan masih saja terdiam
Sudah separuh raga ini tidak berdaya
Sebab tulang sudah lunglai dan perut kebusungan lapar
Roh semangat perjuangan hanya sebatas rapuh
Tidak ada lagi yang mengangkat harkat martabat Ragaku
Namun, dari sehelai nafas terakhir
Tahun 1908 menjadi masa kebangkitan
Rupanya roh kebangkkitan kini bangun dari tidur dan rapuhnya
Rohnya melayang dan merasuki setiap insan sanubari yang menderita
Merasuki rasa sepenanggungan karena tertindas
Sudah tibalah saatnya untuk bangkit
Bangkit dari kerapuhan dan tertidas oleh imperialis
Bangkitlah wahai roh kebangkitan.
4. 'Bangkit'
Bangkit,
Saatnya kita semua bangkit
Bangkit dari tidur panjang
Nan melenakan
Bangkit dari nina bobo
Penjajahan gaya baru
Penjajahan semua
Namun mematikan
Kita tak lagi dijajah
langsung bung,
Namun kita tetap dipasung
Bangkit...
Mari bangkit
Agar tak semakin terjepit,
terhimpit, apalagi koit
Bangkit bung
Para pemuda negeri
Jangan hanya memikirkan
Soal cinta
Yang bikin terlena
Bangkit sis
Ini bukan sekadar soal belanja
Ini soal kita harus
Jadi tuan rumah di negeri sendiri
Bangkit Pres
Ini tak lagi tentang intervensi
Ini soal kedaulatan negeri
Bangkit, bangun
Dari tidur panjang
Matahati kian meninggi
Mari kejar cita mewangi
Lari...
Saatnya kita berlari
Bukan dari kejaran masalah
atau kenyataan yang menghampiri
Kita berlari
Mengejar ketertinggalan
Kemiskinan, kebodohan,
ketidakberdayaan
Lari...
Terus berlari
Karena negeri ini
Kan kian tertinggal
jika kita terus diam
Lari...
Mari berlari
Ajak yang lain,
Jangan sendiri
Agar kian kencang
Semakin berenergi
Lari...
Susul...
Masa depan cerah di hadapan.
5. Antara Dulu dan Kini
Karya: Rozat Rifai
Dulu...
kami memang bercerai – berai
layaknya prajurit tanpa komandan
yang berjalan tanpa arah tujuan
dan berperang tanpa senapan
dulu...
kami hanya berperang
melawan para kompeni
yang terus menjajah negeri ini
penjajah hak jiwa kami
Kini...
Kami sudah mengerti
tentang sebuah senjata jitu
penghancur kezoliman kompeni
pemersatu rasa dan semangat kami
Kini...
kami sudah bangkit
melangkah melawan penjajah
laksana segenggam sapu lidi
yang terikat rasa persatuan
wahai putra – putri negeri
kibarkan bendera ibu pertiwi
hingga kepelosok negeri
6. Bangkitlah Putra-Putri Negeri
Lihatlah wajah bangsa Indonesia
Akhir-akhir ini seperti tercabik-cabik
Oleh egoisme
Kelicikan
Disintegrasi
Kemiskinan
Kejahatan
Penyalahgunaan kekuatan politik
Dan oleh pemaksaan kehendak sekelompok massa
Semua itu terbaca jelas melalui media massa
Atau sosial media
Wahai para pemuda
Di pundakmu terpikul beban berat tersebut
Yang harus engkau singkirkan
Semua persoalan itu harus terselesaikan
Melalui peringatan Hari Kebangkitan Nasional
Ini saatnya kita bersama
Berdiri berbaris di bawah kibaran bendera Merah Putih
Hanya merah putih
Merah Putih.
Itulah enam puisi Hari Kebangkitan Nasional 2024 sebagai inspirasi bila ingin membuatnya untuk berpartisipasi pada lomba peringatan salah satu hari penting di Indonesia ini.