Ukraina Tuding Jerman dan Prancis sebagai Penyebab Serangan Rusia
Ukraina menyebut Jerman dan Prancis melakukan kesalahan di masa lalu yang saat ini menjadi penyebab Rusia menyerang mereka. Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba mengatakan bila dua negara tersebut tak menghalangi Ukraina masuk NATO, maka tak terjadi perang.
"Jika kami adalah anggota NATO, perang ini tidak akan terjadi," kata Kuleba dalam wawancara di "Meet the Press" NBC, Minggu (10/4).
Kuleba mengatakan "kesalahan strategis" yang dilakukan Jerman dan Prancis yang membuat Ukraina menderita. "Kesalahan strategis yang dibuat pada 2008 oleh Jerman dan Prancis yang menolak upaya Amerika Serikat dan sekutu lainnya untuk membawa Ukraina masuk, adalah sesuatu yang kami bayar," kata Kuleba.
Dia menyindir dua negara tersebut tak menanggung akibat dari keputusan besar yang mereka ambil. "Bukan Jerman atau Prancis yang membayar biaya untuk kesalahan ini, ini Ukraina," kata dia.
Sejak Uni Soviet pecah pada 1991, beberapa negara pecahan bergabung dengan NATO atau organisasi internasional pertahanan yang dibuat oleh negara-negara dari Blok Barat. Ada tiga negara lain bekas Uni Soviet yakni Estonia, Latvia dan Lithuania yang bergabung resmi NATO pada 29 Maret 2004.
Rusia khawatir dengan langkah NATO merekrut semakin banyak negara pecahan Uni Soviet, terutama rencana bergabungnya Ukraina. Ukraina merupakan negara yang berbatasan langsung dengan Rusia. Moskow menilai bergabungnya Ukraina sebagai bentuk ekspansif NATO ke wilayahnya.
Moskow melihat semakin meningkatnya dukungan NATO terhadap Ukraina dalam bentuk persenjataan, pelatihan dan personel sebagai ancaman bagi keamanan Rusia.
Ukraina pertama kali menyatakan diri untuk bergabung dengan NATO pada 2008. Ketika itu Presiden Viktor Yushchenko dan Wakil Presiden Yulia Tymoshenko meminta kepada NATO untuk bergabung dengan aliansi.
Pada saat itu Presiden AS George W. Bush mendukung keanggotaan Ukraina, tetapi Prancis dan Jerman menentangnya setelah Rusia menyuarakan ketidaksenangannya kepada dua negara tersebut.
Pada April 2008, NATO menanggapi permintaan Ukraina dengan menjanjikan suatu hari Ukraina akan menjadi anggota aliansi. Namun, tidak ada kejelasan bagaimana dan kapan keanggotaannya.
Rusia bersikap keras menolak rencana Ukraina bergabung NATO dan Uni Eropa. Salah satunya dengan menyerang semenanjung Krimea di Ukraina pada 2014. Pasukan khusus Rusia bersenjata yang didukung oleh separatis pro-Rusia menyerbu gedung-gedung utama pemerintah Ukraina, pangkalan militer dan fasilitas telekomunikasi di semenanjung Krimea.
Rusia lantas memaksa pemerintah setempat untuk mengadakan referendum memilih untuk memisahkan diri dari Ukraina dan bergabung dengan Rusia. Hasil referendum menunjukkan 97% pemilih mendukung pemisahan diri, meskipun hasilnya diperdebatkan.
Sejak Februari 2022, Rusia kembali menyerang setelah Ukraina menolak menghentikan rencana keanggotaan mereka di NATO. Karena Ukraina bukan anggota NATO, negara-negara sekutu pun tak membantu Ukraina dalam menghadapi Rusia. Negara-negara sekutu memilih menetapkan sanksi ekonomi kepada Rusia, tapi tak membuat Presiden Rusia Vladimir Putin menarik pasukannya.