Harga Minyak Anjlok 3% karena Ekspektasi Permintaan Global Melemah
Harga minyak berjangka turun lebih dari 3% ke level terendah selama sepekan terakhir pada penutupan perdagangan Kamis (15/9). Penurunan tersebut didorong oleh permintaan global yang melemah dan juga pasar yang memprediksi Bank Sentral Amerika Serikat akan menaikkan suku bunganya lebih agresif.
Brent berjangka turun US$ 3,26 atau 3,5% menjadi US$90,84 per barel. Sementara Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) turun US$ 3,38 atau 3,8% menjadi US$ 85,10 per barel.
Penurunan harga minyak di Amerika Serikat juga didorong oleh aksi pekerja kereta api yang mengancam mogok. Selain itu, pelemahan juga didorong oleh adanya proyeksi pelemahan ekonomi global.
Beberapa negara diperkirakan akan tergelincir ke dalam resesi pada 2023. Namun demikian, International Moneter Fund atau IMF mengatakan masih terlalu dini untuk menyimpulkn apakah resesi tersebut akan terjadi dalam skala global.
Harga minyak tertekan bayangan stagflasi
Kepala Ekonom Bank Dunia, Indermit Gill, mengatakan bahwa dia khawatir terjadi stagflasi umum dalam skala global. Stagflasi adalah kondisi dimana pertumbuhan ekonomi rendah, namun inflasi tinggi.