Dolar AS Menguat, BUMN Lirik Mata Uang Lain untuk Berutang

Patricia Yashinta Desy Abigail
28 September 2022, 20:13
Dolar Menguat, BUMN Lirik Gunakan Mata Uang Lain untuk Berutang
Youtube/Indonesia Financial Group
Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo menyebut BUMN sedang melakukan kajian menerbitkan obligasi dengan denominasi non dolar seperti yen, poundsterling dan euro.

Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sedang mengkaji untuk menggunakan mata uang selain dolar Amerika Serikat untuk mencari sumber utang. Hal tersebut berkenaan dengan dampak dari kenaikan suku bunga The Fed yang menyebabkan nilai rupiah anjlok terhadap dolar AS.

Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) II Kartika Wirjoatmodjo atau Tiko menyampaikan, saat ini BUMN sedang melirik untuk menerbitkan obligasi dengan denominasi non dolar seperti yen, euro dan poundsterling. Dia menjelaskan, saat ini rupiah justru mengalami penguatan terhadap ketiga mata uang tersebut. Menurutnya, akan rugi jika penerbitan surat utang BUMN menggunakan dolar AS di tengah kondisi rupiah yang saat ini melemah. 

"Menariknya, pelemahan rupiah justru menguat terhadap mata uang lain khususnya yen, poundsterling, dan euro,"katanya dalam konferensi pers laporan tahunan Kementerian BUMN di Jakarta, Rabu (28/9).

Melansir Bloomberg, pada Rabu (28/9) hari ini rupiah berada di level Rp 15.266 per dollar. Rupiah mengalami pelemahan hingga 0,94% atau turun 142,50 poin. "Pagi ini rupiah melemah terhadap dollar AS, dibandingkan rupiah dengan currency lain," katanya dalam konferensi pers laporan tahunan Kementerian BUMN di Jakarta, Rabu (28/9).

Dia menyebutkan, saat ini pemerintah tengah melakukan kajian untuk menerbitkan utang dengan menggunakan tiga mata uang tersebut. "Dulu sempat buka ada dim sum bond dan sebagainya dan ini sedang kita kaji," imbuhnya. Adapun, dim sum bond merupakan istilah slang untuk penerbitan obligasi dalam mata uang renminbi China dan diterbitkan di Hong Kong.

Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia Edi Susianto mengatakan, dolar AS menguat terhadap mayoritas mata uang Asia lainnya, termasuk rupiah. Ada dua sentimen utama yang mendorong rupiah masih berada di zona merah pagi ini, yakni faktor yang datang dari Amerika Serikat dan Rusia.

"Hari ini faktor trigger-nya, pertama adalah pernyataan-pernyataan pejabat The Fed yang memberikan nuansa masih akan tetap hawkish," kata Edi dalam keterangannya, Rabu (28/9).

Reporter: Patricia Yashinta Desy Abigail
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...