Sekitar delapan anak muda milenial menyambut hangat Sandiaga Uno di Insomniac kafe yang terletak di belakang kampus Universitas Islam Negeri Syarief Hidayatullah, Tangerang pada Kamis (24/4). Sandi mengunjungi kumpulan pemuda yang tergabung dalam Ruang Sandi itu setelah mereka menyerahkan data salinan C1 untuk Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi.

"Saya datang ingin melihat, saya dengar penyerahan 13.700 sudah diserahkan (ke BPN)," kata Sandiaga ketika tiba di markas Ruang Sandi.

Advertisement

Sandi menyempatkan diri memeriksa langsung proses input data di dalam kedai kopi itu. Terlihat beberapa orang mengenakan kemeja berwarna biru bertuliskan Ruang Sandi menunjukkan laptop yang memuat hasil kerja mereka.

(Baca: Menelisik Perhitungan Real Count ala Kubu Prabowo-Sandi)

Sandi mendorong Ruang Sandi untuk semakin giat mengumpulkan data C1 dan kemudian menyerahkannnya kepada BPN. "BPN akan tabulasi dan rekapitulasi suara yang ada," kata Sandi.

Kunjungan Sandiaga ditengah sorotan klaim kemenangan Prabowo –Sandi dalam Pilpres 2019. Kubu lawan meminta Prabowo-Sandi menunjukkan bukti kemenangan hasil perhitungan suara yang disebut mencapai 62%.

Perhitungan suara kubu Prabowo-Sandi menjadi sorotan karena mereka hingga kini belum menunjukkan data centre atau pusat rekapitulasi C1. Hal ini berbeda dengan Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin yang memiliki tempat penghitungan dan pemantauan alias war room untuk memantau form C1 secara resmi di sebuah hotel di bilangan Kuningan, Jakarta Selatan.

(Baca: KPU Persilakan Pembentukan TPF Usut Kecurangan Pemilu)

Ruang Sandi merupakan salah satu komunitas relawan yang menjadi andalan BPN. Koordinator Relawan Nasional Ruang Sandi, Fhosya Apriando kepada Katadata mengatakan tim berisi 25 orang yang kadang bekerja bersama dalam membersihkan data C1.

Fhosya memaparkan pola kerja Ruang Sandi mengandalkan 1.800 anggotanya dari seluruh Indonesia untuk mengirim foto C1. Bukan hanya anggota, kelompok ini juga memberikan nomor kontak bagi masyarakat yang ingin berpartisipasi mengirim foto C1 yang tertera di akun Instagram resmi mereka.
"Jadi semuanya bisa mengirim," kata Fhosya.

(Baca: Dihubungi Sandiaga, Ma’ruf Serukan Rekonsiliasi Nasional Usai Pilpres)

Setelah menerima foto C1, lima orang akan melakukan verifikasi data mentah sebelum dibersihkan atau dihapus. Kriterianya, data yang bersih tak boleh ganda, foto harus jelas, dan ada tanda tangan panitia pemilihan setempat.

Usai pembersihan data, sebanyak 20 orang bertugas menginput data suara satu persatu salinan C1 ke dalam format Excel. Sebanyak dua dari 20 orang kebagian membuat diagram dari hasil suara yang bersih dan diperbaharui setiap pukul 00.00 WIB. "Paginya kami bagikan ke grup whatsapp (Ruang Sandi), BPN, instagram Ruang Sandi," jelas Fhosya.

Sandiaga Uno saat mengunjungi relawan Ruang Sandi di Tangerang, Rabu (24/4).
Sandiaga Uno saat mengunjungi relawan Ruang Sandi di Tangerang, Rabu (24/4). (Katadata/Ameidyo Daud)

Fhosya mengatakan Ruang Sandi dibentuk dari ide Koordonator Nasional Ruang Sandi Dimas Akbar yang menganggap Sandiaga dapat mewadahi milenial. Saat ini keanggotaannya di seluruh Indonesia mencapai 1.800 orang.
Awalnya Ruang Sandi hanya menargetkan mengumpulkan 20 ribu sampel C1 saja. Namun mengingat animo masyarakat meninggi, maka pekerjaan akan dilanjutkan hingga 22 Mei mendatang.

"Tadinya kami punya batasan waktu," kata Fhosya. "Tapi teman-teman tak mungkin biarkan relawan C1 kerja sendiri, mereka bersemangat."

(Baca: Memahami Quick Count dan Real Count: Beda Kerja tapi Hasil Identik)

Fhosya menjelaskan, banyak anggota yang datang untuk mengambil data di kedai. Setelahnya proses memasukkan data suara dilakukan di lokasi mereka beraktivitas masing-masing. Dirinya beralasan soal keamanan menjadi alasan Ruang Sandi mewajibkan tim mengambil data secara manual dan bukan melalui surel.  "Ada standar pencegahannya," kata Fhosya.

Halaman:
Editor: Yuliawati
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami
Advertisement