Di Balik Total Football OJK dalam Literasi dan Pelindungan Konsumen

Prof Abdul Mongid
Oleh Prof Abdul Mongid
17 Desember 2022, 07:15
Prof Abdul Mongid
Ilustrator: Joshua Siringo Ringo | Katadata
Guru Besar STIE Perbanas Surabaya

Salah satu resolusi implisit Otoritas Jasa Keuangan dalam menyongsong 2023 yakni usaha all out untuk meningkatkan literasi, inklusi keuangan, dan perlindungan konsumen. Kalau mencermati target indeks literasi dan inklusi keuangan nasional sudah tercapai, tentu pertanyaan besarnya, kenapa OJK masih memprioritaskanya.

Dari strategi nasional yang disampaikan, pendekatan yang akan ditempuh OJK pada 2023 jauh lebih kompehensif. Ibaratnya dalam sepakbola sebagai “total football”.

Advertisement

Seperti diketahui, hasil survei nasional literasi dan inklusi keuangan (SNLIK) masyarakat Indonesia 2022 menyebutkan tercapainya target nasional. Survei yang melibatkan 34 provinsi itu menghasilkan kesimpulan yang sangat menyejukkan.

Indeks literasi keuangan masyarakat naik signifikan, yaitu 49,68 % dibandingkan dengan hasil survei 2019 yang hanya 38,3 %. Hasil survei tahun ini menunjukkan keberhasilan dalam meningkatkan literasi dalam kecepatan yang luar biasa.

Di bidang inklusi keuangan juga terjadi kenaikan. Hasil SNLIK 2023 mencapai 85,10 % dari sebelumnya 70,69 %. Sama-sama naik walaupun kecepatannya tidak sama pertumbuhannya.

Capaian literasi dan inklusi ini merupakan buah kerja sama seluruh komponen bangsa dan bisa disebut prestasi penting OJK sebagai leading sector. Namun demikian kesenjangan literasi dan inklusi yang masih cukup besar, yaitu 35 %, tetap menjadi PR besar untuk diatasi.

Yang sangat menarik dari hasil survei ini adalah fakta bahwa kesenjangan gender (gender bias) dalam hal literasi dan inklusi makin hari makin sempit. Ini prestasi besar. Sebagai negara mayoritas muslim, selama ini ada stereotype bahwa komunitas muslim sangat diskriminatif gender, dalam arti wanita diperlakukan sebagai “mengikuti” bukan sebagai pengambil keputusan. Survei ini membuktikan bahwa masyarakat muslim kita sangat berbeda.

Sebagai pembanding dan pendukung hasil SNLIK, 65 % perempuan di ASEAN telah menggunakan digital payment sementara pria hanya 59 %. Laporan kajian ADB pada 2022 tentang financial literacy score berdasarkan POLICY BRIEF ADB 2022 juga menyebutkan, Indonesia memiliki skor 13,4 untuk maksimum 21. Artinya, kita jauh lebih baik dari negara-negara G20 lainnya seperti Brazil, Arab Saudi, bahkan Inggris sekalipun.

Multi Program

Otoritas Jasa Keuangan dalam mendorong efektivitas penerapan perlindungan konsumen jasa keuangan telah menerapkan prinsip-prinsip perlindungan yang dikeluarkan Organization for Economic Cooperation and Development (OECD). Dalam panduan yang merupakan kompilasi dari perspektif dan best practice internasional ini ditetapkan minimum standar yang harus dipenuhi dari aspek legal, pengaturan, dan kerangka pengawasan yang terdiri dari 10 prinsip.

Tujuannya adalah agar terjadi perbaikan dalam memperkuat perlindungan konsumen jasa keuangan. Walaupun standar dikeluarkan oleh OECD namun juga melibatkan lembaga lain seperti Bank for International Settlement (BIS) dan Bank Dunia.

Panduan ini memiliki posisi unik yang mampu menyediakan fondasi bagi terciptanya perlindungan konsumen yang efektif. Prinsip-prinsip itu dibangun berdasarkan pengalaman dan praktik yang berhasil di negara-negara maju pada umumnya dan khususnya negara G20.

Standar ini tentu berat saat penerapan di awal. Namun OJK tetap memilih standar ini agar perlindungan konsumen di Indonesia efektif. OJK meyakini panduan ini membantu dalam rangka mengidentifikasi dan dan selanjutnya memitigasi terkait dengan perlindungan konsumen jasa keuangan.

Semua sepakat bahwa fondasi terbaik dalam pelindungan konsumen jasa keuangan yakni melalui literasi dan edukasi. Dalam rangka menerapkan kebijakan literasi keuangan ini, OJK mengeluarkan berbagai macam produk atau kegiatan yang semuanya berbasis pada strategi nasional literasi keuangan.

Di dalamnya ada penerapan edukasi dan kampanye nasional, penguatan infrastruktur, pengembangan produk, dan layanan untuk mendorong literasi keuangan. Tiga pilar ini merupakan ujung tombak dalam mengembangkan literasi keuangan di Indonesia. Penerapan yang konsisten terbukti berhasil sesuai SNLIK 2023.

Target yang menjadi sasaran program literasi keuangan itu terdiri dari beragam kelompok masyarakat dari para pelajar, mahasiswa, ibu rumah tangga karyawan profesional sampai UMKM. Bahkan yang paling menarik adalah para pensiunan juga menjadi sasaran penting.

Kenapa? Karena mereka sering menjadi korban perilaku dan pengambilan keputusan ekonomi yang tidak sadar ada akibat risiko keuangan jangka mereka. Karena itu para pensiunan perlu diajari bagaimana mengelola keuangannya yang sehat.

OJK mendorong literasi keuangan melalui edukasi terutama dalam pembentukan kurikulum pendidikan formal dan pelatihan-pelatihan serta diskusi sampai pada iklan layanan masyarakat. Dari sisi infrastruktur, OJK mengeluarkan banyak sumber daya untuk mendorong proses literasi berjalan bagus, khususnya melalui infrastruktur informasi seperti mobil literasi keuangan, penyusunan website sikapi uangmu (https://sikapiuangmu.ojk.go.id), atau pembuatan dan publikasi sumber–sumber literasi seperti majalah.

Halaman:
Prof Abdul Mongid
Prof Abdul Mongid
Guru Besar STIE Perbanas Surabaya

Catatan Redaksi:
Katadata.co.id menerima tulisan opini dari akademisi, pekerja profesional, pengamat, ahli/pakar, tokoh masyarakat, dan pekerja pemerintah. Kriteria tulisan adalah maksimum 1.000 kata dan tidak sedang dikirim atau sudah tayang di media lain. Kirim tulisan ke [email protected] disertai dengan CV ringkas dan foto diri.

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement