Stok Ketersediaan BBM RI Lebih Rendah dari Negara Lain, Ini Alasannya

Muhamad Fajar Riyandanu
7 April 2022, 08:49
Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati (tengah) mengikuti rapat kerja (Raker) dengan Komisi VII DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (6/4/2022). Raker tersebut membahas ketahanan BBM, kinerja Pertamina hulu, persiapan kilang men
ANTARA FOTO/Galih Pradipta/rwa.
Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati (tengah) mengikuti rapat kerja (Raker) dengan Komisi VII DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (6/4/2022). Raker tersebut membahas ketahanan BBM, kinerja Pertamina hulu, persiapan kilang menghadapi lebaran, dan progres Grass Root Refinery (GRR) Tuban.

PT Pertamina memastikan stok ketersedian bahan bakar minyak (BBM) subsidi dan non-subsidi pada masa Ramadhan dan Idul Fitri dalam kondisi aman. Penyediaan stok BBM mempertimbangkan kebutuhan masyarakat dan juga biaya yang harus dikeluarkan Pertamina dalam pemeliharaan.

Data terbaru per 3 April 2022, stok BBM bersubsidi solar tercatat cukup untuk 22 hari dengan kebutuhan 81.705 KL per hari. Sementara BBM subsidi Pertalite cukup untuk 16,5 hari dengan kebutuhan 73.338 KL per hari.

Bahan bakar minyak non-subsidi seperti Pertamax cukup untuk 37 hari ke depan dengan kebutuhan 21.744 KL per hari, dan Pertamax Turbo cukup untuk 61 hari dengan kebutuhan 81.705 KL per hari. Kemudian stok Dexlite cukup untuk 2,4 hari dengan kebutuhan 2.432 KL per hari, serta Pertamina Dex stoknya cukup untuk 24 hari dengan kebutuhan 1.185 KL per hari.

“Secara umum stok dan penyaluran BBM Pertamina berjalan dengan aman dan lancar,” kata Direktur Utama (Dirut) PT Pertamina Patra Niaga, Alfian Nasution saat Rapat Dengan Pendapat dengan Komisi VII DPR pada Rabu (6/4).

Laporan mengenai stok kesedian BBM tersebut ditanggapi oleh anggota Komisi VII DPR, Paramita Widya Kusuma. Menurutnya, stok BBM yang berada di kisaran 19 sampai 23 hari belum mencukupi kebutuhan di masyarakat. Politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan tersebut menambahkan, Pertamina idealnya memiliki cadangan BBM nasional selama 90 hari. 

Paramita menyebut stok BBM di tanah air masih tertinggal dengan negara tetangga seperti Vietnam yang memiliki stok cadangan BBM selama 47 hari, singapura 60 hari, dan Thailand 81 hari.  “Harusnya pengembangan kilang-kilang itu bisa menambah hari cadangan BBM,” ujarnya.

Pernyataan Paramita segera ditanggapi oleh Dirut PT Pertamina, Nicke Widyawati. Nicke menjelaskan, biaya yang harus dikeluarkan oleh Pertamina untuk pemeliharaan stok BBM dan gas selama 21 hari saja telah menghabiskan US$ 6,7 miliar.  Alumnus Teknik Industri Institut Teknologi Bandung ini menambahkan, jika cadangan BBM nasional ingin ditambah ke 30 hari, maka Pertamina harus merogok kocek tambahan sebesar US$ 3 milliar.  “Jadi kalau sekarang ingin ditambahkan lagi, iya tinggal dihitung saja, tidak sanggup kami,” kata Nicke.

Ia menegaskan, dengan sistem distribusi yang dijalankan Pertamina, cadangan operasional BBM selama 21 hari sudah cukup untuk menjaga pasokan BBM nasional. “Kalau mengenai cadangan memang harus ada kebijakan yang ditetapkan dan harus ada alokasi dana untuk cadangan bahan bakar yang kemudian bisa menambah ketahanan energi nasional,” tambah Nicke.

Pertamina melalui Subholding Upstream PT Pertamina Hulu Energi (PHE) menargetkan produksi minyak dan gas (migas) tahun ini sebesar 1.047 juta barel setara minyak (mboepd). Angka ini lebih tinggi dari capaian tahun lalu sebesar 897 mboepd. Direktur Utama PHE Budiman Parhusip, mengatakan realisasi produksi minyak di tahun 2022 hingga bulan Februari mencapai 524 juta barel per hari (bopd) atau naik 117% dari Februari tahun lalu sebesar 445 juta bopd.

Sementara untuk produksi gas di tahun 2022 hingga bulan Februari mencapai 2.634 juta standar kaki kubik per hari (mmscfd). Angka ini naik 101% dari produksi gas pada Februari tahun lalu sejumlah 2.615 mmscfd.

“Pada bulan Februari lalu kami juga menggarap dua sumur ekplorasi baru, yakni sumur gas di Mantapu dan Sumur Minyak di Sungai Gelam Timur, Jambi. Dengan cadangan 30 juta mmboe masih tahap evaluasi,” kata Budiman saat Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VII DPR pada Rabu (6/4).

Reporter: Muhamad Fajar Riyandanu

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...