Tengku Zulkarnain, Pendakwah Berdarah Melayu Deli Sarat Kontroversi
Mantan pengurus Majelis Ulama Indonesia (MUI) Tengku Zulkarnain meninggal kemarin, Senin (10/5). Ia wafat ketika sedang menjalani perawatan Covid-19 di Rumah Sakit Tabrani, Pekanbaru, Riau.
Semasa hidupnya ia tidak memiliki riwayat penyakit serius. “Tidak ada. Kalaupun beliau sakit, hanya penyakit ringan saja,” kata Solihin, menantu Tengku Zul semalam, dikutip dari Antara.
Pihak keluarga tidak terkejut ketika Tengku Zul terpapar virus corona. “Mobilitas almarhum sangat tinggi dalam berdakwah. Tentunya kemungkinan terpapar selalu ada,” ucapnya.
Ustaz Tengku Zul menerima perawatan di rumah sakit sejak diketahui terinfeksi virus corona pada 2 Mei lalu. Keberadaannya di Pekanbaru dalam rangka safari Ramadan 1442 Hijriyah. Kediamannya selama ini di Jalan Pasar I, Medan Selayang, Medan, Sumatera Utara.
Adik kandung almarhun, Tengku Akhiruddin, mengatakan pada tausiah terakhirnya, almarhum sempat menyebut soal kematian. “Ia mengatakan, enggak terasa saya dulu kecil masih SD (sekolah dasar), sekarang sudah mau mati,” katanya.
Tengku Zul selama ini, menurut dia, sering memberikan nasihat kepada keluarganya agar bermanfaat bagi orang lain. "Walaupun sekecil zarah (partikel), dosa kita akan dihitung. Begitu juga dengan kebaikan yang kita perbuat, pasti akan dibalas oleh Allah. Ini pesan almarhum yang selalu saya ingat," katanya.
Profil Tengku Zulkarnain
Melansir dari berbagai sumber, Tengku Zul lahir di Medan, Sumatera Utara, pada 14 Agustus 1963. Ia pernah menjabat sebagai Wakil Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan MUI periode 2015 sampai 2020.
Selain itu, ia juga aktif sebagai Ketua Majelis Fatwa untuk PP Mathla’ul Anwar yang fokus pada pendidikan Islam. Pendakwah ini memiliki gelar sarja strata satu dari Universitas Sumatera Utara (USU) jurusan sastra Inggris.
Tengku Zul memiliki seorang istri dan dua anak perempuan. Ia berdarah Melayu Deli. Ayahnya bernama Tengku Rafiuddin Sahudin. Ibunya bernama Anisah Usy, seorang anak dari tokoh agama di Riau.