Bertemu Menkeu AS, Sri Mulyani Diskusi Soal Pajak dan Perubahan Iklim

Rezza Aji Pratama
14 Oktober 2021, 09:09
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengikuti rapat kerja dengan Komisi XI DPR di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa (8/6/2021). Rapat tersebut membahas pengambilan keputusan asumsi dasar dalam Kebijakan Ekonomi Makro dan Pokok-pokok Kebijakan
Antara/Hafidz Mubarak
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengikuti rapat kerja dengan Komisi XI DPR di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa (8/6/2021). Rapat tersebut membahas pengambilan keputusan asumsi dasar dalam Kebijakan Ekonomi Makro dan Pokok-pokok Kebijakan Fiskal (KEM PPKF) Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2022. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak \

Menteri Keuangan Sri Mulyani bertemu dengan Menkeu AS Janet Yellen di Washington guna membahas agenda G20 hingga Covid-19.

Perjumpaan keduanya dilakukan di sela-sela pertemuan Menteri Keuangan G20 dan Bank Sentral di Washington. Mulyani menjelaskan topik penting yang dibahas antara lain dukungan pendanaan kesehatan hingga soal perpajakan.

“Ini termasuk kemampuan deteksi dini dan riset kesehatan secara global dan kapasitas sistem kesehatan di setiap negara,” ujarnya melalui akun instagram @smindrawati, Kamis (14/10).

Terkait dengan persiapan presidensi pertemuan G20, dua Menkeu itu juga membahas soal tata kelola protokol pengaturan multilateral seperti WHO dan G20. Dalam isu perpajakan, Mulyani dan Yellen berdiskusi soal kesepakatan historis global mengenai mengenai penerapan minimum taxation.

“[juga membahas] Upaya mencegah erosi basis pajak, penghindaran pajak dan kompetisi tarif pajak race to the bottom,” Mulyani menambahkan.

Isu perubahan iklim dan persiapan COP ke-26 di Glasgow juga mengemuka dalam pertemuan tersebut. Isu sensitif seperti kerangka sustainable finance dan pendanaan agenda perubahan iklim turut menjadi pembahasan. Ini terutama terkait dengan komitmen negara maju terhadap Paris Agreement dalam penyediaan pendanaan bagi negara-negara berkembang.

Mulyani menyebut hubungan bilateral Indonesia dan Amerika Serikat penting baik dari segi kerjasama perdagangan, Investasi, teknologi maupun aspek strategis lainnya. Pemulihan ekonomi Amerika Serikat dan kebijakan moneter dan fiskal yang dilakukan Amerika Serikat memberikan dampak ke seluruh dunia, termasuk Indonesia, baik dari segi ekspor dan aliran modal dan teknologi.

“Indonesia harus terus memperkuat fondasi ekonomi dan terus menjaga kepentingan nasional dalam menghadapi kondisi global yang semakin dinamis, kompetitif dan kompleks,” Sri Mulyani menambahkan.
Sebelumnya, Sri Mulyani juga sempat bertemu dengan konglomerat Michael Bloomberg membahas COP ke-26. Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu menjelaskan, pertemuan Glasgow yang akan digelar akhir bulan ini menjadi agenda penting terkait penanganan perubahan iklim.

Agenda ini akan menghadirkan negara-negara dunia untuk membahas upaya bersama menangani masalah perubahan iklim terutama dari segi pendanaan, dan kerja sama sektor publik dan swasta, serta filantropis. Michael Bloomberg merupakan salah satu pengusaha yang mendukung aksi atas perubahan iklim. Bloomberg menyumbang US$ 10,5 juta atau sekitar Rp 149 miliar untuk mendanai kegiatan PBB pada isu perubahan iklim termasuk COP26.

Bloomberg pun turut mendanai proyek penanganan perubahan iklim di Indonesia melalui hibah yang diberikan kepada PT Sarana Multi Infrastruktur (PT SMI) melalui platform SDG Indonesia One. Hibah tersebut diberikan pada melalui dua program sejak tahun lalu.

"SDG Indonesia One adalah wadah kerja sama pendanaan baik pendanaan ekuitas maupun pinjaman dan hibah, serta penurunan risiko atau de-risking bagi program SDG's dan proyek perubahan iklim," kata Sri Mulyani.

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...