Aksi Ambil Untung Meningkat, IHSG Terkoreksi Jelang Libur Idul Fitri
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir dalam zona merah pada akhir perdagangan sesi pertama Senin (17/4). Adapun penurunan 0,63% membawa indeks ke level 6.775.
Volume perdagangan mencapai 9,48 miliar dengan nilai transaksi Rp 4,6 triliun dan frekuensi sebanyak 749 juta kali.
Terdapat 280 saham terkoreksi, 223 saham zona hijau, serta 204 lainnya tak bergerak. Sedangkan kapitalisasi pasar mencapai Rp 9.540 triliun.
Saham perbankan menjadi sektor yang paling sering ditransaksikan. Seperti saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dengan nilai transaksi Rp 276,9 miliar, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dengan nilai transaksi Rp 274,4 miliar, dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dengan nilai transaksi Rp 215,6 miliar.
Sedangkan mayoritas bursa Asia berada dalam zona hijau. Nikkei 225 naik 0,04%, Hang Seng naik 0,61%, Shanghai Composite naik 1,16%, dan Strait Times naik 0,01%.
Melansir riset Pilarmas Investindo Sekuritas, pasar mempertimbangkan prospek kenaikan suku bunga lebih lanjut, sebelum Gubernur The Fed Christopher Waller menatakan menyukai pengetatan kebijakan lebih lanjut upaya bank sentral melawan inflasi. Sementara itu People's Bank of China (PBOC) mempertahankan suku bunga tidak berubah pada 2,75%, kebijakan ini sebagai upaya menjaga momentum pemulihan ekonominya.
Di sisi lain, pasar juga menanti rilis pertumbuhan ekonomi Cina kuartal I 2023 yang akan rilis esok. Data tersebut tentunya akan menjadi pertimbangan pasar dalam menilai pertumbuhan ekonomi Cina dan juga sebagai indikator kekuatan pemulihan ekonominya.
Dari dalam negeri, IHSG mengalami penurunan tampaknya seiring jelang libur dan cuti bersama menyambut Idul Fitri tahun ini sehingga mendorong aksi profit taking. Sementara itu, neraca perdagangan bulan Maret masih membukukan surplus melambat atau lebih kecil dari bulan sebelumnya.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat surplus neraca perdagangan pada Maret 2023 mencapai US$ 2,91 miliar lebih rendah dibandingkan Februari 2023 yang mencapai US$ 5,48 miliar. Di sisi lain pasar juga menanti hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI April 2023 dan arah kebijakan moneter sehubungan dengan suku bunga acuannya.