Wall Street Jatuh di Tengah Dilema Kenaikan Suku Bunga The Fed
Bursa saham Amerika Serikat (AS) berguguran pada akhir perdagangan Rabu (4/5) atau Kamis (5/5) pagi WIB . Komentar Ketua Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell membuat investor memikirkan langkah bank sentral AS selanjutnya dengan kenaikan suku bunga.
Alhasil semua sektor utama S&P 500 berakhir lebih rendah dengan sektor energi dan keuangan terdampak paling banyak. Indeks perbankan regional KBW turun 0,9%, memperpanjang penurunan tajam minggu ini.
Dow Jones Industrial Average turun 270,29 poin atau 0,8%, menjadi 33.414,24. Lalu S&P 500 kehilangan 28,83 poin atau 0,70%, menjadi 4.090,75. Sementara Nasdaq Composite turun 55,18 poin atau 0,46%, menjadi 12.025,33.
Sebanyak 12,03 miliar saham berpindah tangan di Wall Street dibandingkan dengan rata-rata 10,51 miliar untuk sesi penuh selama 20 hari perdagangan terakhir.
Melansir Reuters, indeks menahan kenaikan setelah pernyataan The Fed dan mengisyaratkan itu dapat menghentikan kenaikan lebih lanjut. Keputusan bulat mengangkat suku bunga acuan semalam bank sentral AS ke kisaran 5,00%-5,25%, kenaikan ke-10 berturut-turut sejak Maret 2022.
Saham-saham mulai jatuh setelah konferensi pers menyusul pernyataan tersebut. Powell mengatakan The Fed masih memandang inflasi terlalu tinggi. Namun ia juga mengatakan masih terlalu dini untuk menyebut siklus kenaikan suku bunga telah berakhir.
"Mereka mencoba untuk mencapai keseimbangan antara kredibilitas melawan inflasi sambil mencoba merekayasa soft landing," kata Kepala Strategi Investasi State Street Global Advisors di Boston Michael Arone.
Selain itu, investor khawatir bahwa suku bunga yang lebih tinggi pada akhirnya akan mendorong ekonomi ke dalam resesi.
Sebelumnya data menunjukkan perusahaan swasta AS meningkatkan perekrutan pada bulan April, tetapi menunjukkan tanda-tanda pasar tenaga kerja melambat menyusul beberapa kenaikan suku bunga.
Sebuah laporan terpisah menunjukkan sektor jasa AS mempertahankan laju pertumbuhan yang stabil di bulan April, tetapi harga input yang lebih tinggi mengindikasikan inflasi dapat tetap tinggi untuk beberapa waktu.