Kapitalisasi Pasar Tesla Tembus Rp 14.000 T, Sejajar Apple dan Amazon
Kapitalisasi pasar saham Tesla Inc menyentuh US$1 triliun atau sekitar Rp Rp 14.160 Trilun pada perdagangan di bursa Amerika pada Senin (25/10). Saham Tesla melonjak sebanyak 14,9% menjadi US$1.045,02 atau sekitar Rp 14,78 juta per lembar setelah perusahaan rental mobil Hertz memesan 100.000 unit mobil listrik.
Tesla kini menjadi perusahaan produsen otomotif pertama yang setara dengan klub elit perusahaan triliunan dolar seperti Apple Inc (AAPL.O), Amazon.com Inc (AMZN.O), Microsoft Corp (MSFT.O) dan Alphabet Inc (GOOGL.O).
Kenaikan harga saham ini membuat CEO Tesla Elon Musk terkejut. "Pergerakan valuasi yang aneh, karena Tesla adalah berfokus pada peningkatan produksi, bukan permintaan," ujar Musk di akun twitternya @elonmusk, sebagai balasan atas komentar Ross Gerber, salah satu pendiri dana investasi Gerber Kawasaki dan pemegang saham Tesla, dikutip dari Reuters, Selasa (26/10).
Sebagian besar produsen otomotif tidak menggencarkan penjualan kepada perusahaan rental atau penyewaan mobil. Jika ada, penjualan tersebut disertai potongan harga atau diskon untuk mendongkrak penjualan yang lamban.
Namun bagi Tesla dan investornya, keputusan Hertz untuk memesan 100.000 kendaraan Tesla pada akhir 2022 menunjukkan kendaraan listrik tidak lagi menjadi produk khusus, tetapi akan mendominasi pasar mobil massal dalam waktu dekat.
"Kendaraan listrik sekarang menjadi arus utama, dan kami baru saja mulai melihat peningkatan permintaan dan minat global," kata Chief Executive Officer sementara Hertz Mark Fields.
Elon Musk telah menetapkan target pertumbuhan penjualan tahunan rata-rata 50%, atau mencapai sekitar 20 juta kendaraan per tahun. Itu akan menjadi lebih dari dua kali volume pemimpin penjualan saat ini yaitu Volkswagen AG dan Toyota Motor Corp.
Dilansir dari Reuters, perusahaan konsultan JATO Dynamics melaporkan Senin (25/10), permintaan konsumen untuk kendaraan listrik berubah pada beberapa pasar utama. Tesla Model 3 disebut kendaraan terlaris dalam bentuk apa pun di Eropa pada bulan lalu.
Pada Senin (25/10), Tesla juga mengatakan telah membuka pusat data dan penelitian baru di Shanghai untuk memenuhi persyaratan pemerintah bahwa data yang dikumpulkan dari kendaraan di Cina tetap berada di negara itu. Hal ini dilakukan sebagai upaya dalam menyelesaikan masalah regulasi yang mengancam bisnisnya di Cina.
Namun, Tesla menghadapi tekanan peraturan pemerintah Amerika Serikat (AS). Kepala Dewan Keselamatan Transportasi Nasional (NTSB) mengirimi Musk surat yang mempertanyakan mengapa Tesla meluncurkan perangkat lunak "Full Self Driving" di saat perusahaan belum secara resmi menanggapi pertanyaan NTSB tentang keselamatan sistem mengemudi otomatis.