Pemilu Tak Pengaruhi Bursa, Tren IHSG Terus Naik

Image title
Oleh Tim Redaksi
2 Desember 2018, 07:00
Direktur Utama BEI Inarno Djajadi
Ilustrator Katadata/Betaria Sarulina
Direktur Utama BEI Inarno Djajadi

Tahun ini, pasar modal di Indonesia menghadapi tantangan gejolak pasar keuangan global karena pengaruh kebijakan suku bunga Amerika Serikat dan isu perang dagang. Meski begitu, indeks harga saham gabungan (IHSG) masih mampu mencetak rekor tertinggi, dan perusahaan yang masuk bursa lebih banyak dibandingkan tahun 2017.

Sebagai Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) yang baru diembannya mulai Juni 2018, Inarno Djajadi berupaya terus mendorong perkembangan bursa saham, baik dari sisi transaksi, jumlah emiten, dan investor. (Baca juga: Sejumlah Strategi BEI untuk Gairahkan Pasar Modal Tahun Depan)

"Strategi kami adalah menyelenggarakan perdagangan yang terpercaya dan memasukan pendalaman pasar," kata mantan Presiden Komisaris di PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI) yang sudah 30 tahun berkarier dan berkecimpung di pasar modal tersebut, dalam wawancara khusus dengan Tim Katadata.co.id  di kantornya, Jakarta, Jumat (23/11). 

Inarno mengaku BEI telah menyiapkan produk turunan alias derivatif untuk memperdalam pasar modal. Upaya ini diharapkan juga akan menambah kebal bursa saham dari gonjang-ganjing pemilihan umum tahun  depan. Berikut petikan lengkap wawancaranya.

Bagaimana BEI menghadapi tantangan volatilitas pasar global tahun ini akibat kebijakan suku bunga AS dan isu perang dagang?

Dari faktor eksternal, kami memang mesti siap menghadapi volatilitas. Perang dagang, krisis di Turki, dan kenaikan tingkat suku bunga The Fed, itu semua berpengaruh terhadap internal.

Tapi syukur Alhamdulillah kami telah mencapai record high. Sudah 613 listed company per hari ini. Artinya tahun ini sudah ada penambahan 51 perusahaan terbuka yang tercatat di bursa.

Jumlah investor saham mencapai ada 833 ribu Single Investor Identification (SID) sampai hari ini atau ada penambahan 205 ribu. Itu pencapaian luar biasa untuk tahun ini.

Meskipun dipengaruhi faktor eksternal, kita tetap tumbuh. Dari seluruh perusahaan tercatat, sebanyak 78% laba usahanya positif. Lebih baik dibandingkan tahun 2017, laba usaha yang naik itu sekitar 38%. Jadi, kita lihat growth tetap ada dan cukup stabil.

Grafik Perkembangan Pasar Modal Indonesia
Grafik Perkembangan Pasar Modal Indonesia (Katadata)

Sistem penyelesaian transaksi saham dalam dua hari (T+2), yang lebih cepat dari T+3, telah diluncurkan pada 26 November lalu. Berapa lama persiapannya?

Persiapannya sebetulnya sudah lama. Dari 2016, kami sudah membuat suatu kajian, suatu survei. Kami melihat responden yakni anggota bursa yang menyatakan siap untuk masuk ke T+2.

Salah satu alasan adanya sistem T+2 adalah rekomendasi dari internasional, dari IOSCO (The International Organisation of Securities Commissions) dan The World Federation of Exchange. Settlement diperpendek, akan menambah efisiensi dan risk exposure-nya juga akan berkurang. Mulai 2018, OJK mencanangkan pelaksanaan T+2.

Saat ini, di regional yang sudah melaksanakan T+2 adalah Thailand. Bahkan untuk Singapura dan Malaysia itu masih belum dilaksanakan. Di Singapura yang saya dengar, targetnya 10 Desember ini. Jadi, kami lebih cepat dari Singapura dan Malaysia.

Apakah pelaksanaan T+2 akan berpengaruh terhadap peningkatan likuiditas pasar?

Pasti. Bila kami lihat dari beberapa kajian, dengan settlement lebih singkat, maka likuiditas semakin meningkat dan rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) juga kami harapkan semakin menigkat.

Selain program T+2, apakah ada rencana menyiapkan produk-produk derivatif?

Dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, bursa diamanatkan untuk menyelenggarakan perdagangan efek yang teratur, wajar, dan efisien. Strategi kami adalah menyelenggarakan perdagangan yang terpercaya dan memasukkan pendalaman pasar.

Pendalaman pasar adalah meningkatkan supply dan demand. Oleh karena itu, kami punya arah strategis, di infrastruktur, anggota bursa, emiten, dan investor.

Ada beberapa produk untuk peningkatan infrastruktur kebursaan. Salah satunya adalah Electronic Trading Platform untuk obligasi dan untuk IGBF (Indonesia Goverment Bond Future). Inisiatif bukan dari kami saja, juga dari TPPSU (Tim Pengembangan Pasar Surat Utang), terdiri dari Departemen Keuangan Kementerian Keuangan, Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan dan SRO (Self Regulatory Organization).

Apa produk derivatif yang akan diluncurkan?

Ada beberapa inisiatif yang Insya Allah akan dilaksanakan pada 2019, di antaranya Single Stock Future dan Structured Warrants. Produk itu bagian dari peningkatan infrastruktur.

Dari emiten, terdapat beberapa inisiatif, salah satunya adalah E-Registration, di mana orang yang mau IPO (Initial Public Offering) akan melaksanakannya secara elektronik. Jadi dapat langsung terkoneksi dengan sistem di OJK.

Kedua adalah E-Book Building, kami buatkan suatu platform. Saat perusahaan IPO, pemesanannya dapat dari seluruh wilayah di Indonesia. Sistem pemesanan juga akan lebih transparan. Produk ini merupakan inisiatif dari BEI.

Bagaimana produk derivatif yang terkait dengan anggota bursa?

Halaman:
Reporter: Ihya Ulum Aldin
Editor: Yuliawati
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...