Cegah Varian Baru Corona, Pemerintah Belum Larang Pelawat dari Afrika
Badan Kesehatan Dunia atau WHO pada Jumat (26/11) menetapkan varian baru virus corona B.1.1.529 bernama Omicron. sebagai variant of concern (VOC). Namun, pemerintah Indonesia menilai belum perlu melarang atau membatasi pendatang dari Afrika meskipun varian Omicron. tengah menyebar cepat di kawasan itu.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan dr Siti Nadia Tarmizi mengatakan Indonesia meningkatkan kewaspadaan menyusul ditetapkannya B.1.1.529 bernama Omicron. sebagai VOC. "Itu menjadi kewaspadaan kita," tuturnya, kepada Katadata, Sabtu (27/11).
Namun, dia menambahkan pemerintah menilai belum perlu dilakukan pembatasan atau larangan terhadap Warga Negara Indonesia (WNI) ataupun pendatang dari negara-negara yang melaporkan adanya kasus tersebut.
Pemerintah hanya akan memperketat pintu masuk untuk mereka yang datang dari negara-negara yang sudah melaporkan adanya kasus varian baru B.1.1.529 seperti Botswana, Afrika Selatan, dan Hong Kong.
"Belum diperlukan pembatasan sampai saat ini. Kita akan memperketat pintu masuk negara kita terutama pada pelaku perjalanan dari negara yang melaporkan," tutur Nadia.
"Pengawasan diperketat terutama WNI dan WNI dari negara ataupun singgah yang melaporkan varian baru tersebut," tambahnya.
Seperti diketahui, rapat yang dilakukan WHO pada Jumat (26/11) menetapkan varian baru virus corona B.1.1.529 bernama Omicron.sebagai variant of concern (VOC) .
Varian VOC tersebut sudah terbukti mengalami perubahan karakteristik yang lebih merugikan bagi yang terpapar.
Di antaranya adalah lebih menular, meningkatkan keparahan gejala, menurunkan efektifitas kekebalan tubuh, menurunkan alat diagnostik atau menurunkan efektifitas obat dan terapi.
Varian B.1.1.529 pertama terdeteksi di Afrika Selatan dan kini sudah menyebar ke sejumlah negara dan kawasan, termasuk Hong Kong.
WHO mengatakan varian B.1.1.529 pertama kali dilaporkan ada di Afrika Selatan pada 24 November 2021.
Rama-ramai tutup perbatasan
Menyusul penyebaran varian baru, Amerika Serikat akan melarang pendatang dari delapan negara Afrika mulai Senin depan (29/11).
Amerika Serikat hanya akan mengizinkan warga negaranya serta yang memiliki izin tinggal yang baru saja melakukan perjalanan dari wilayah selatan Afrika untuk kembali ke AS.
Ke delapan negara Afrika tersebut adalah Afrika Selatan, Botswana, Zimbabwe, Namibia, Lesotho, Eswatini, Mozambik, dan Malawi.
Dalam keterangannya, Presiden AS Joe Biden mengtakan larangan kedatangan adalah bentuk dari kehati-hatian untuk mencegah penyebaran varian baru Covid-19 yang belum banyak diketahui tersebut.
Amerika Serikat adalah salah satu dari negara yang telah mengambil kebijakan untuk melarang pendatang dari wilayah Afrika masuk ke negara mereka.
Langkah tersebut juga diambil oleh Eropa dan beberapa negara lain. Sejumlah negara memutuskan untuk membatasi kedatangan dari wilayah Afrika menyusul merebaknya varian baru.
Beberapa negara yang sudah mengambil kebijakan di antaranya adalah:
- Australia
Menutup perbatasan untuk pendatang negara manapun yang baru saja kembali dari wilayah selatan benua Afrika.
Warga Australia yang baru saja kembali dari wilayah selatan Afrika harus melakukan karantina selama 14 hari.
-Brasil
-Menutup perbatasan untuk pendatang dari Afrika Selatan, Botswana, Swatini, Lesotho, Namibia, dan Zimbabwe mulai Senin (29/11).
-New York, Amerika Serikat
Pemerintah setempat mendeklarasikan situasi terkini sebagai "darurat bencana"
-Kanada
Menutup perbatasannya bagi pendatang asing yang baru kembali dari Afrika Selatan, Namibia, Lesotho, Botswana, Eswatini, Zimbabwe, dan Mozambik.
Warga asing yang baru bepergian dari tujuh negara selama 14 hari terakhir juga dilarang masuk ke Kanada.
-India
India akan menghentikan penerbangan dan mengurangi layanan ke 14 negara mulai 15 Desember.
-Inggris
Melarang penerbangan dari Afrika Selatan, Namibia, Botswana, Zimbabwe, Lesotho dan Eswatini mulai Jumat (26/11).
-Iran
Melarang warga asing dari enam negara di wilayah Afrika, termasuk Afrika Selatan.
Kementerian Kesehatan Afrika Selatan mengkritik keras kebijakan sejumlah negara yang menutup perbatasan untuk mereka.
Menurut mereka, kebijakan tersebut terlalu terburu-buru dan menyebutnya sebagai "kejam" dan kontradiksi dengan petunjuk Badan Kesehatan Dunia (WHO).
Hingga kini, baru sekitar 24% populasi Afrika Selatan yang sudah mendapatkan vaksinasi penuh. Kondisi ini bisa mempercepat penyebaran virus varian baru tersebut.