Diterpa Isu Bangkrut, PT Pos Coba Bertahan dengan Digitalisasi Bisnis

Image title
Oleh Abdul Azis Said
26 Juli 2019, 09:49
PT Pos, Pos Indonesia, PT Pos bangkrut, bumn tertua, pengiriman barang, logistik, bumn bangkrut
ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho
Sejumlah siswa Paud Kelompok Bermain Aisyiyah memasukan surat ke dalam kotak pos Kantor Pos Indonesia di Banyudono, Boyolali, Jawa Tengah, Rabu (24/1). Kegiatan belajar diluar kelas dengan mengirim surat berisi hasil tulisan para siswa untuk orang tua mereka itu bertujuan untuk mengenalkan cara mengirim surat melalui Kantor Pos yang kini kian ditinggalkan karena pesatnya kemajuan teknologi komunikasi.

Isu PT Pos Indonesia bangkrut menyeruak setelah beredar kabar perusahaan negara ini meminjam uang ke bank untuk membayar gaji karyawan. Namun, PT Pos segera menampik isu ini sembari mengungkapkan beberapa rencana adaptasi bisnis dengan perubahan yang ada.

“Kuncinya inovasi. Artinya PT Pos Indonesia harus adaptif melihat perubahan lingkungan,” kata Direktur Jaringan dan layanan Keuangan PT Pos Indonesia, Ihwan Sutardiyanta seperti dikutip Antara, Kamis, (25/7).

Sebenarnya, PT Pos merupakan salah satu perusahaan BUMN yang paling eksis. Perusahaan ini telah melalui berbagai masa, bahkan jauh sebelum Indonesia merdeka. Kantor pertamanya didirikan di Jakarta, saat masih bernama Batavia, pada 26 Agustus 1746 dan diresmikan langsung oleh Gubernur Batavia saat itu, Jendral G.W Baron van Imhoff.

(Tonton Video: 7 Fakta PT Pos Jauh dari Kebangkrutan)

Tujuan perusahaan ini didirikan sebagai tempat mengarsipkan surat-surat berharga penduduk yang berbisnis, terutama perdagangan di luar Jawa. Selain itu, kontak dengan Belanda membuat banyak masyarakat saat itu juga cukup sering untuk pergi atau datang dari Belanda, karenanya untuk mengamankan berkas-berkas mereka dititipkannya di kantor pos.

Dengan perannya saat itu, Kantor pos didirikan sebagai agenda pelayanan publik, belum diarahkan untuk tujuan komersial seperti saat ini. Empat tahun berdiri, kantor pos akhirnya dibuka juga di wilayah Jawa Tengah, tepatnya di Semarang untuk memudahkan konektivitas pelayanan yang tak hanya terpusat di Batavia saja.

Hingga hampir tiga abad berdiri, PT Pos telah berulang kali melakukan perubahan status perusahaan. Mulai dari Jawatan PTT (Post, Telegraph, dan Telephone) pada 1875, Perusahaan Negara Pos dan Telekomunikasi (PN Postel), Perusahaan Negara Pos dan Giro (PN Pos dan Giro) pada 1965, Perum Pos dan Giro di 1978, hingga PT Pos Indonesia sejak 20 Juni 1995. Saat ini PT Pos telah memiliki 58.700 titik layanan berupa kantor pos, agenpos, Mobile Postal Service, dan lainnya.

(Baca: Pos Indonesia Bantah Bangkrut, Targetkan Laba Tumbuh 39% Tahun Ini)

Inovasi PT Pos

Isu PT Pos Indonesia bangkrut juga karena bermunculannya spekulasi bahwa perusahaan yang telah jauh berumur tak mampu mengikuti arus dan bertransformasi dengan teknologi. Jika dulu pos masih eksis sebagai pemain utama pada sektor jasa kurir, namun kompetitornya kian bermunculan dengan berbagai tawaran. Perbandingannya terutama pada tarif yang diberlakukan dan kemampuan perusahaan menyelaraskan teknologi untuk kemudahan konsumen.

Selain menyediakan layanan kirim surat dan barang, PT Pos sempat menjadi tempat yang dipercaya masyarakat dalam pengiriman wesel. Namun, kehadiran sistem keuangan perbankan dan fintech rupanya ikut menggilas pundi-pundi pendapatan perseroan. Beberapa pesaingnya memang hadir dengan tarif yang lebih rendah.

Untuk mengirim uang Rp 1 juta melalui wesel pos dikenakan tarif termurah Rp 14.000 dengan jangka waktu pengiriman sehari. Ini jelas berbeda dengan layanan perbankan ataupun fintech yang bisa mengirim dan diambil dalam satu waktu (real time) dan bahkan bisa gratis. Agar bisa bersaing, PT Pos harus bertransformasi ke digital.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...