Kejahatan Keuangan yang Berbahaya dan Merugikan Amerika hingga Indonesia

Anggi Mardiana
6 Agustus 2025, 17:35
Kejahatan Keuangan yang Berbahaya dan Merugikan
Freepik.com
Kejahatan Keuangan yang Berbahaya dan Merugikan
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Meningkatnya kejahatan keuangan yang berbahaya dan merugikan dapat  terjadi karena dampak negatif kemajuan teknologi yang dimanfaatkan oleh pelaku kejahatan. Seiring meningkatnya kasus kejahatan finansial, baik individu maupun pelaku usaha dituntut untuk lebih serius dalam menjaga sistem siber dan meningkatkan kewaspadaan.

Kejahatan keuangan adalah tindak kriminal yang terjadi di sektor finansial. Menurut International Compliance Association, kejahatan ini meliputi berbagai pelanggaran, seperti korupsi atau suap, kejahatan siber, pencucian uang, perdagangan orang dalam, dan lain-lain.

Kejahatan Keuangan yang Berbahaya dan Merugikan Amerika

Modus Kejahatan KeuanganKejahatan Keuangan (Unsplash)

 

Berdasarkan data dari Visualcapitalist, berikut daftar kejahatan keuangan yang berbahaya dan merugikan pada 2024 di Amerika, dilihat dari jumlah laporan yang diterima Biro Investasi Federal (FBI):

  1. Investasi: $6,6 miliar
  2. Email bisnis: $2,8 miliar
  3. Dukungan teknis: $1,5 miliar
  4. Pelanggaran data pribadi: $1,5 miliar
  5. Tidak bayar/tidak kirim: $0,79 miliar
  6. Kepercayaan: $0,67 miliar 
  7. Peniruann identitas peemerintah: $0,41 miliar
  8. Pelanggaran data pribadi: 0,37 miliar

Sepanjang 2024, ada sekitar 859.532 laporan kejahatan keuangan yang diterima FBI dengan kerugian $16,6 miliar, meningkat 33% dibandingkan tahun 2023. Sebanyak 147.127 laporan, korban yang melapor merupakan  lansia berusia 60 tahun ke atas, dengan total kerugian sebesar $4,8 miliar.

Penipuan investasi seperti kripto menimbulkan kerugian $6,6 miliar, menjadi kasus kejahatan keuangan yang paling merugikan. Posisi kedua ditempati oleh skema phishing melalui email yang mencuri informasi pribadi atau bisnis, dengan kerugian $2,8 miliar. 

Adapun di urutan ketiga yaitu penipuan dukungan teknis, di mana korban diyakinkan bahwa perangkat mereka terinfeksi malware, menimbulkan kerugian sebesar $1,5 miliar. Jenis kejahatan lain yang menimbulkan kerugian besar yaitu pelanggaran data pribadi, dengan total kerugian $1,5 miliar, diikuti penipuan pembayaran gagal senilai $785 juta. 

Pada urutan ke enam, penipuan kepercayaan atau romantis, di mana penjahat membangun hubungan palsu untuk mencuri uang atau barang, menimbulkan kerugian $672 juta. Sementara itu, penipuan identitas pemerintah dan pelanggaran data pribadi  berada di peringkat lebih rendah, masing-masing menimbulkan kerugian $405 juta dan $366 juta.

Kasus Kejahatan Keuangan yang Berbahaya dan Merugikan di Indonesia

Dalam beberapa tahun terakhir, sejumlah kasus kejahatan finansial atau keuangan terbesar di Indonesia mengejutkan publik karena total kerugian mencapai ratusan triliun Rupiah. Dampak dari kejahatan tidak hanya dirasakan oleh negara, tetapi juga investor dan masyarakat umum. Berikut beberapa kasus kejahataan keuangan terbesar di Indonesia melansir Goodstats.id:

1. Kasus Korupsi PT Asabri

Kasus dugaan korupsi di PT Asabri diperkirakan merugikan negara sebesar Rp22,78 triliun. Tersangka Benny Tjokro dituntut hukuman mati oleh jaksa karena kerugian negara sebesar Rp22,788 triliun terkait dugaan korupsi dalam pengelolaan dana PT Asabri (Persero).

Jaksa menyatakan bahwa Benny melakukan korupsi bersama terdakwa lainnya dan terlibat dalam tindak pidana pencucian uang. Terdakwa lain termasuk Direktur Utama PT Asabri periode Maret 2016–Juli 2020, Letjen Purn Sonny Widjaja, serta Dirut PT Asabri 2012–Maret 2016, Mayjen Purn Adam Rachmat Damiri.

2. Kasus Korupsi Duta Palma Surya Darmadi

Seperti kasus kejahatan keuangan besar lainnya, kasus ini melibatkan pemilik PT Duta Palma, Surya Darmadi, dengan total kerugian negara mencapai sekitar Rp78 triliun. Nilai kerugian yang dilaporkan sempat mengalami  perubahan oleh pihak berwenang, dari Rp78 triliun menjadi Rp104,1 triliun, lalu kembali turun menjadi Rp86 triliun. 

3. Kasus Investasi Bodong dan Ilegal

Kasus investasi bodong pada 2022 sempat menjadi sorotan publik, yang melibatkan  Indra Kenz dan Doni Salmanan. Investasi bodong dan ilegal menimbulkan kerugian Rp132 triliun di Indonesia. Kerugian tertinggi terjadi pada 2022 hingga bulan November, yaitu sebesar Rp109 triliun.

Faktor Pendorong Meningkatnya Kejahatan Keuangan

Menurut kriminolog asal Amerika Serikat, Donald R. Cressey, ada beberapa faktor pendoronng kejahatan keuangan yang dikenal melalui konsep  “Fraud Triangle”. Konsep ini menjelaskan alasan seseorang memutuskan untuk melakukan penipuan, berikut di antaranya:

1. Kesempatan (Opportunity)

Kesempatan adalah situasi yang memungkinkan terjadinya penipuan. Semakin sulit tindakan penipuan terdeteksi, semakin besar peluang terjadinya financial fraud. Dalam Fraud Triangle, kesempatan dapat dikurangi atau dihilangkan bergantung pada individu maupun organisasi yang mengelolanya. Beberapa faktor yang meningkatkan kesempatan antara lain:

  • Kontrol internal yang lemah

Kontrol internal adalah prosedur untuk menjaga integritas laporan keuangan dan akuntansi. Apabila pengawasan kurang, tanggung jawab tidak terbagi dengan baik, dan dokumentasi minim, peluang terjadinya penipuan akan meningkat.

  • Kebijakan akuntansi yang tidak memadai

Kebijakan akuntansi menentukan cara pencatatan laporan keuangan. Apabila kebijakan ini lemah atau tidak jelas, karyawan memiliki peluang untuk memanipulasi data.

  • Petinggi organisasi yang kurang berkomitmen

Pemimpin yang tidak jujur, kurang etis, atau tidak memiliki integritas cenderung membuka peluang bagi dirinya atau orang lain untuk melakukan penipuan finansial.

2. Tekanan (Incentive/Pressure)

Tekanan adalah dorongan internal atau eksternal yang memotivasi seseorang untuk melakukan financial fraud. Contohnya:

  • Ekspektasi analis dan investor

Tekanan muncul dari keinginan memenuhi target investor atau analis, misalnya untuk mempertahankan atau menaikkan harga saham.

  • Tekanan personal

Kebutuhan pribadi, seperti membayar tagihan, kecanduan judi, atau keinginan memperoleh uang lebih, bisa memicu tekanan untuk menipu.

  • Bonus berbasis kinerja finansial

Apabila bonus karyawan tergantung pada pencapaian pendapatan atau target finansial, hal ini bisa mendorong individu melakukan penipuan untuk memenuhi target tersebut.

3. Rasionalisasi (Rationalization)

Rasionalisasi adalah pembenaran seseorang atas tindakannya melakukan financial fraud. Contohnya:

  • “Tidak ada jalan lain”

Seseorang merasa harus melakukan penipuan untuk menghindari kerugian, seperti kehilangan pekerjaan.

  • “Mereka berlaku buruk pada saya”

Individu yang merasa dirugikan oleh atasan atau rekan kerja mungkin membenarkan penipuan sebagai cara membalas dendam.

  • “Atasan juga melakukannya”

Melihat atasan yang tidak jujur bisa mendorong individu untuk meniru perilaku tersebut sebagai pembenaran tindakannya sendiri.

Bagaimana Pengaruh AI Terhadap Timbulnya Kejahatan Keuangan?

Pemanfaatan kecerdasan buatan (AI) dalam dunia digital membawa kemudahan besar, tetapi juga membuka peluang baru bagi pelaku kejahatan keuangan. Risiko utamanya meliputi:

1. Penipuan Deepfake 

AI dapat digunakan untuk membuat gambar, audio, atau video palsu yang meyakinkan, misalnya meniru suara atau wajah pejabat perusahaan untuk menipu korban melakukan transfer dana.

2. Automasi Penipuan Skala Besar

AI memungkinkan penipuan dijalankan secara otomatis dan masif, seperti phishing cerdas, di mana email atau pesan palsu disesuaikan dengan perilaku dan preferensi korban.

3. Manipulasi Data dan Sistem Keuangan 

Pelaku kejahatan bisa memanfaatkan AI untuk menganalisis pola transaksi dan menemukan celah dalam sistem keuangan, sehingga memudahkan pencucian uang atau penggelapan dana.

4. Rasionalisasi Skema Keuangan Baru

Teknologi AI memunculkan model penipuan dan skema baru yang sebelumnya sulit dilakukan, meningkatkan risiko kerugian finansial bagi individu maupun institusi.

5. Kesulitan Deteksi Penipuan

Dengan AI, modus kejahatan menjadi lebih sulit dideteksi karena pelaku bisa memanfaatkan algoritma untuk menutupi jejak transaksi atau meniru perilaku normal pengguna.

Kejahatan keuangan yang berbahaya dan merugikan terus berkembang seiring kemajuan teknologi, termasuk penyalahgunaan AI, deepfake, dan skema penipuan modern. Berbagai faktor seperti kesempatan, tekanan, dan rasionalisasi mendorong individu atau kelompok melakukan tindakan kriminal ini, yang dapat menimbulkan kerugian finansial besar bagi individu maupun institusi. 

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Editor: Safrezi

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan