Bunga Amerika Naik, BI Diramal Tahan Bunga Acuan

Desy Setyowati
14 Desember 2017, 10:48
Bank Indonesia
Arief Kamaludin|KATADATA

Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) bakal kembali mengumumkan kebijakan bunga acuan, BI 7 Days Repo Rate, pada Kamis (14/11). Beberapa ekonom memprediksi bunga acuan bakal dipertahankan di level 4,25% guna mengantisipasi kenaikan lanjutan bunga dana Amerika Serikat (AS).

Bank Sentral AS, The Federal Reserve (The Fed) memutuskan untuk kembali menaikkan bunga dananya sebesar 0,25% ke level 1,25-1,5% pada Rabu (13/11) waktu setempat. Kenaikan diprediksi bakal berlanjut di tahun depan seiring perbaikan ekonomi di negara tersebut.

Ekonom makroekonomi, alumni Universitas Indonesia Eric Sugandi mengatakan, sebetulnya masih ada ruang pemangkasan BI 7 Days Repo Rate. Hal tersebut dengan mempertimbangkan tingkat inflasi yang terkendali. Namun, langkah tersebut bakal membuat jarak antara bunga di dalam negeri dengan negara maju main tipis.

"Ini bisa mengurangi daya tarik bagi investor portofolio asing untuk masuk ke Indonesia,” kata Eric kepada Katadata, Kamis (14/12). Maka itu, ia memprediksi BI 7 Days Repo Rate tetap di level 4,25%. 

Selain itu, menurut dia, masih banyak ketidakpastian global yang harus diantisipasi BI lantaran bisa memicu arus keluar modal asing (capital outflow). Ketidakpastian yang dimaksud seperti kebijakan pemangkasan pajak di AS, serta faktor geopolitik di semenanjung Korea dan Spanyol.

Prediksi yang sama disampaikan Ekonom Bank Permata Josua Pardede. "Mempertimbangkan pergerakan rupiah terhadap dolar, stance kebijakan moneter BI diperkirakan netral dengan suku bunga acuan diperkirakan akan dipertahankan tetap," kata dia. Adapun nilai tukar rupiah tercatat melemah ke kisaran Rp 13.500-13.600 per dolar AS mulai Oktober 2017 lalu.

Sementara itu, Ekonom Development Bank of Singapore (DBS) Gundy Cahyadi memperkirakan, BI baru akan mulai menaikkan BI 7 Days Repo Rate pada kuartal IV 2018. Menurut dia, langkah tersebut diperlukan untuk mengantisipasi perguatan dolar AS.

"Rupiah yang terlalu lemah cenderung menghambat pertumbuhan PDB (pertumbuhan ekonomi). Maka kami berharap BI bisa menekan pelemahan rupiah yang cukup besar," kata Gundy.

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...