Ekowisata Berbasis Masyarakat, Daya Tarik Pariwisata Adat

Image title
Oleh Melati Kristina Andriarsi - Tim Riset dan Publikasi
9 Maret 2021, 18:25
Pemandangan desa wisata Waturaka
Sumber: Mongabay
Pemandangan desa wisata Waturaka

Indonesia dikenal dengan keindahan pariwisata alam maupun budayanya. Sepanjang 2019 lalu, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia mencapai 16,11 juta kunjungan atau naik 1,88 persen dibanding tahun sebelumnya.

Berdasarkan Passenger Exit Survey (PES) yang diterbitkan Kementerian Pariwisata pada 2016, jumlah kunjungan wisman ke Indonesia untuk wisata budaya mencapai 60 persen. Adapun kunjungan untuk wisata alam sebesar 35 persen dan wisata buatan sebesar 5 persen. Wisata perkotaan dan perdesaan merupakan kegiatan wisata budaya yang paling diminati wisatawan, diikuti wisata budaya dan kuliner.

Aktivitas Wisata Budaya

Sumber: Kemenpar

 

Melihat potensi tersebut, masyarakat adat di desa Waturaka mengembangkan ekowisata. Desa yang terletak di bawah kaki Gunung Kelimutu, Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur tersebut mengandalkan potensi alam seperti wisata air terjun dan air panas.

Masyarakat adat di desa ini juga menjunjung tinggi nilai budaya yang diturunkan oleh leluhur mereka. Hal ini mendorong mereka untuk mengembangkan ekowisata yang mengedepankan interaksi antara masyarakat adat dan pengunjung. Dengan konsep wisata ini, para wisatawan diajak untuk mengenal budaya serta menjaga potensi alam di wilayah adat.

Menurut Ignasius Leta Odja, pelopor desa ekowisata di Waturaka, pengunjung dan masyarakat adat dapat berbaur dan melakukan aktivitas keseharian masyarakat. Ia juga mengembangkan berbagai fasilitas seperti homestay maupun sanggar agar dapat menjamu tamu dengan pentas budaya khas Waturaka.

“Saya menggerakkan warga menanam sayuran dan buah-buahan. Tak disangka lama-lama warga pun ikut menanam. Kami juga dirikan home stay dan sanggar musik,” ungkapnya dilansir dari Mongabay.

Kini, homestay di Waturaka telah berkembang menjadi 20 unit. Bahkan setiap homestay dapat menghasilkan Rp2-5 juta per bulannya. Selain itu, sanggar musik dan tari dapat menambah penghasilan per orang hingga Rp 2juta per bulan. 

Dilansir dari Mongabay, jumlah pengunjung di Taman Nasional Kelimutu mencapai 21.088 orang hingga akhir Mei 2016. Pada tahun yang sama, terjadi peningkatan wisatawan nusantara hingga 50.324 orang dan wisatawan mancanegara sebanyak 13.184 orang. Tak hanya itu, Desa Waturaka juga mendapatkan penghargaan desa ekowisata oleh Kementerian Desa, Pembangunan Daerah tertinggal dan Transmigrasi pada 2017.

Pada awalnya, orang kampung menganggap Leta Odja gila. Dia bertekad ingin menjadikan desa sebagai desa ekowisata. Upayanya membuahkan hasil, sekarang kampungnya mendapat penghargaan sebagai desa wisata alam terbaik 2017. “Ini sebuah pencapaian yang luar biasa,” ujar Ignasius.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...