Presiden Afghanistan Ada di Uni Emirat Arab, RI Belum Evakuasi WNI
Presiden Afghanistan Ashraf Ghani yang diketahui melarikan diri usai Taliban menguasai Kabul, dikonfirmasi berada di Uni Emirat Arab (UEA) pada Rabu (18/8).
"Kementerian Luar Negeri dan Kerjasama Internasional UEA dapat mengonfirmasi bahwa UEA telah menyambut Presiden Ashraf Ghani dan keluarganya ke negara ini dalam alasan kemanusiaan," tulis Kemenlu UEA dalam pernyataannya, dikutip dari CNN.com, Kamis (19/8).
Diketahui, Ghani meninggalkan Afghanistan pada hari Minggu (15/8) ketika Taliban mendekati Ibu Kota Afghanistan, Kabul. Muncul spekulasi yang menyebutkan Ghani melarikan diri ke Tajikistan, Uzbekistan, atau Oman.
Melalui pernyataan di Facebook, Ghani mengatakan bahwa ia kabur demi menghindari pertumpahan darah. Bahkan, ia menyatakan Taliban telah menang. "Taliban sudah menang pertempuran dari segi senjata dan mereka memiliki tanggung jawab untuk melindungi kehormatan, kemakmuran dan harga diri rekan-rekan kami," kata Ghani.
Sementara itu, dalam konferensi pers pertama usai menguasai Kabul, Juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid mengatakan bahwa pemerintahan baru versi mereka akan segera dibentuk.
Mujahid mengatakan, bahwa Taliban berkomitmen untuk menghormati hak-hak perempuan sesuai Syariat Islam, tidak akan melakukan balas dendam dan memastikan Afghanistan tidak menjadi tempat bagi teroris.
"Kami berkomitmen untuk membiarkan perempuan bekerja, belajar dan aktif di masyarakat namun sesuai dengan prinsip-prinsip Islam," ujar Mujahid dikutip dari AP News.
Sementara itu, Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Indonesia belum memutuskan kapan akan mengevakuasi warga negara Indonesia (WNI) yang ada di Kabul. Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Teuku Faizasyah mengatakan evakuasi akan melihat perkembangan yang ada di Kabul.
"Belum (dievakuasi). Perkembangan di lapangan masih sangat dinamis ," tutur Faizasyah, kepada Katadata, Rabu malam (18/8).
Setidaknya ada 15 WNI yang berada di Kabul, termasuk staf Kedutaan Besar RI (KBRI). Pada Senin (16/8), Kemlu
mengatakan persiapan evakuasi WNI terus dimatangkan, antara lain melalui komunikasi dengan berbagai pihak terkait di lapangan. Misi KBRI Kabul akan tetap dijalankan dengan tim esensial terbatas, sambil terus dilakukan pemantauan situasi keamanan di Afghanistan.
Sebelumnya, situasi penuh kepanikan melanda bandara di Kabul karena banyaknya orang yang ingin melarikan diri dari negara tersebut setelah kelompok Taliban mendeklarasikan sebagai penguasa Afghanistan pada Minggu (15/8). Puluhan orang dikabarkan meninggal karena bergelantungan di pesawat yang akan take-off dari bandara.
Tentara Amerika Serikat yang menguasi bandara di Kabul sampai harus menembakkan peluru ke udara untuk menenangkan orang-orang yang memenuhi bandara ibu kota dan memaksa terbang. Beberapa orang yang tidak memiliki visa bahkan diijinkan untuk meninggalkan bandara.
Taliban kembali menguasai Afghanistan setelah hampir 20 tahun negara tersebut dipimpin pemerintahan yang disokong koaliasi Amerika Serikat. Kabul adalah kota besar terakhir yang jatuh ke Taliban setelah kelompok tersebut melakukan perlawanan selama beminggu-minggu untuk menguasasi negara tersebut.