India Temukan Tes Uji Covid-19 Murah Terbuat dari Kertas

Yuliawati
Oleh Yuliawati
5 Oktober 2020, 17:16
covid-19, corona, pandemi corona, tes pengujian corona, murah dari india, kertas
ANTARA FOTO/Aji Styawan/hp.
Petugas medis melakukan tes swab COVID-19 terhadap seorang pengunjung di salah satu pusat perbelanjaan modern Kota Semarang, Jawa Tengah, Selasa (2/6/2020).

Tim peneliti India telah mengembangkan Feluda, tes pengujian virus Covid-19 berbasis kertas. Karena terbuat dari kertas, Feluda yang akan memberikan hasil tes dalam waktu kurang dari satu jam, dijual dengan harga murah sekitar US$ 6,75 atau setara dengan Rp 100 ribu per lembar.

Feluda memiliki cara kerja yang menyerupai tes kehamilan. Test kit ini berupa secarik kertas yang akan berubah warna saat mendeteksi virus dalam sampel sehingga akan muncul dua garis pada alat tes.

Pengambilan sampel menyerupai metode polymerase chain reaction atau PCR, yakni swab pada saluran belakang hidung. Mengutip dari BBC, hingga saat ini India masih tidak mengizinkan uji tes Covid-19 menggunakan sampel air liur.

Tes Feluda merupakan hasil pengembangan peneliti dari Council of Scientific and Industrial Research's Institute of Genomics and Integrative Biology (CSIR-IGIB) berbasis di New Delhi, India. Lembaga pengawasan obat di India telah memberikan izin kepada Tata Group untuk meluncurkan uji tes ini secara komersial.

“Ini adalah tes sederhana, akurat, andal, terukur, dan hemat,” kata Profesor K Vijay Raghavan, kepala penasihat ilmiah pemerintah India, dikutip dari BBC pada Senin (5/10).

Dalam pengembangannya, tim peneliti telah melakukan uji coba pada 2000 sampel, termasuk pasien yang telah dinyatakan positif virus corona. Hasilnya, tes Feluda memiliki sensivitas hingga 96% dan keakuratan sebesar 98%.

Tingkat sensitivitas dianggap penting untuk mendeteksi hampir semua orang yang positif Covid-19. Adapun tes yang akurat akan menyingkirkan hampir semua orang yang tidak terpapar virus.

Hingga saat ini, India memiliki lebih dari enam juta kasus Covid-19 dan merupakan peringkat tertinggi kedua di dunia. Lebih dari 100 ribu orang meninggal akibat penyakit ini. Sehingga, India melakukan testing sebanyak satu juta sampel sehari di lebih dari 1.2000 laboratorium.

India menggunakan dua jenis tes, yakni PCR dan antigen. Tes PCR dapat diandalkan, meskipun harganya mencapai 2.400 Rupee atau setara dengan Rp 485 ribu. Sedangkan tes antigen lebih murah dan lebih tepat mendetesi infeksi positif, tetapi lebih banyak menghasilkan negatif palsu dibanding PCR.



Penemuan tes Feluda berpotensi menggantikan tes antigen karena harganya relatif lebih murah dan memberikan hasil lebih akurat. “Tes baru ini memiliki keandalan tes  PCR, lebih cepat, dapat dilakukan di laboratorium yang lebih kecil dan tidak memiliki mesin yang canggih,” kata Dr. Anurag Agarwal.

Test kit Feluda merupakan akronim dari FNCAS9 Editor-Limited Uniform Detection Assay. Meski demikian, Direktur Jenderal CSIR-IGIB Dr Shekhar Mande mengatakan Feluda juga merupakan tokoh detektif fiksi dalam film Garapan sutradara Satyajit Ray.

“Feluda adalah tokoh fiktif dari film karya Satyajit Ray. Penelitian kami hadir dengan basis SHERLOCK yang juga merupakan karakter fiktif. Jadi kami berpikir bahwa Feluda akan cocok dengan nama itu,” kata Mande, dikutip dari Times of India Selasa (22/9).

Feluda merupakan tes berbasis CRISPR yang akronim dari clustered regular interspaced short palindromic repeats,  disebut sebagai gelombang ketiga setelah PCR dan antigen. Beberapa perusahaan di AS dan Inggris tengah mengembangkan test kit serupa, menggunakan strip kertas yang murah dan bisa diproduksi massal. Food and Drug Administration (FDA) AS telah mengizinkan uji tes  strip kertas hasil penelitian Sherlock Bioscience untuk penggunaan darurat.

Dalam artikel yang diterbitkan oleh The New England Journal of Medicine, CRISPR bekerja dengan  mendeteksi patogen virus dan bakteri. Metode specific high-sensitivity enzymatic reporter unlocking (SHERLOCK) mendeteksi SARS-CoV-2 dengan asam nukleat yang dimediasi CRISPR. Tes ini bergantung pada ekstrasi RNA dan menggunakan langkah penanganan cairan yang meningkatkan risiko kontaminasi silang sampel.

Selain meningkatkan tes pengujian Covid-19 untuk melacak pasien, Satgas Penanganan Covid-19 juga meluncurkan kampanye meredam penularan pandemi virus corona lewat disiplin gerakan 3M. Gerakan ini mengajak anggota masyarakat memakai masker, mencuci tangan dengan sabun, dan menjaga jarak hindari kerumunan.

Reporter: Agatha Lintang

Masyarakat dapat mencegah penyebaran virus corona dengan menerapkan 3M, yaitu: memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak sekaligus menjauhi kerumunan. Klik di sini untuk info selengkapnya.
#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #cucitangan

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...