Tiga Alasan Indonesia Perlu Meningkatkan Diplomasi Antariksa

Yunita Permatasari
Oleh Yunita Permatasari
27 November 2021, 07:30
Yunita Permatasari
Ilustrator: Joshua Siringo Ringo | Katadata
Thom Baur Roket SpaceX Falcon 9, dengan kapsul Kru Dragon, diluncurkan membawa empat astronot pada misi operasi awak komersial NASA yang pertama di Pusat Luar Angkasa Kennedy di Cape Canaveral, Florida, Amerika Serikat, Minggu (15/11/2020).

Di tengah Abad Asia, Indonesia memiliki potensi yang besar untuk lebih maju karena menjadi salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat di kawasan. Untuk itu, Indonesia perlu memperkuat diplomasi antariksa, yakni membangun kemitraan dan meningkatkan kerja sama internasional dalam pemanfaatan antariksa secara damai.

Diplomasi antariksa merupakan satu dari empat pilar antariksa sebagai penggerak pembangunan berkelanjutan (SDGs) – Space2030. Agenda dan rencana implementasinya dalam 50 tahun konferensi eksplorasi dan penggunaan antariksa secara damai – UNISPACE+50.

Dalam sidang PBB pada 2018, Indonesia menyatakan dukungannya terhadap kerangka tersebut dalam mencapai hasil yang produktif dan meningkatkan kerja sama keantariksaan global. Riset saya dan tim, dalam skema Prioritas Riset Nasional, menjelaskan pentingnya meningkatkan kerja sama sektor antariksa untuk menguatkan peran Indonesia di Indo-Pasifik.

Mengapa Diplomasi Antariksa Penting?

Diplomasi antariksa saat ini jauh berbeda dari awal kemunculannya pada perang dingin. Saat itu sarat kepentingan politik akan perebutan pengaruh Blok Barat dan Blok Timur dalam perlombaan mencapai antariksa untuk mendapat prestise.

Kini diplomasi keantariksaan penting karena kegiatan ini tidak dapat dilakukan sendirian oleh satu negara serta bernilai ekonomi tinggi yang ditandai dengan berkembangnya industri antariksa swasta.

Antariksa merupakan ruang beserta isinya yang terdapat di luar Ruang Udara yang mengelilingi dan melingkupi Ruang Udara. Secara alamiah, keberadaan antariksa dimulai pada sekitar 100-110 kilometer di atas permukaan laut.

Antariksa sebagai wilayah bersama umat manusia yang digunakan secara damai pada praktiknya membutuhkan teknologi tinggi, biaya mahal, risiko besar, dan berguna ganda. Dengan kondisi ini hanya negara maju yang dapat mengeksplorasinya secara luas.

Padahal antariksa menyimpan potensi berlimpah sumber daya alam material seperti asteroid dan non-material seperti slot orbit. Negara-negara dapat memanfaatkan antariksa untuk membantu kehidupan di Bumi, misalnya melalui satelit penginderaan jauh, navigasi, komunikasi, dan lainnya.

Selain itu, negara juga melakukan misi antariksa-dalam untuk mengetahui sumber kehidupan di benda antariksa alami selain Bumi.

Negara berkembang membutuhkan kerja sama untuk keantariksaannya karena keterbatasan penguasaan teknologi antariksa. Begitupun negara maju sejatinya membutuhkan kemitraan dengan negara berkembang untuk penjejakan satelit, dan aktivitas keantariksaan lain yang melewati batas yurisdiksi negaranya.

Indonesia telah menjamin pemanfaatan antariksa bagi kepentingan semua negara dalam UU Nomor 21 Tahun 2013 tentang Keantariksaan. Kita juga berhasil mensponsori “ASEAN Outlook on Indo-Pacific” pada 23 Juni 2019 untuk menjamin stabilitas kawasan secara inklusif dan menjadi platform kerja sama kawasan di berbagai sektor.

Ada setidaknya tiga alasan utama Indonesia perlu meningkatkan diplomasi antariksa di Indo-Pasifik.

Pertama, Indo-Pasifik merupakan pusat geopolitik global

Kawasan ini memiliki berbagai isu strategis di darat, laut, udara, dan keantariksaan yang penyelesaiannya membutuhkan kerja sama keantariksaan internasional. Isu di darat, laut, udara mulai dari keamanan tradisional seperti konflik perairan, perbatasan; hingga non-tradisional seperti kerentanan bencana alam, perubahan iklim, finansial, kompetisi akses serta kendali atas sumber daya alam, dan lainnya.

Isu keantariksaan tergambar dari beraneka ragam bentuk program antariksa di kawasan antara lain: pemanfaatan satelit, peluncuran wahana antariksa dan roket, misi antariksa berawak, hingga penembakan anti-satelit yang memicu ketegangan dalam keamanan internasional dan lingkungan antariksa.

Negara-negara di kawasan ini semakin berpengaruh signifikan dalam dinamika keantariksaan kontemporer. Ada Cina, Jepang, dan India sebagai negara maju bidang antariksa sekaligus kekuatan regional.

Selain itu, negara tetangga seperti Australia dan Thailand mengembangkan keantariksaan regional yang masif. Ini belum termasuk banyak startup keantariksaan.

Halaman:
Yunita Permatasari
Yunita Permatasari
Researcher in Aerospace Policy Studies, National Institute of Aeronautics and Space (LAPAN)
Artikel ini terbit pertama kali di:

Catatan Redaksi:
Katadata.co.id menerima tulisan opini dari akademisi, pekerja profesional, pengamat, ahli/pakar, tokoh masyarakat, dan pekerja pemerintah. Kriteria tulisan adalah maksimum 1.000 kata dan tidak sedang dikirim atau sudah tayang di media lain. Kirim tulisan ke [email protected] disertai dengan CV ringkas dan foto diri.

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...