Pukulan bertubi-tubi pembiayaan seret membuat Bank Muamalat terpojok. Bank syariah pertama di Indonesia tersebut memang telah lama mengalami masalah pelik pembiayaan seret. Akhir tahun lalu, rasio pembiayaan seret tercatat membaik, namun enam bulan berjalan, rasionya kembali melonjak.
Bila ditelusuri dari laporan keuangan, Bank Mumalat sudah bertahun-tahun terbelit pembiayaan bermasalah dalam jumlah besar. Rasio pembiayaan bermasalah kotor (NPL gross) menembus 5% dari total pembiayaannya pada 2006. Tahun berikutnya, rasionya sempat turun, namun melonjak lagi ke atas 4% selama tiga tahun berturut-turut hingga 2012.
Rasio tersebut terbilang tinggi bila dibandingkan dengan rata-rata NPF gross industri perbankan syariah yang berada level 2,26% pada 2012. Tingginya rasio NPF Bank Muamalat ini jadi tanda peringatan, lantaran sesuai ketentuan otoritas keuangan, batas aman rasio pembiayaan/kredit bermasalah bersih (NPF net) maksimal 5%. Bila tembus level itu, bank masuk pengawasan khusus.
(Baca: Babak Akhir Penyelamatan Bank Muamalat)
Tekanan berat semakin terbaca di tahun-tahun berikutnya. Perusahaan yang mencatatkan penurunan drastis NPF gross pada 2011 sampai 2013, melakukan penyajian kembali alias merevisi (restatement) laporan keuangannya. Penyajian kembali disebut karena penyesuaian PSAK alias standar akuntansi. Namun, kenaikan signifikan NPF tetap mengundang sorotan.
Bila dalam laporan keuangan 2013 yang belum direvisi, NPF gross tercatat hanya 1,35%, dan NPF net 0,78%. Setelah revisi, NPF gross tercatat jauh di atasnya. Secara rinci, NPF gross 2011 sampai 2013 berturut-turut 4,59%, 5,77%, dan 5,61%. Di sisi lain, NPF net berturut-turut 2,99%, 3,63%, dan 3,46%.
Tekanan semakin besar di dua tahun berikutnya. NPF gross mencapai 6,55% pada 2014, lalu mencapai 7,11% pada 2015. Sedangkan NPF net menembus level 4%. Kondisi ini menggerus modal lantaran perusahaan harus menutup kerugian. Rasio kecukupan modal (CAR) Bank Muamalat tercatat 12,36%. Sebelumnya, pada 2013, CAR Bank Muamalat menanjak menjadi 17,24% seiring penerbitan surat utang syariah.
(Baca: Setor Dana Jaminan, Calon Investor Muamalat Masuk Tahap Penilaian OJK)
Tahun lalu, tiga tahun berlalu sejak lonjakan di 2015, Bank Mumalat membukukan perbaikan NPF gross dan net ke kisaran 2%. Namun, kondisi itu tak bertahan lama. Perusahaan tampak kembali terpukul oleh pembiayaan bermasalah. Per Juni 2019, NPF gross tercatat naik menjadi 5,41%, dengan NPF net 4,53%. Sedangkan CAR 12,01%.
Pembiayaan Bermasalah Menurut Sektor 2015 dan 2018
Sektor | 2015 | 2018 | Juni 2019* |
Pengangkutan | Rp 82,81 miliar | Rp 49,86 | |
Listrik, gas, dan air | - | - | |
Jasa usaha | Rp 192,44 miliar | Rp 169,6 juta | |
Konstruksi | Rp 132,11 miliar | Rp 20,36 miliar | |
Pertambangan | Rp 50,40 miliar | - | |
Perdagangan | Rp 186,68 miliar | Rp 29,72 miliar | |
Industri | Rp 94,37 miliar | Rp 202,86 miliar | |
Sosial/masyarakat | Rp 22,95 miliar | Rp 42,47 miliar | |
Pertanian | Rp 30,62 miliar | Rp 578,26 juta | |
Lainnya | Rp 572,55 miliar | Rp 76,58 miliar | |
Total | Rp 1,36 triliun | Rp 422,6 miliar | |
Rasio NPF | 7,46% dari total kredit | 2,63% dari total kredit | 5,41% dari total kredit |
Sumber: Laporan Keuangan Bank Muamalat (Diolah)
Catatan: *Laporan Keuangan lengkap belum dipublikasi
Ikut Terpukul Duniatex?
Bank Muamalat masuk dalam daftar kreditur yang memberikan fasilitas pembiayaan untuk grup perusahaan tekstil terintegrasi terbesar di Indonesia Duniatex. Adapun beberapa perusahaan dalam grup tersebut tengah mengalami masalah keuangan.