Poin-poin Strategis Presidensi G20 di Masa Pandemi

Masyita
Oleh Masyita Crystallin
24 Februari 2022, 09:06
Masyita
Ilustrator: Joshua Siringo ringo | Katadata
Masyita Crystallin

Recover Together, Recover Stronger” menjadi slogan yang kerap menggema di ranah publik dan ruang-ruang media, baik domestik maupun di mancanegara belakangan ini. Presidensi Indonesia pada gelaran G20 di tahun Macan Air ini menjadi ajang pembumian slogan optimistik persuasif tersebut. 

The Group of Twenty Finance Ministers and Central Bank Governors dalam wadah G20 merupakan forum kerja sama internasional 19 negara perekonomian besar ditambah Uni Eropa. G20 adalah forum kerja sama yang sangat strategis karena mewakili 65% penduduk dunia dan 85% porsi perekonomian dunia. 

Forum ini dibentuk pada September 1999, sebagai respons terhadap Krisis Keuangan Asia 1997-1999 atas saran dari para menteri keuangan negara-negara G7 (Amerika Serikat, Inggris, Italia, Jerman, Jepang, Kanada, dan Prancis). Indonesia menjadi bagian dari G20 sejak awal forum ini terbentuk, serta merupakan satu-satunya negara dari Asia Tenggara. 

Presidensi G20 mengusung solidaritas (kebersamaan) sebagai fondasi kerja sama mutual dan saling menguntungkan. Semangat “pulih bersama” bukanlah sekadar altruisme, melainkan realitas bahwa setiap negara membutuhkan pulihnya negara-negara lain, di antaranya karena adanya efek tular atau dikenal sebagai contagion effect

Dalam ilmu ekonomi, efek tular ini menggambarkan fenomena menyebarnya boom (pertumbuhan) maupun crash (krisis) lintas wilayah, baik di level domestik maupun internasional. Interdependensi ekonomi suatu negara terhadap negara lain menjadikan efek tular ini menjadi suatu konsekuensi logis dari globalisasi. 

Pandemi Covid-19 kemudian menyadarkan kita bahwa efek tular suatu krisis dapat berasal dari trigger yang berbeda. Pada Krisis Asia 1997, efek tular ini berasal dari krisis neraca pembayaran atau balance of payment, sementara efek tular saat Krisis Keuangan Dunia di 2009 berasal dari kerentanan di sektor keuangan. 

Sudah lama dunia tidak mengalami krisis dalam skala yang masif, yang pemantik efek tularnya berasal dari masalah kesehatan, setidaknya absen sejak Flu Spanyol 100 tahun lalu.

Indonesia mengemban tugas Presidensi G20 ini di masa pandemi. Sebagai negara berkembang yang memiliki aspirasi untuk tumbuh menjadi negara maju, Indonesia berupaya meningkatkan nilai tambah perekonomian sehingga dapat mengalami leap frog pertumbuhan ekonomi. 

Momentum G20 ini digunakan sebaik mungkin untuk menunjukkan kepemimpinan Indonesia dengan mengangkat tiga isu prioritas yang sangat relevan bagi pemulihan ekonomi. Pertama, pengembangan arsitektur kesehatan global. Kedua, transformasi ekonomi berbasis digital; dan ketiga, transisi menuju energi berkelanjutan. 

Sebagaimana telah kita sadari, krisis dan multilateralisme memiliki hubungan erat. Layaknya relasi antara kelembagaan G20 dengan krisis 1997-1999, lembaga lain seperti Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional (IMF) pun erat berhubungan dengan krisis. 

Kedua organisasi ini dibentuk saat Konferensi Bretton Woods di tahun 1944 sebagai respons atas Depresi Besar (Great Depression) tahun 1930-an. Kedua lembaga tersebut memikul amanat pemulihan sekaligus pengurangan kemiskinan di dunia. 

Cukup jelas bahwa terbentuknya forum kerjasama internasional tersebut tak lepas dari pengaruh faktor efek menular dan keterkaitan antarnegara, sehingga valid untuk mengatakan tak ada jalan pemulihan kecuali bersama-sama.

Pemulihan kesehatan menjadi isu prioritas pertama dan menjadi panggilan aksi kemanusiaan bagi G20, Bank Dunia, IMF, dan masyarakat global. Pandemi Covid-19 bukan sekadar krisis biasa yang melumpuhkan mata pencaharian (livelihoods), tetapi juga telah merenggut nyawa (lives), tercatat telah menewaskan 5,9 juta manusia.

Halaman:
Masyita
Masyita Crystallin
Staf Khusus Menteri Keuangan Bidang Perumusan Kebijakan Fiskal dan Makroekonomi; Sherpa Koalisi Menteri Keuangan untuk Aksi Iklim

Catatan Redaksi:
Katadata.co.id menerima tulisan opini dari akademisi, pekerja profesional, pengamat, ahli/pakar, tokoh masyarakat, dan pekerja pemerintah. Kriteria tulisan adalah maksimum 1.000 kata dan tidak sedang dikirim atau sudah tayang di media lain. Kirim tulisan ke [email protected] disertai dengan CV ringkas dan foto diri.

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...