• Industri terkait pangan dan kesehatan terbukti tahan krisis, yang mampu tumbuh di tengah pandemi yang membuat sektor-sektor lain anjlok.
  • Sektor industri makanan menjadi penyumbang utama pertumbuhan ekonomi 2020.
  • Indonesia mendapat komitmen investasi industri pangan dan kesehatan dari Amerika Serikat, Australia, dan Korea Selatan tahun ini.

Di tengah perekonomian dunia, termasuk Indonesia, yang sedang anjlok akibat pandemi Covid-19 saat ini, beberapa sektor usaha justru mengalami pertumbuhan. Sektor usaha tersebut di antaranya terkait pangan dan kesehatan. Kedua sektor ini bahkan dinilai bisa menjadi penopang ekonomi di masa pandemi dan setelah pandemi.

Ekonom Core Indonesia Piter Abdullah mengatakan prospek investasi sektor pertanian, pangan dan kesehatan cukup bagus. Sektor-sektor ini mampu tumbuh positif di tengah sektor-sektor industri lain yang mengalami penurunan selama pandemi Covid-19.

Advertisement

"Pertanian adalah sumber pangan yang kapan pun pasti dibutuhkan. Sementara sektor kesehatan adalah sektor yang paling dibutuhkan di tengah pandemi," ujarnya kepada Katadata.co.id, Kamis (29/7).

Makanya, banyak investasi, terutama dari luar negeri mengalir ke dalam negeri karena melihat potensi ini. Data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) pada Semester I-2021 menunjukkan realisasi investasi asing di industri makanan meningkat masuk di posisi ketiga, setelah kelompok industri logam di posisi pertama serta kelompok industri transportasi dan telekomunikasi di urutan kedua. Pada 2019, industri makanan masih berada di posisi 7 dari total investasi asing di dalam negeri.

Ditambah lagi Menteri Investasi Bahlil Lahadalia dan Menteri Perdagangan Luhammad Lutfi membawa oleh-oleh, hasil kunjungan kerja mereka ke Amerika Serikat beberapa waktu lalu. Mereka kembali ke Indonesia dengan mengantongi komitmen investasi triliunan rupiah dari negara tersebut.

Salah satunya dari perusahaan yang bergerak di sektor pangan, Cargill senilai Rp 5,2 triliun. Rencananya, perusahaan yang berkantor pusat di Minnesota, AS ini akan melaksanakan pemancangan tiang pertama (groundbreaking) perluasan investasinya sekitar September atau Oktober 2021.

Selain itu, ada rencana investasi beberapa perusahaan asal AS di sektor kesehatan. Namun, Bahlil tak menjelaskan lebih detail perusahaan-perusahaan yang tertarik menanamkan modalnya di sektor ini.

"Kita tahu 90% alat kesehatan diimpor, bahan baku untuk kesehatan juga impor, bahkan vaksin semua juga kita impor. Maka saat kunker ke AS, kami coba buka akses itu. InsyaAllah beberapa perusahaan akan masuk untuk membangun industri di dalam negeri," katanya.

Selain AS, komitmen investasi juga didapat dari perusahaan asal Australia dan Korea Selatan pada akhir tahun ini. "Pada 2021 akhir itu, mereka sudah akan merealisasikan investasinya. Tapi perusahaan apa dan berapa angkanya, tunggu tanggal mainnya," ujar Bahlil dalam Konferensi Pers, Selasa (27/7).

Sektor pertanian dan pangan memang telah terbukti menjadi sektor industri yang tahan terhadap krisis. Dalam data laporan terbaru Badan Pusat Statistik (BPS), pertanian menjadi satu-satunya sektor di antara lima lapangan usaha penopang utama produk domestik bruto yang tumbuh positif pada tahun lalu.

Data BPS menunjukkan sektor pertanian tumbuh 1,75% pada 2020. Sementara empat sektor lainnya tumbuh negatif yakni industri pengolahan (-2,93%), perdagangan (-3,72%), konstruksi (-3,26%) dan pertambangan (-1,95%). Kontribusi pertanian pun meningkat dari 12,71% pada 2019 menjadi 13,70% pada tahun lalu.

Sama halnya dengan sektor kesehatan yang meningkat di masa pandemi. Secara tak terduga, pandemi Covid-19 telah membuka mata masyarakat akan pentingnya obat-obatan, perangkat medis, dan tenaga kesehatan.

Perlombaan untuk mengembangkan vaksin Covid-19 telah mendorong banyak negara berinvestasi lebih besar pada program penelitian kesehatan dan pengadaan vitamin, suplemen, dan obat peningkat kekebalan tubuh.

Potensi pengembangan industri kesehatan di Indonesia cukup besar, terlebih di masa pandemi Covid-19 saat ini. Direktur Utama PT Indofarma Tbk. Arief Pramuhanto mengatakan nilai pasar farmasi di Indonesia pada tahun lalu mencapai Rp 84,59 triliun. Nilai ini meningkat 28% dari Rp 65,9 triliun pada 2016.

Sementara impor alat kesehatan nilainya lima kali lebih besar dari pembelanjaan alat kesehatan dalam negeri. Berdasarkan data belanja melalui e-katalog, impor alat kesehatan tahun lalu mencapai Rp 12,5 triliun, sedangkan dari dalam negeri hanya Rp 2,9 triliun.

"Potensi pasar di Indonesia terbuka lebar mengingat besarnya demand akan produk farmasi dan alat kesehatan," kata Arief dalam diskusi 'Investor Daily Summit 2021' secara virtual, Kamis (15/7).

Di Indonesia, farmasi merupakan sektor yang menjanjikan. Akibat meningkatnya permintaan, Pemerintah telah memasukkan sektor perangkat medis dan farmasi sebagai bagian dari sektor prioritas. Pemerintah Indonesia berupaya meningkatkan daya saing sektor perangkat medis dan farmasi dengan mendorong terselenggaranya transformasi digital berbasis teknologi.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami
Advertisement