Menkes Budi Ungkap Tiga Tantangan Program Vaksinasi Covid-19
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan vaksin Covid-19 penting untuk mencapai kekebalan kelompok dengan memberikan vaksin kepada 70% populasi masyarakat secepat mungkin. Namun, ada beberapa masalah yang masih membayangi program vaksinasi ini.
Pertama, ketersediaan vaksin Covid-19. Kedua, terkait pengiriman vaksinnya. Indonesia memiliki sekitar 13.000 pulau dan vaksin ini perlu dikirim dengan sistem rantai dingin, bukan sistem logistik normal. "Dan yang terakhir adalah vaksinasi itu sendiri," kata Budi dalam Mandiri Investment Forum 2021 secara virtual, Rabu (3/2).
Soal ketersediaan vaksin, Budi menilai Indonesia sangat beruntung, karena menjadi salah satu negara yang bisa mengamankan vaksin sejak dini. Indonesia memiliki empat sumber vaksin yang kuat, seperti Sinovac dari Tiongkok, Astrazeneca dari Inggris, Novavax dari Amerika Serikat, dan mendapatkan sumber vaksin Gavi.
"Jadi pada dasarnya, kami telah mengamankan sekitar 436 juta dosis vaksin yang dibutuhkan untuk memvaksinasi sekitar 181 juta orang Indonesia dan kami memiliki buffer penyangga 15%," kata Budi.
Mengenai distribusi, meski kepulauan, Indonesia memiliki 10 ribu puskesmas, fasilitas pelayanan kesehatan utama yang telah berdiri lebih dari 50 tahun. Fasilitas kesehatan ini sudah biasa digunakan untuk menjalankan program vaksinasi anak.
Fasilitas dan sistem yang sudah ada ini akan digunakan untuk mendistribusikan vaksin Covid-19. Namun, itu saja belum cukup, karena volume distribusi vaksin ini sangat besar. Makanya, pemerintah menggandeng swasta untuk membantu mendistribusikan vaksin tambahan ke seluruh Indonesia.
Masalah terakhir adalah program vaksinasi itu sendiri. Tidak ada yang mengerti sampai kapan vaksin dapat memberikan masa kekebalan, karena belum ada vaksin yang menyelesaikan tiga uji klinis secara lengkap. Makanya pemerintah mengasumsikan masa kekebalan vaksin hanya bertahan jangka pendek.
"Diperlukan vaksinasi 881 juta orang Indonesia yaitu sekitar 362 juta dosis dalam satu tahun, 365 hari," katanya.
Budi mengakui banyak tekanan terhadap rumah sakit karena meningkatnya jumlah kasus positif Covid-19 dalam beberapa waktu terakhir. Pada 2 Februari 2021 saja, jumlah positif Covid-19 bertambah hingga 10.379 kasus.
Dari total kasus aktif, butuh sekitar 30% ranjang rumah sakit dan 5% dari pasien aktif membutuhkan ranjang ruang rawat intensif (ICU). Sehingga jika ada peningkatan pasien menjadi 150.000, maka butuh sekitar 45.000 ranjang.
"Itulah alasan mengapa tekanan pada sistem kesehatan, sistem rumah sakit, perawat, dan dokter sangat, sangat tinggi, terutama ketika mengalami peningkatan tajam dari Covid-19," kata Budi.
Pemerintah memastikan akan terus menambah jumlah ranjang di hampir 3.000 rumah sakit di seluruh negeri dan saat ini masih memiliki cukup ranjang untuk menutupi kenaikan kasus Covid-19. Selain itu, jumlah dokter dan perawat pun dinilai perlu ditambah.
Menurutnya, Indonesia beruntung memiliki lebih dari 85 universitas yang menghasilkan dokter dan lebih dari 100 sekolah yang menghasilkan perawat. "Jadi kami dapat segera membawa mereka masuk dan memberi mereka pelatihan singkat tentang cara melayani pasien Covid-19," kata Budi.
Dalam penanganan Covid-19, selain ranjang, dokter, dan perawat, diperlukan juga obat-obatan. Masalahnya, obat untuk Covid-19 hingga kini belum ditemukan, hanya beberapa alternatif saja. Banyak dokter dunia pun mencoba menemukan obat mujarab untuk virus tersebut, termasuk Indonesia.
Masyarakat dapat mencegah penyebaran virus corona dengan menerapkan 3M, yaitu: memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak sekaligus menjauhi kerumunan. Klik di sini untuk info selengkapnya.
#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #cucitangan