Industri Makanan dan Minuman Menggeliat, Ekspor Pangan Olahan Naik 66%

Andi M. Arief
14 Juli 2022, 19:19
Petani mengangkat padi yang dipanen di areal persawahan Rorotan, Jakarta Utara, Kamis (14/7/2022). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Nilai Tukar Petani (NTP) pada Juni 2022 secara nasional naik menjadi 105,9, kenaikan ini lebih tinggi dari Mei 2022 den
ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/rwa.
Petani mengangkat padi yang dipanen di areal persawahan Rorotan, Jakarta Utara, Kamis (14/7/2022). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Nilai Tukar Petani (NTP) pada Juni 2022 secara nasional naik menjadi 105,9, kenaikan ini lebih tinggi dari Mei 2022 dengan selisih 0,52 persen, dipicu oleh kenaikan Indeks Harga Terima Petani (It) sebesar 1,47persen lebih tinggi dari Indeks Harga Bayar Petani (Ib) yang naik hanya 0,94 persen.

Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI) memproyeksikan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) industri makanan dan minuman (mamin) sepanjang 2022 akan mencapai 5% secara tahunan. Angka tersebut lebih rendah dari perkiraan Kementerian Perindustrian (Kemenperin) sebesar 8% secara tahunan.

Ketua Umum GAPMMI Adhi S Lukman mengatakan saat ini performa ekspor industri mamin sedang tumbuh. Adhi mencontohkan performa ekspor industri pangan olahan naik 66% secara tahunan pada kuartal I-2022.

"Terus terang, penjualan (industri mamin) naik, ekspor juga naik, karena banyak negara butuh pangan. Tapi, marginnya (industri mamin) tergerus semua," kata Adhi di Kantor Kementerian Perdagangan (Kemendag), Kamis (14/7).

Meskipun demikian, margin produsen tergerus karena kenaikan harga bahan baku dan energi. Apalagi saat ini terjadi depresiasi rupiah sehingga bahan baku impor semakin mahal. Namun demikian, produsen masih berhati-hati menaikkan harga jualnya sehingga memilih untuk menekan marginnya.

 Adhi mengatakan, mayoritas negara di dunia sedang mencari pangan untuk mengamankan kebutuhan di negaranya masing-masing. Menurutnya, sebagian negara bahkan melarang ekspor bahan baku untuk menjaga ketahanan pangan negaranya masing-masing.

Dia memproyeksikan tren performa ekspor pada kuartal I-2022 akan stabil dan berlanjut hingga akhir tahun. Pada kuartal I 2022, PDB industri mamin tumbuh 3,7% secara tahunan.

"Saya yakin (berlanjut) karena banyak negara yang mencari produk pangan untuk mengamankan ketahanan pangan dalam negeri. Sampai akhir tahun, (industri mamin tumbuh) 5% (secara tahunan) perkiraan saya," kata Adhi.

Direktur Industri Makanan, Hasil Laut, dan Perikanan Kementerian Perindustrian Emil Satria optimistis industri mamin dapat tumbuh sebesar 8% secara tahunan sepanjang 2022. Namun demikian, Emil menilai target tersebut agak berat dicapai jika dilihat secara objektif.

"Kalau perhitungan kemarin, (pertumbuhan industri mamin) mendekati 6% secara tahunan. Kami harapkan seperti itu," kata Emil kepada Katadata.co.id. 

 Rata-rata indeks harga pangan Food and Agriculture Organization (FAO) turun 3,7 poin (2,3%) ke level 154,2 pada Juni 2022 dibanding bulan sebelumnya (month to month/m-to-m). Penurunan harga pangan dunia didorong oleh turunnya harga minyak sawit bunga matahari, kedelai dan lobak.

Harga minyak sawit turun dalam tiga bulan secara beruntun disebabkan oleh peningkatan produksi musiman dari produsen utama dan meningkatnya prospek pasokan ekspor dari Indonesia di tengah membaiknya persediaan.

Reporter: Andi M. Arief
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...