Daya Beli Belum Pulih, Konsumen Properti Menengah ke Bawah Berkurang

Andi M. Arief
26 Agustus 2022, 14:51
Pengendara sepeda motor melintas di dalam kawasan hunian mewah di kawasan Gading Serpong, Tangerang, Banten, Sabtu (4/6/2022). Berdasarkan data Indonesia Property Market Index Q1 2022, indeks harga properti di Indonesia tercatat stabil setelah mengalami p
ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/aww.
Pengendara sepeda motor melintas di dalam kawasan hunian mewah di kawasan Gading Serpong, Tangerang, Banten, Sabtu (4/6/2022). Berdasarkan data Indonesia Property Market Index Q1 2022, indeks harga properti di Indonesia tercatat stabil setelah mengalami pertumbuhan signifikan pada Q2 2021 sebesar 2,29 persen (quarter-to-quarter) dan Q3 2021 sebesar 1,79 persen (quarter-to-quarter).

Indonesia Property Watch atau IPW mengatakan pola konsumen properti berubah akibat belum pulihnya daya beli masyarakat menengah ke bawah akibat pandemi Covod-19. Jika sebelumnya jumlah konsumen properti terbesar adalah kelompok harga Rp 300-500 juta, kini peminat terbanyak berada di kelompok Rp 500 juta hingga Rp 2 miliar.

CEO IPW, Ali Tranghanda, mengatakan properti dengan harga Rp 500 juta - Rp 2 miliar akan menjadi keseimbangan baru selama masa pemulihan pandmi Covid-19. Sementara konsumen dana jumbo yang biasanya menyerap properti dengan harga di atas Rp5 miliar masih cenderung memilih menyimpan uangnya di bank.

"Tapi, saat perekonomian sudah tumbuh normal, pangsa pasar properti akan kembali bergeser pada properti seharga Rp 300 juta - Rp 500 juta," kata Ali dalam webinar "Indonesia Property Market Review 2022", Jumat (26/8).

Ali mengatakan, pasokan properti di pasar turun pada 2020 akibat pandemi Covid-19. Namun demikian, kapitalisasi pasar properti tetap tumbuh pada 2021 lantaran penjualan properti lebih banyak dilakukan dengan harga yang lebih tinggi.

Dia menilai penjualan properti, khususnya rumah tapak, selama pandemi merupakan dampak dari insentif fiskal dari pemerintah. Sebagai informasi, pemerintah memberlakukan Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah atau PPN DTP sebanyak 100% terhadap pembelian rumah seharga maksimal Rp 2 miliar sejak Maret 2021.

 Insentif tersebut diperpanjang oleh pemerintah pada tahun ini. Namun demikian, PPN yang ditanggung pemerintah untuk properti dengan harga hingga Rp 2 miliar hanya 50% dengan syarat serah terima rumah selambatnya akhir September 2022.

Oleh karena itu, Ali memproyeksikan kinerja industri properti masih akan tumbuh pada paruh kedua 2022. IPW mencatat penjualan properti pada kuartal II-2022 naik 5,6% dibandingkan realisasi Januari-Maret 2022.

Selain insentif fiskal, Ali mengatakan, pertumbuhan penjualan properti selama pandemi didukung oleh pertumbuhan harga komoditas. Ali mencontohkan harga minyak sawit mentah atau CPO yang terus tumbuh sepanjang 2021 hingga kuartal II-2022.

Menurutnya, penjualan properti akan tumbuh sekitar 1-2 tahun setelah harga komoditas tumbuh. Dengan demikian, Ali memperkirakan penjualan properti di dalam negeri akan terus tumbuh hingga akhir 2022.

Namun demikian, Ali berpendapat penjualan properti akan mulai melambat pada awal 2023 sampai pertengahan 2024. Hal tersebut disebabkan oleh dimulainya tahun politik menuju Pemilihan Umum 2024.

"Jangan nunggu nanti setelah 2022 saat beli properti, karena kemungkinan nanti harga sudah naik semua saat 2024 dan nggak akan sempat beli properti," kata Ali.

Tips Beli Rumah Untuk Milenial

Pemerintah belum lama ini menyatakan generasi milenial akan semakin sulit membeli rumah. Pasalnya, harga rumah semakin tinggi, sedangkan pertumbuhan pendapatan generasi milenial tidak mengikuti pertumbuhan harga rumah.

Menanggapi hal tersebut, Ali mendorong pemerintah untuk memberikan generasi milenial yang sudah masuk angkatan insentif dalam membeli rumah. Ali menekankan agar insentif tersebut diberikan pada tenaga kerja dengan pendapatan sekitar Rp 7 juta per bulan.

Ali mengatakan kelompok masyarakat dengan penghasilan sekitar Rp 7 juta per bulan sebagai kelompok tanggung. Kelompok tersebut tidak mau membeli rumah dengan kelompok harga Rp 300 juta - Rp 500 juta, tapi tidak mampu membeli rumah seharga Rp 500 juta - Rp 7250 juta.

Salah satu insentif yang ditawarkan Ali adalah melanjutkan PPN DTP hingga akhir 2022. Selain itu, PP yang ditanggung pemerintah dinaikkan lagi menjadi 100%.

"Tidak hanya Milenial, generasi Z sudah masuk menjadi konsumen properti. Pangsa pasar Generasi Milenial dan Generasi Z bisa  mencapai 50%, dan generasi Z sudah mulai masuk usia produktif," kata Ali.

Di sisi lain, Ali menyarankan agar generasi milenial meminjam uang kepada orang tua untuk membeli properti. Menurutnya, langkah tersebut akan mempercepat generasi milenial dalam memiliki properti.

IPW mendata sebanyak 40,95% generasi milenial yang memiliki rumah saat ini mendapatkan bantuan pembiayaan dari orang tua. Adapun, harga properti yang dimiliki adalah Rp 500 juta - Rp 1 miliar.

Selain itu, Ali mendorong generasi milenial untuk mempercepat waktu pernikahan. Pasalnya, pendapatan yang dikumpulkan pasangan yang sudah menikah akan lebih besar.

Berdasarkan data IPW, milenial yang telah membeli properti memiliki pendapatan Rp 8,5 juta per bulan. Adapun, sebanyak 38,79% milenial yang telah memiliki rumah telah berkeluarga dan memiliki anak.

Bank Indonesia (BI) melaporkan penyaluran kredit sektor properti mencatatkan kinerja positif. Pada April 2022, penyaluran kredit properti tumbuh 6,1% secara tahunan (year-on-year/yoy) menjadi Rp 1.135,4 triliun. Pertumbuhan tersebut lebih tinggi dari pertumbuhan pada bulan sebelumnya, yakni 5,9% (yoy).

Reporter: Andi M. Arief
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...