Kejelian Dr. Boen Mengantarkan Kalbe Farma Merajai Industri Farmasi

Rezza Aji Pratama
3 September 2021, 07:15
farmasi, kalbe farma, boenjamin setiawan, emiten:KLBF
kalbe farma
Gedung Kalbe Farma

Selalu ada hikmah di balik setiap bencana. Begitulah yang dirasakan oleh PT Kalbe Farma. Pada medio Desember 2019, empat bulan sebelum kasus Covid-19 pertama diumumkan di Indonesia, saham emiten berkode KLBF itu terjun bebas. Sempat menyentuh Rp 1.645 pada 16 Desember 2019, harga saham Kalbe terus terkoreksi hingga terjerembab ke level Rp 865 per saham pada 25 Maret 2020. 

Kinerja Kalbe Farma di pasar modal mulai konsisten membaik sejak awal April 2020, seiring dengan penambahan jumlah kasus Covid-19 di Tanah Air. Produk suplemen dan multivitamin milik perusahaan laris manis di pasaran. Konsumen yang mulai khawatir terpapar virus menyerbu produk-produk kesehatan untuk meningkatkan daya tahan tubuh. 

Advertisement

Kendati demikian, tidak semua divisi Kalbe Farma berkinerja moncer. Permintaan obat resep menurun sebab banyak rumah sakit fokus pada penanganan pasien Covid-19. Hal serupa juga dialami oleh divisi minuman yang terkena imbas penutupan sekolah-sekolah dan tempat rekreasi. 

Ketika banyak perusahaan lain merugi akibat pandemi, PT Kalbe Farma Tbk. sukses menutup tahun 2020 dengan kinerja solid. Penjualan tumbuh 2,12 % dari Rp 22,63 triliun di 2019 menjadi Rp 23,11 triliun di 2020. Laba bersih perseroan meningkat 9,05 % dari Rp 2,5 triliun pada 2019 menjadi Rp 2,7 triliun di 2020.

Jeli Melihat Peluang

Kinerja solid Kalbe Farma di 2020 terus berlanjut hingga paruh pertama tahun ini. Pendapatan perusahaan meningkat 6,6 % menjadi Rp 12,37 triliun pada semester pertama 2021 dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 11,6 triliun. Begitu pula dengan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk yang mencapai Rp 1,49 triliun atau naik 7,93 % dari Rp 1,38 triliun pada periode 2020. 

Kinerja moncer KLBF tidak lepas dari kejelian perusahaan melihat peluang di tengah pandemi. Kalbe Farma menjadi salah satu entitas bisnis pertama yang mempelopori tes PCR dan rapid antigen bagi penderita Covid-19.

Meskipun permintaan obat resep merosot, Kalbe menyiasatinya dengan menggenjot penjualan di sektor suplemen dan multivitamin. Kalbe juga ikut ambil bagian dalam distribusi obat-obatan untuk pasien Covid-19, terutama jenis remdesivir.

Pada awal Juli 2021, Kalbe akhirnya mengantongi persetujuan dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk melakukan uji klinik tahap 2b/3 untuk vaksin Covid-19 GX-19N di Indonesia. Ini merupakan vaksin yang dikembangkan oleh konsorsium Genexine, Binex, the International Vaccine Institute(IVI), GenNBio, the Korea Advanced Institute of Science & Technology (KAIST), and Pohang University of Science & Technology (POSTECH). Genexine sudah menjalin kerja sama pengembangan vaksin dengan Kalbe Farma sejak 2020. 

“Kami sudah mempelajari DNA vaksin GX-19N dari Genexine, dan terlihat vaksin ini memiliki potensi yang sangat baik untuk memberikan proteksi terhadap berbagai varian  virus COVID-19 dan kemungkinan jangka waktu proteksi yang lebih lama,” ujar Iris Rengganis, Ketua Tim Peneliti uji klinik vaksin COVID-19 GX-19N pada 9 Juli 2021. 

Kendati membukukan kinerja solid, performa saham Kalbe di pasar modal justru fluktuatif. Hal ini membuat perusahaan memutuskan untuk membeli saham kembali (buyback) senilai Rp250 miliar. 


Presiden Direktur Kalbe Farma menjelaskan perusahaan akan melakukan buyback mulai 20 Agustus 2021 hingga 19 November 2021. Dana yang digunakan berasal dari kas internal sehingga perusahaan percaya diri tidak akan berdampak signifikan terhadap pendapatan.

"Pembelian kembali saham juga memberikan fleksibilitas kepada perseroan dalam mengelola modal jangka panjang karena saham treasuri bisa dijual di masa depan dengan nilai yang optimal ketika perseroan memerlukan penambahan modal," ujar Vidjongtius dalam keterangan resmi, 23 Agustus 2021.  

Kalbe Ekspansi ke Pasar ASEAN dan Afrika.jpg
Presiden Direktur Kalbe farma Vidjongtius (KATADATA/)

 

Sejarah Kalbe Farma di Tangan Dr. Boen

Kalbe Farma menempuh perjalanan panjang sebelum menjadi raksasa farmasi di Asia Tenggara. Kesuksesannya tidak terlepas dari kejelian Boenjamin Setiawan yang mendirikan Kalbe pada 10 September 1966.

Boenjamin Setiawan adalah contoh bagaimana seorang akademisi tulen sukses menjadi salah satu orang terkaya di Indonesia. Ia mengenyam pendidikan dokter di Universitas Indonesia lantas melanjutkan studi di Amerika Serikat dan membawa pulang gelar Ph.d di bidang farmakologi dari University of California. Tak heran, pria dengan nama asli Khou Liep Boen ini akrab disapa Dr. Boen. 

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement