Grab: Agility & Fokus, Kunci Startup Hadapi Tech Winter

Di tengah ketidakpastian ekonomi yang memengaruhi kestabilan dunia usaha, pegiat startup tetap optimistis menghadapi berbagai tantangan.
Shabrina Paramacitra
21 Juli 2022, 13:15
Di tengah ketidakpastian ekonomi yang memengaruhi kestabilan dunia usaha, pegiat startup tetap optimistis menghadapi berbagai tantangan.
Grab Indonesia
Country Managing Director Grab Indonesia Neneng Goenadi (tengah) saat gelaran Grab Velocity Ventures (GVV) X Sembrani Wira, belum lama ini.

Kalimat winter is coming yang terkenal berkat serial Game of Thrones kini marak digunakan dalam menggambarkan dinamika yang terjadi di dunia ekonomi. Hal ini dimaksudkan untuk menjelaskan “musim dingin” akibat dampak kondisi ekonomi global, sebagaimana yang terjadi di perusahaan rintisan (startup).

Tak hanya dialami oleh startup di Amerika Serikat, dampak dari perubahan kondisi ini juga mulai terasa di Indonesia. Ini terlihat dari strategi efisiensi seperti pemutusan hubungan kerja (PHK) maupun pembekuan perekrutan (hiring freeze). Banyak pihak kemudian berpendapat bahwa startup Indonesia tengah berada dalam kondisi yang populer disebut tech winter.

Perubahan kondisi makroekonomi, geopolitik, serta dampak berkepanjangan dari pandemi Covid-19 telah membawa kekhawatiran bagi pelaku industri startup. Meski demikian, banyak pegiat startup dalam negeri yang masih optimistis akan kemampuan dan potensi talenta Tanah Air untuk bertahan di masa sulit.

Dalam salah satu acara terbatas, Country Managing Director Grab Indonesia Neneng Goenadi menyampaikan optimismenya. Menurut dia, bukan pertama kalinya Indonesia berada dalam periode yang sulit. Indonesia bahkan sudah mengalami pahitnya dua krisis ekonomi pada tahun 1998 dan 2009. Namun, momen itu tidak lantas menyurutkan tekad dan rasa percaya para pelaku bisnis.

“Kalau kita melihat posisi kita sekarang, kita bisa bangkit dan bahkan terus bertumbuh. Data-data tahun 2021 bahkan membuktikan Indonesia sebagai salah satu pendorong ekonomi digital di Asia Tenggara,” tutur Neneng. 

Data yang ia sebutkan mengacu pada laporan e-Conomy SEA 2021 yang disusun Google, Temasek, dan Bain & Company. Laporan tersebut mengungkap bahwa nilai ekonomi digital Indonesia diproyeksikan menyentuh US$ 146 miliar pada 2025. Hal tersebut tidak lepas dari kepercayaan investor terhadap startup dalam negeri.

Dalam laporan Southeast Asia Tech Investment 2021 yang digagas Cento Ventures, startup Indonesia berkontribusi 42 persen terhadap total pendanaan yang disuntik ke wilayah Asia Tenggara. Kinerja tahun 2021 itu menunjukkan optimisme dari para investor terhadap potensi startup di Indonesia. Keyakinan ini tak pelak melupakan upaya pengencangan ikat pinggang oleh pelaku startup.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...