Nasib Produsen Miras Lokal Setelah Jokowi Batalkan Izin Investasi

Rizky Alika
4 Maret 2021, 06:10
Tos Arak Bali oleh Wayan Koster (berbaju merah) dan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan (tengah) di Nusa Dua, Bali, 30 Juli 2020.
Pemprov Bali
Tos Arak Bali oleh Wayan Koster (berbaju merah) dan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan (tengah) di Nusa Dua, Bali, 30 Juli 2020.

Ada sebuah desa di Bali yang mayoritas warganya berkecimpung dalam usaha yang terkait dengan minuman keras. Tapi, jangan bayangkan bisnis miras di sini sebagai industri padat modal dengan teknologi serba canggih.

Desa itu bernama Tri Eka Bhuana yang berada di Sidemen, Kabupaten Karangasem. Dari sekitar 500 kepala keluarga di desa ini, 400 di antaranya merupakan penyadap tuak. Setiap hari mereka memanjat pohon kelapa untuk menyadap nira atau cairan manis dari tandan bunganya.

Advertisement

Cairan tuak itu kemudian dikumpulkan dan difermentasi dengan media berupa serbuk sabut kelapa atau kulit kayu bayur. Selanjutnya, pekerja akan melakukan proses penyulingan.

Seluruh proses ini dilakukan secara tradisional, memasaknya pun dengan kayu bakar. Fasilitas penyulingannya dimiliki oleh beberapa keluarga yang menjalankannya secara turun-temurun.

Pemerintah Bali cukup terbuka terhadap produksi arak tradisional. Namun, harapan sempat membuncah saat Presiden Joko Widodo memberi lampu hijau untuk investasi.

Artinya, ada pengakuan dari pemerintah pusat. "Pemerintah mempunyai tujuan mulia, demi UKM yang ada di pedesaan," kata Tokoh Desa Tri Eka Bhuana, I Nyoman Masta, Rabu (3/3).

Ia berharap, aliran modal bisa menghadirkan teknologi untuk mempercepat proses produksi. Selain itu, investasi industri miras diharapkan bisa membantu proses pengemasan dan pemasaran.

Arak Bali telah cukup dikenal di kalangan wisatawan baik lokal maupun asing. "Arak bisa dikonsumsi sebagai bahan campuran (di hotel dan kafe). Misalkan arak, ditambah spirit, jadi cocktail," ujarnya.

Dengan kemampuan produksi dan distribusi yang lebih baik, bukan tak mungkin arak Bali bisa menembus pasar ekspor. "Kalau diserahkan ke masyarakat desa, sumber daya manusia sangat minim. Tidak mungkin mampu mengelola secara profesional," kata Masta.

Arak Bali bukan hanya diproduksi di Desa Tri Eka Bhuana. Bahannya pun berbeda-beda. Arak Bali di Desa Les, Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng, dibuat dari nira pohon lontar.

Bukan hanya Bali, Daerah lain seperti Nusa Tenggara Timur juga memiliki miras lokalnya sendiri. Kepala BKPM Bahlil Lahadalia menyebut NTT memiliki Sopi yang tuaknya merupakan hasil fermentasi tuak yang disadap dari pohon lontar. Sopi juga dikenal hingga Sebagian wilayah Maluku hingga Papua.

Bahlil menyatakan, pembukaan investasi pada industri miras semula dilakukan dengan mempertimbangkan sejumlah faktor. Di antaranya, masukan dari pemerintah daerah dan masyarakat mengenai kearifan lokal di beberapa daerah.

"Untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut dan diolah untuk produk ekspor, maka dilakukan (pembukaan investasi dengan syarat)," ujar dia dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta, Selasa (3/2).

Halaman:
Reporter: Rizky Alika
Editor: Pingit Aria
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement