Bekraf Bawa Dangdut ke Festival Industri Kreatif di AS
Indonesia kembali diundang untuk hadir dalam festival seni kreatif dan teknologi, South by Southwest (SXSW) di Amerika Serikat (AS), pada 8-17 Maret 2019. Telah tiga kali hadir di festival ini, Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) akan menghadirkan program baru yakni Hello Dangdut.
Deputi Pemasaran Bekraf Joshua Puji Mulia Simanjuntak menyampaikan, ide membawa dangdut ke pasar internasional sudah lama dikaji. "Untuk bisa dibawa ke pasar internasional, harus dihadirkan di acara yang pengunjungnya open minded. SXSW ini cocok," kata dia saat konferensi pers di Djakarta Theater, Jakarta, Kamis (26/7).
Untuk program Hello Dangdut, pendiri Aksara Records, David Tarigan telah ditunjuk sebagai pengelola. Saat ini, ia masih mengkaji selera musik masyarakat AS. Ia pun berkonsultasi dengan para pemusik di Negeri Paman Sam. "Kami kaji ke pemusik sampai DJ di sana. Mungkin wujudnya akan seperti club dangdut," kata sepupu DJ Dipha Barus ini.
(Baca juga: Bekraf Boyong 14 Merek Fesyen Cari Mitra dan Investor di Singapura)
Selain itu, tentunya Bekraf bakal memboyong perusahaan rintisan yang inovatif untuk menampilkan produknya di festival tersebut. Di antara produk yang bakal diperkenalkan pada ajang SXSW adalah simulasi kendaraan oleh Saft7Robotics.
Selain itu, Bekraf masih membuka pendaftaran bagi inovator yang ingin menampilkan produknya di SXSW. Nantinya, para inovator tersebut bakal diseleksi oleh Edi Taslim, Jerry Justianto, Piotr Jakubowski, Andi Sadha, dan Muhammad Neil El Himam. Ada tiga kategori penilaian yaitu daya tarik produk di luar Indonesia, diproduksi di dalam negeri, dan punya kemampuan untuk ekspor.
Sebelumnya, Bekraf sudah membawa enam startup ke SXSW 2018 yaitu Kata.ai, Seruniaudio, Saft7robotics, Squline, Digital Happiness, dan Mycotech. Startup jebolan program Telkomsel NextDev, Vestifarm pun hadir. Sementara di bidang perfilman, pemenang festival film pendek Minikino pun turut serta.
Dari penyelenggaraan SXSW 2018 itu, Founder Mycotech Areka Bentang menyampaikan bahwa hak kekayaan intelektual (HKI) perlu menjadi perhatian. Sebab, ada kekhawatiran produknya ini ditiru oleh orang lain sementara hasil karyanya ini belum terdaftar.
(Baca juga: Bekraf Buka Pendaftaran Akatara 2018 untuk Insan Perfilman)
Sementara itu, CEO dan Co-Founder Squline.com Tomy Yunus menyampaikan, perusahaannya memeroleh rekanan bisnis setelah mengikuti SXSW 2018. "Saat bertemu Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di Houston, kami sign contract untuk kelas bahasa Indonesia secara online," ujarnya.