Cegah Kematian Anak, Orang Tua Perlu Kenali Gejala Awal Hepatitis Akut
Kasus hepatitis akut pada anak menjadi perhatian dunia setelah Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO memasukkannya sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) di 12 negara, termasuk Indonesia. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) telah mengonfirmasi sebanyak tiga kasus meninggal karena hepatitis akut.
Dokter spesialis anak dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Prof. Dr. dr. Hanifah Oswari, mengatakan orang tua perlu mewaspadai gejala awal dari kasus hepatitis akut ini. Hanifah menyebutkan gejala awal dari hepatitis akut ini muncul permasalahan pada saluran pencernaan dan pernapasan.
Gejala awal terkait saluran pencernaan, diantaranya: diare, mual, muntah, sakit perut, dan disertai demam ringan. Bila menemui gejala tersebut pada anak, penting bagi para orang tua untuk memikirkan kemungkinan mengarah kepada hepatitis.
"Dengan demikian, maka akan memberikan waktu semakin banyak bagi para tenaga kesehatan untuk mengambil tindakan," kata Hanifah dalam konferensi pers virtual di Jakarta, Kamis (5/5).
Pada tahu selanjutnya, gejala hepatitis yang muncul seperti kuning pada kulit dan tinja berwarna pucat. “Jangan menunggu gejalanya sampai kuning. Jangan menunggu sampai gejalanya lebih berat,” ujarnya.
Gejala lebih berat lagi akan menimbulkan pembekuan darah, kehilangan kesadaran, hingga kematian jika tidak dilakukan transplantasi hati.
Dokter Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) itu mengatakan bahwa ada beberapa virus yang diduga berperan dalam penyakit hepatitis akut ini, seperti Adenovirus 41 dan Hepatitis E. Sebagian virus tersebut menular melalui saluran pencernaan dan nafas, sehingga pencegahan melalui dua saluran tersebut agar anak tak terinfeksi.
"Pencegahan penularan melalui pencernaan dapat dilakukan dengan mencuci tangan dengan sabun sebelum makan, memastikan makanan yang dikonsumsi matang, dan tidak menggunakan alat makan bersama," kata dia.
Adapun pencegahan melalui saluran pernapasan dapat dilakukan dengan melakukan protokol kesehatan yang telah ditetapkan untuk pencegahan penularan virus Covid-19. "Pada umumnya sama seperti pencegahan Covid-19, 3M (menjaga jarak, memakai masker dan menghindari kerumunan)," katanya.
Kasus Tiga Anak Meninggal Hepatitis Akut
Kementerian Kesehatan menjelaskan tiga pasien anak di Jakarta yang meninggal diduga akibat hepatitis akut bergejala berat. Ketiga pasien tiba di rumah sakit dalam kondisi stadium lanjut."Hanya memberikan waktu sedikit rumah sakit berikan tindakan pertolongan," kata Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI Siti Nadia Tarmizi, dalam konferensi pers virtual yang diikuti dari zoom di Jakarta, Kamis (5/5).
Ketiga pasien anak itu dilaporkan meninggal di RSUPN Dr. Ciptomangunkusumo Jakarta dalam kurun waktu yang berbeda dengan rentang dua pekan terakhir hingga 30 April 2022. Ketiga pasien ini merupakan rujukan dari rumah sakit yang berada di Jakarta Timur dan Jakarta Barat.
Keluhan utama yang dialami pasien sebelum di bawa ke rumah sakit, kata Nadia, berasal dari saluran cerna seperti mual, muntah dan diare yang hebat.
Nadia yang juga menjabat sebagai Sekretaris Ditjen Kesehatan Masyarakat Kemenkes RI itu mengatakan Kemenkes belum menggolongkan kejadian itu sebagai kasus hepatitis akut berat. Alasannya, masih ada fase lanjutan investigasi berupa pemeriksaan laboratorium, terutama pemeriksaan Adenovirus dan Hepatitis E yang membutuhkan waktu 10-14 hari ke depan.
"Kami belum golongkan dalam hepatitis akut bergejala berat, tetapi baru masuk pada kriteria pending klasifikasi karena masih ada pemeriksaan laboratorium," katanya.
Nadia mengatakan dari ketiga pasien tidak ditemukan riwayat penyakit bawaan hepatitis dari keluarga. "Dari ketiga anak tersebut tidak ada yang memiliki riwayat dengan gejala penyakit yang sama," katanya.
Hepatitis Akut Tak Terkait Vaksin Covid-19
Ketiga pasien ini dilaporkan negatif Covid-19 berdasarkan pemeriksaan medis di rumah sakit. Dua orang sudah menerima vaksin Covid-19. Sedangkan satu orang belum menerima vaksin Covid-19 dan hepatitis.
Nadia mengatakan ketiga pasien tersebut masing-masing berusia dua tahun, delapan tahun dan 11 tahun. Pasien yang berusia dua tahun belum memperoleh vaksinasi Covid-19 dan hepatitis A-E.
Sedangkan pasien yang berusia delapan tahun sudah memperoleh vaksinasi Covid-19 dosis pertama dan 11 tahun telah memperoleh vaksinasi lengkap dua dosis.
Guru Besar Gastro Hepatologi RSCM FKUI Jakarta, Hanifah Oswari, mengatakan asus hepatitis akut bukan akibat pasien menerima vaksin Covid-19 untuk anak-anak.
Hingga saat ini belum ada bukti ilmiah yang menunjukkan keterkaitan keduanya. "Ini tidak benar tidak ada bukti kaitan dengan vaksin Covid-19. Ada yang berhubungan dengan virus tapi tidak ada bukti dengan vaksinasi Covid-19," kata Hanifah
Sebelumnya, Ketua Satgas Covid-19 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), Zubairi Djoerban menyebut, hipotesis yang menyebutkan penyakit hepatitis akut dikaitkan dengan vaksinasi Covid-19 belum didukung oleh data dari hasil penelitian. Saat ini, para ahli, termasuk di Indonesia sedang menyelidiki lebih lanjut mengenai wabah ini.
"Sebagian besar anak-anak yang terkena hepatisis misterius ini justru belum menerima vaksinasi Covid-19," beber Zubairi, dalam cuitannya melalui Twitter, Senin (2/5).