Uang Elektronik Lindungi Pedagang Pasar dari Uang Palsu

Image title
Oleh Tim Publikasi Katadata - Tim Publikasi Katadata
3 Mei 2019, 13:06
go-pay
Go-Pay

Uang palsu atau upal bukan bentuk kriminalitas baru di tengah masyarakat. Pedagang skala mikro agaknya rentan terperdaya upal dibandingkan gerai atau toko modern seperti minimarket. Hal ini disebabkan keterbatasan peralatan, misalnya lampu ultra violet khusus.

 

Para pedagang mikro seperti pelapak di pasar hanya mengandalkan indra peraba manual. Guna membedakan upal dengan uang asli dilakukan dengan 3D, yakni dilihat, diraba, dan diterawang. Tapi, praktiknya juga tak optimal manakala lapak sedang ramai.

 

Potensi peredaran uang palsu meningkat pada jam sibuk. Di pasar, kesibukan memuncak sepanjang pagi hari terutama pada akhir pekan. Kondisi ini menuntut pedagang secara cepat melayani pembeli. Sementara peralatan untuk memeriksa satu per satu uang yang diterima minim. 

 

(Baca juga: Transaksi Nontunai Dongkrak Pendapatan Pedagang Pasar Modern)

Beberapa pedagang pasar modern di kawasan Tangerang, Banten mengaku sejumlah kali menerima upal dari konsumen. Tak jarang, pembeli sendiri memang tidak mengetahui bahwa rupiah yang ada di tangannya bukan asli.

 

"Sekarang, uang palsu itu beredarnya yang pecahan kecil seperti Rp 10.000 dan Rp 20.000. Saya enggak ada alat untuk periksa satu-satu uangnya tetapi saya tahu (itu palsu),” kata Zulkifli, pedagang sayuran di Pasar Modern Paramount Gading Serpong, Tangerang kepada Tim Publikasi Katadata.

 

Penjual daging bernama Aep Saepul Bahri mengimbuhkan, uang elektronik tak hanya membantu meningkatkan omzet sehari-hari tetapi juga melindunginya dari uang palsu. “Lebih baik pakai ini (pembayaran nontunai), uangnya langsung masuk ke rekening bank semua," ucap dia.

 

Berdasarkan data Uang Palsu yang dipublikasikan Bank Indonesia diketahui, sepanjang tahun lalu ditemukan upal sebanyak 237.431 bilyet. Apabila dilihat dari wilayah peredaran maka upal terbanyak berbedar di Provinsi DKI Jakarta mencapai 53 persen setara 125.205 bilyet.

 

Zulkifli dan Aep lanjut bercerita, perkara uang palsu akhirnya teratasi sejak hadir layanan uang elektronik. Pasalnya, transaksi berlangsung secara nontunai. Saldo electronic money dari ponsel pelanggan langsung berpindah ke rekening bank pedagang melalui aplikasi tertentu.

 

Siti Asmah selaku pembeli di Pasar Paramount Gading Serpong turut berpendapat, uang elektronik memudahkan pembayaran. Dirinya baru pertama mengenal transaksi secara digital tatkala anaknya menemani berbelanja ke pasar. “Iya, jadi aman juga,” ucap ibu rumah tangga ini.

(Baca Ekonografik: Transaksi Digital Ubah Pola Konsumsi Masyarakat)

 

Uang elektronik paling dominan di Pasar Paramount adalah GO-PAY. Medium pembayaran digital milik PT Dompet Anak Bangsa ini terintegrasi dengan ekosistem aplikasi GOJEK. Tingginya animo konsumen membuat nyaris seluruh pedagang menyediakan pembayaran digital ini agar tak kehilangan pembeli.

Halaman Selanjutnya
Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...