Modal Asing Masuk Rp 1,45 Triliun Melalui SBN, Rupiah Stabil Pekan Ini

Abdul Azis Said
23 Desember 2022, 20:48
Petugas bank menghitung uang pecahan rupiah di BNI KC Mega Kuningan, Jakarta, Selasa (22/11/2022).
ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/aww.
Petugas bank menghitung uang pecahan rupiah di BNI KC Mega Kuningan, Jakarta, Selasa (22/11/2022).

Bank Indonesia mencatat aliran modal asing masuk Rp 1,45 triliun ke pasar surat berharga negara atau SBN sepanjang pekan ini. Nilai tukar rupiah relatif stabil di tengah masih mengalirnya modal asing ke pasar obligasi pemerintah.

Arus modal asing secara neto keluar dari pasar keuangan domestik Rp 40 miliar pekan ini. Modal asing masuk ke pasar SBN sebesar Rp 1,45 triliun, namun jumlah yang keluar dari pasar saham lebih besar, yaitu mencapai Rp 1,48 triliun.

"Selama tahun 2022, berdasarkan data setelmen sampai 22 Desember 2022, nonresident jual neto Rp128,66 triliun di pasar SBN dan beli neto Rp63,52 triliun di pasar saham," kata Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono dalam keterangan resminya, Jumat (23/12).

Persepsi risiko investasi turun, tercermin dari premi credit default swap (CDS) lima tahun turun ke 98,75 bps per 22 Desember 2022 dari 99,73 bps per 16 Desember 2022. Imbal hasil alias yield SBN benchmark tenor 10 tahun hari ini naik ke 6,9%. Kenaikan ini menyusul yield US Treasury 10 tahun yang juga naik ke level 3,68%.

Rupiah diperdagangkan relatif stabil sepanjang pekan ini. Mengutip Bloomberg, rupiah parkir di level Rp 15.593 per dolar AS sore ini, menguat tipis lima poin dari penutupan akhir pekan lalu.

Pergerakan kurs garuda tujuh hari terakhir diwarnai sejumlah sentimen eksternal. Bank sentral Jepang (BoJ) secara mengejutkan memperlebar batas kontrol imbal hasilnya atau YCC dari semula 25 bps menjadi 50 bps. 

Untuk diketahui, bank sentral Jepang berupaya mengontrol yield agar stabil mendekati 0% dengan adanya kebijakan YCC. Namun dengan YCC diperlebar, artinya BoJ memungkinkan yield bergerak lebih fluktuatif di rentang kurang lebih 0,5%.

Pelebaran kontrol kurva ini akan diartikan pasar dapat mempengaruhi besar kecilnya pembelian obligasi yang dilakukan BoJ, atau dengan kata lain sinyal dimulainya normalisasi moneter.

Meski demikian BoJ belum merubah kebijakan suku bunganya di level minus. Selain itu, otoritas moneter juga menegaskan rencana meningkatkan pembelian obligasi pemerintah. Ini menjadi antitesa bahwa BoJ rupanya melanjutkan kebijakan ultra longgar alih-alih memulai normalisasi.

Selain dari Jepang, pasar juga mencermati data ekonomi AS terbaru yang dirilis Kamis malam (22/12). Departemen Perdagangan merevisi ke atas realisasi pertumbuhan ekonomi AS kuartal ketiga, mengirim sinyal perekonomian masih kuat.

Di sisi lain, klaim jumlah pengangguran juga di bawah ekspektasi pasar. Data tersebut memperkuat ekspektasi The Fed masih punya ruang menaikkan bunga seiring perekonomian dan pasar tenaga kerja yang masih solid.

Reporter: Abdul Azis Said

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...