Wall Street Bergerak Fluktuatif, Dow Jones Alami Pelemahan
Indeks bursa Amerika Serikat (AS) Wall Street mayoritas ditutup naik pada perdagangan akhir pekan lalu, Jumat (12/1). Namun kinerja pasar bergerak variatif di antara indeks-indeks utama.
Indeks Dow Jones, yang terdiri dari 30 saham turun sebesar 0,31%, kehilangan 118,04 poin dan ditutup pada level 37.592,98. Sedangkan S&P 500 menutup hari dengan kenaikan sebesar 0,08% mencapai 4.783,83.
Kemudian Nasdaq Composite, indeks yang didominasi oleh saham teknologi, tumbuh tipis 0,02% dan ditutup di 14.972,76. Sementara S&P 500 mencatat kenaikan 0,08% dan menutup pada level 4.783,83.
Turunnya Dow Jones Industrial Average disebabkan para pedagang mengevaluasi dua laporan inflasi yang menjadi sorotan selama minggu lalu.
Tak hanya itu, United Health menyeret Dow lebih rendah, dengan merosot hampir 3,4% meskipun perusahaan mengumumkan laba dan pendapatan yang lebih tinggi dari perkiraan untuk kuartal keempat. Delta Air Lines juga anjlok hampir 9% bahkan usai melampaui ekspektasi pendapatan kuartalan.
Di hari yang sama, sejumlah bank besar melaporkan pendapatannya dengan hasil yang beragam. Bank of America terkoreksi sekitar 1,1% setelah mencatatkan penurunan laba kuartal keempat.
Di sisi lain, meskipun Wells Fargo melaporkan laba yang lebih tinggi untuk periode kuartalannya, sahamnya turun 3,3%. Saham JPMorgan Chase juga melemah sebesar 0,7%, meskipun bank ini mengumumkan bahwa pendapatannya turun 15% dibandingkan tahun sebelumnya.
Sebaliknya, Citigroup mengalami kenaikan sedikit di atas 1% setelah mengumumkan rencana untuk mengurangi 10% dari total karyawan. Pada hari Jumat sebelumnya, bank ini mencatat kerugian kuartalan sebesar US$ 1,8 miliar setelah menghadapi beberapa biaya besar.
Adapun menurut Pakar Strategi Investasi Senior Edward Jones, Mona Mahajan saat ini terjadi sedikit pembalikan dari beberapa tren kuat dan reli yang terjadi pada kuartal keempat. Meskipun begitu, Mahajan menyebut pasar saat ini tengah berada dalam modus wait and see untuk melihat perkembangan inflasi.
Hal itu juga sekaligus mengamati faktor-faktor yang akan memengaruhi musim laporan keuangan yang akan menjadi pendorong di tahun 2024. Seperti halnya tahun-tahun sebelumnya, kata Mahajan, fokus tetap pada pertumbuhan pendapatan dan ekspansi valuasi.
"Pada tahun ini, kemungkinan besar akan terjadi perluasan partisipasi pasar,” kata Mahajan dikutip CNBC, Senin (15/1).
Sementara para investor menerima beberapa berita positif terkait inflasi pada hari Jumat, dengan harga grosir yang menunjukkan penurunan tak terduga sebesar 0,1% pada bulan Desember.
Data tersebut menyusul informasi harga konsumen yang lebih dominan pada hari Kamis, yang sedikit melebihi perkiraan ekonom, menunjukkan kenaikan sebesar 0,3% dalam satu bulan dan 3,4% dari tahun sebelumnya.
Menurut Kepala Ekonom di Comerica Bank, Bill Adams, data PPI (Producer Price Index) menegaskan bahwa kenaikan CPI atau Consumer Price Index pada bulan Desember kemungkinan hanya bersifat satu kali. Dengan kondisi tersebut, jalur tetap terbuka bagi Federal Reserve untuk memulai pemangkasan suku bunga pada 2024.
“Dan memperlambat laju pengurangan neraca keuangan mereka,” kata Adams.
Di sisi lain, pada perdagangan pekan lalu, rata-rata saham utama mengalami kenaikan. Indeks Dow Jones naik sebesar 0,34%, sementara S&P 500 mencatat kenaikan sebesar 1,84%. Nasdaq, yang merupakan indeks berkinerja terbaik, mengalami peningkatan sebesar 3,09% hingga penutupan hari Jumat.