Ini Strategi Pemerintah Mendongkrak Harga Karet
Indonesia termasuk salah satu produsen terbesar karet di dunia. Namun, Indonesia tidak bisa mengatur harga karet yang terus turun saat ini. Harga karet bergantung pada pasar internasional. Pemerintah pun menyiapkan sejumlah strategi untuk mendongkrak harga, demi menyelamatkan petani karet.
Direktur Jenderal Pekebunan Kementerian Pertanian (Kementan) Kasdi Subagyono mengatakan pemerintah menyiapkan strategi jangka pendek, menengah, dan panjang. Untuk jangka pendek, pemerintah menginisiasi pertemuan dengan negara tetangga, produsen karet terbesar, yakni Thailand dan Malaysia untuk membahas peningkatan harga jual karet di pasar global.
Pembicaraannya mendorong kesepakatan mengurangi ekspor karet dari ketiga negara. Produksi Indonesia dengan dua negara tersebut menyumbang 70 persen pasokan karet dunia. Pengurangan pasokan dari ketiga negara akan membuat harga karet dunia naik.
“Sesuai hukum supply and demand. Jika barang di pasar langka, maka harga akan meningkat,” kata Kasdi dalam keterangan tertulis yang diterima Katadata.co.id, Senin (25/3). (Baca: Bertemu Menlu Thailand, Jokowi Bahas Penurunan Harga Karet)
Dalam pertemuan ketiga negara beberapa waktu lalu disepakati untuk mengurangi ekspor sebesar 240 ribu ton per tahun. Kebijakan itu diputuskan berdasarkan Pertemuan Menteri International Triparte Rubber Council (ITRC). Menurut Kasdi, kesepakatan ini cukup efektif menaikkan harga. Dia berharap harga komoditi karet bisa mencapai US$ 1,2 per kilogram dari saat ini di level US$ 1,6 per kilogram.
Selanjutnya, untuk jangka menengah dengan meningkatkan serapan karet dalam negeri. Salah satunya melalui penggunaan karet sebagai tambahan aspal jalan. Untuk program ini pemerintah melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dan PTPN membeli karet langsung dari petani dengan harga di atas Rp 9.000 per kilogram.
(Baca: Bantu Kerek Harga, PTPN Siap Serap 14 Ribu Ton Karet Petani)
Sementara, strategi jangka panjangnya dengan meningkatkan produktivitas perkebunan melalui program replanting. Ditjen Perkebunan tengah menyiapkan bibit unggul tanaman perkebunan melalui program Benih Unggul Nasional (BUN) 500, yaitu penyiapan 500 juta batang benih unggul perkebunan dalam 5 tahun ke depan.
Kasdi menjelaskan program replanting dilaksanakan secara selektif dan tidak untuk semua kebun karet. Namun, tetap mempertimbangkan luas lahan karet secara nasional, termasuk untuk tanaman pangan dan hortikultura agar harga karet tetap tinggi.
Kementan juga akan berkoodinasi dengan Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) agar penggunaan karet sebagai campuran aspal jalan tidak hanya digunakan pada jalan nasional, tapi jalan provinsi dan kabupaten. “Kalau jalan nasional hanya 47 ribu kilometer (km), kalau termasuk jalan provinsi dan kabupaten panjangnya kan mencapai 540 ribu km, tentu akan lebih banyak lagi karet yang terserap,” kata Kasdi.
(Baca: Kementan Siapkan Rp 47 Miliar untuk Peremajaan Karet)