9 Rumah Adat di Sumatera Dan Fungsinya

Dwi Latifatul Fajri
25 Agustus 2021, 17:39
9 Rumah Adat di Sumatera Dan Fungsinya
ANTARA FOTO/Basri Marzuki/foc.
Pekerja merampungkan bagian interiior Masjid Nurul Hasanah Aceh di Kelurahan Pengawu, Palu, Sulawesi Tengah, Sabtu (14/11/2020). Masjid seluas 20x20 meter persegi yang dibangun kembali karena ambruk saat bencana di Palu dua tahun lalu itu adalah bantuan pemerintah dan masyarakat Aceh yang menghabiskan dana sebesar Rp3,3 miliar. Rencananya, masjid yang didesain dengan memadukan arsitektur rumah adat Palu dan Aceh itu akan diresmikan langsung penggunaannya oleh Gubernur Aceh pada 22 November 2020 mendatang.

 Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari 34 provinsi. Pada tiap-tiap daerah dan pulau, memiliki kekayaan dan keanekaragaman mulai dari kebudayaan, suku, adat istiadat, dan lainnya. Berikut  9 rumah adat di Sumatera dan fungsinya. 

Dari kebudayaan itulah muncul berbagai bahasa, seni tari, pakaian adat, hingga rumah adat. Perbedaan tersebut membuat Indonesia kaya akan budaya. Setiap provinsi tentunya memiliki ciri khas yang menarik salah satunya rumah adat.

Advertisement

Rumah adat di Indonesia terdiri dari berbagai bentuk bangunan yang unik dan menarik. Rumah adat tersebut memiliki sejarah mengapa dibentuk sedemikian rupa. Di setiap provinsi, rumah adat menggambarkan nenek moyang yang merancang dan membangun rumah adat tersebut.

Tak hanya indah, rumah adat juga memiliki simbol, fungsi, dan kegunaan ketika ditempati dahulu. Rumah adat di Indonesia dirancang tetap kokoh dan bertahan selama bertahun-tahun.

Salah satu pulau terbesar di Indonesia adalah pulau Sumatra. Pulau ini terdiri dari sepuluh provinsi, yaitu Aceh, Sumatera Utara, Riau, Kepulauan Riau, Sumatra Barat, Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan, Kepulauan Bangka Belitung, dan Lampung. Meskipun satu pulau, ada beragam suku yang mendiami setiap provinsi. Rumah adat di pulau Sumatra memiliki ciri khas berupa ukiran dan ornamen. Selain itu, rumah adat di Sumatera sebagian dibentuk tinggi menjulang.

Beberapa alasan rumah adat di pulau Sumatera dibentuk tinggi karena berfungsi untuk menghindari banjir. Dahulu, beberapa rumah dibangun di daerah yang dekat aliran sungai. Untuk mengatasi banjir, maka rumah adat punya tiang tinggi dan tangga untuk masuk. Selain itu, fungsi rumah adat di pulau Sumatera untuk menghindari binatang buas yang tinggal di dekat hutan.

Rumah adat di pulau Sumatera memiliki fungsi lain seperti tempat pertemuan adat masyarakat, pertemuan keluarga, dan tempat tinggal keluarga besar. Rumah adat di pulau Sumatera memiliki persamaan yaitu berbentuk panggung. Tiang tinggi untuk menopang rumah dan ada tangga tinggi untuk masuk. Meski memiliki kesamaan, bentuk-bentuk rumah adat dipengaruhi oleh karakter tiap suku. Berikut jenis rumah adat yang berada di tiap provinsi pulau Sumatera, mengutip dari buku Mengenal Rancang Bangun Rumah Adat Di Indonesia:

1. Rumah Krong Bade (Nanggroe Aceh Darussalam)

Aceh merupakan provinsi yang paling ujung di pulau Sumatera. Aceh terdiri dari beberapa suku seperti Lam Muri, Lambri, Akhir, Achin, Asji, A-tse dan Atse. Aceh merupakan awal masuk pusat penyebaran Islam di Indonesia. Dahulu terjadi percampuran budaya sehingga mempengaruhi budaya sampai rumah adat di Aceh.

Rumah adat di Aceh disebut Krong Bade atau Rumoh Aceh. Bentuk rumah tinggi menjulang. Tiang penyangga rumah aceh setinggi 2,5 sampai dengan 3 meter dari permukaan tanah. Hampir semua rumah buatan Aceh dari kayu. Namun, pada bagian atap dibuat dari daun rumbia atau daun enau yang dianyam. Menariknya, rumah adat Aceh ini memiliki tempat untuk menyimpan bahan pangan dan ruang untuk menenun kain. Ruangan tersebut berada di bawah.

2. Rumah Bolon (Sumatera Utara)

Rumah adat di Sumatera Utara disebut rumah Bolon. Rumah ini juga disebut rumah adat suku Batak. Bentuk rumah Bolon hampir mirip dengan Rumah Krong Bade. Rumah ini memiliki tiang penopang yang terbuat dari kayu. Sementara dindingnya terbuat dari anyaman bambu, dan lantainya terbuat papan, dan atap dari daun rumbia atau ijuk. Uniknya rumah ini tidak memakai paku sebagai penguat. Rumah ini menggunakan ikatan antarbahan sehingga membantu dan menguatkan struktur rumah.

Rumah dari suku Batak ini, menggunakan sistem kunci sebagai pengaman. Caranya antar kayu diikat menggunakan tali. Sementara itu bentuk atap cukup unik seperti pelana kuda. Di setiap sudut akan meninggi dan makin sempit.

Dinding rumah dibuat dari anyaman bambu untuk mempercantik penampilan rumah. Pada bagian atas pintu ada lukisan hewan, patung cicak, kerbau, dan cat yang didominasi warna merah, hitam, dan putih. Pada rumah ini, cicak menjadi simbol penting untuk masyarakat Batak. Simbol tersebut artinya persaudaraan antar saudara. Sementara kerbau disimbolkan sebagai ucapan terimakasih.

3. Rumah Gadang (Sumatera Barat)

Rumah Gadang di Sumatera Barat hampir mirip dengan Rumah Bolon. Namun,rumah ini hampir berbentuk seperti kapal. RUmah Gadang memiliki atap panjang dan melengkung ke atas. Atap tersebut kurang lebih berukuran setengah lingkaran dan terbuat dari daun rumbia (nipah). Daun Rumbia berasal dari tanaman berjenis salma. Buah dari tanaman ini digunakan sebagai bahan tepung sagu. Sementara daunnya digunakan untuk berbagai jenis kerajinan anyaman untuk sekarang ini.

Bentuk rumah Gadang berbentuk persegi panjang dan lantainya berada di atas tiang-tiang. Sementara itu, tangga berada di tengah rumah, sebagai penghubung keluar masuk rumah.

Halaman:
Editor: Sorta Tobing
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement